Nenek Yahudi Dan Keluarga Muslim (independent.co.uk)
Di usia senjanya, nenek Lilly tinggal sendirian. Dia banyak dibantu oleh keluarga Mohammed yang beragama Islam.
Dream - Fenomena Islamphobia kini
memang melanda sejumlah negara barat. Media di Inggris mengabarkan,
hampir sepertiga dari anak-anak sekolah di sana percaya jika umat Islam
hendak "mengambil alih negaranya".
Dibalik ketakutan itu justru Helen Stone menunjukan sebuah indahnya
perdamaian. Lilly, bibi dari Helen Stone, merupakan wanita tua berumur
94 tahun. Dulunya dia adalah tawanan Yahudi dari Jerman yang mengungsi
ke Inggris di tahun 1939.
Lilly tinggal di Willesden Green, daerah yang terletak di sebelah
barat laut London, Inggris. Suaminya, Joe, telah lama meninggal.
Sepeninggal suaminya, dia harus merawat rumahnya sendirian.
Alasannya, anak satu-satunya, Regina, menikah dengan lelaki asal Amerika
Serikat dan menetap di negeri Paman Sam itu.
Hubungan mereka hanya terjalin melalui jaringan telepon. Beberapa tahun sekali Regina menyambangi ibunya.
Dengan umur yang semakin menua, Lilly tetap sebatang kara. Kala
usianya menginjak 94 tahun, Lilly berjumpa dengan keluarga Mohammed dan
Shamin Islam. Mereka sekeluarga baru saja pindah dari Kilburn.
Mengutip laman independent.co.uk, Senin, 8 Juni 2015,
Mohammed dan Shamin Islam merupakan keturunan Pakistan generasi keempat
belas. Mereka memiliki dua anak perempuan. Yang tertua dan telah menikah
bernama Imresh, dan adiknya bernama Taneem.
Mereka pertama kali datang ke Inggris pada tahun 1977. Mereka adalah
keluarga Muslim yang taat menjalankan salat lima waktu. Keluarga itu
juga memegang prinsip Islam untuk menghargai orang yang lebih tua.
Saat pertemuan pertama itu pula cucu dari Mohammed yang berusia dua
tahun, Zayna, mendatangi Lilly yang sedang menyiram tanaman. Zayna
adalah anak dari Imresh. Zayna mendekat dan memanggilnya: nenek.
Keakraban itu pun akhirnya terjalin.
Keluarga Mohammed jadi sering berkunjung untuk sekadar membantu
membersihkan kebun Lilly sembari mengobrol atau meminum teh. Tak jarang
pula keluarga itu membawakan makanan dan mengabarkan keadaan Lilly
kepada Regina. Keluarga Mohammed telah mendapat tempat terhormat dalam
keluarga Lilly.
Lima tahun keakraban itu berjalan, kejadian tragis menimpa Lilly. Dia
terjatuh dan tulang pinggulnya retak. Usia Lilly kala itu 99 tahun.
Akibat kejadian itu, keluarga menyarankan Lilly masuk panti jompo. Namun
Lilly menolak. Dia memilih tinggal di rumahnya sendiri.
Lilly ingin tetap melakukan semua pekerjaan rumahnya secara mandiri.
Dia tetap memasak sendiri. Sesekali waktu memang keluarga Mohammed
membantu, tapi Lilly ingin tetap melakukan aktivitas seperti sebelumnya.
Akan tetapi, dia akhirnya merasakan semakin melambat dari
sebelum-sebelumnya. Lilly tetap melakukan semuanya secara mandiri hingga
usia 105 tahun.
Di saat ia menginjak usia 105 tahun itulah ada kejadian yang
menyentuh hati. Mohammed sekeluarga mempersiapkan bingkisan spesial.
Bingkisan itu berupa sebuah foto bergambar wajah Lilly yang dicetak
berukuran besar dan di sekeliling foto Lilly itu terdapat wajah dari
masing-masing anggota keluarga Mohammed. Di dalamnya tertulis: Untuk
Nenek. Kami Mencintaimu.
Saat keadaan Lilly semakin memburuk, Regina datang dan tinggal untuk
menjaganya. Tapi, Regina tak dapat sendiri. Pekerjaan merawat Lilly
butuh lebih dari satu orang.
Alhasil, Shamin dan putrinya bergantian untuk membantu Regina merawat
Lilly dua kali sehari, seperti yang mereka lakukan sebelumnya.
Lilly akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada 26 Maret 2015.
Lilly meninggal dengan damai di tepat disamping Regina. Sesuai
kepercayaannya, jenazah Lilly dikremasi sehari setelah meninggalnya di
Bushey, Hertfordshire, Inggris.
Menantu dan kedua cucunya datang di pemakaman itu. Mereka dijemput di
bandara oleh supir taksi langganan Lilly, seorang keturunan Pakistan
bernama Iqbal. Iqbal mendatangi prosesi pemakaman dan menolak untuk
dibayar.
Cinta, perawatan dan penghormatan mereka untuk Lilly menghapus semua
gagasan dari penghalang antara kelompok usia, agama atau ras.
Hanya mereka yang terbaik dari tetangga yang baik, yang telah menjadi
teman dekat dan sangat dihargai. Regina tahu bahwa dia berutang pada
mereka, utang yang tidak mungkin bisa dia membayar, dan bahwa mereka
akan tetap berhubungan selama sisa hidup mereka.
(Laporan: Maulana Kautsar)