Kamis, Mei 05, 2011

Susan Carland, Aktivis Gereja yang Menemukan Kelembutan Islam

Susan Carland, Aktivis Gereja yang Menemukan Kelembutan Islam
Susan Carland

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE--Tahun 2004 lalu, mungkin menjadi tahun yang paling berkesan bagi seorang Susan Carland. Betapa tidak, wanita kelahiran Melbourne, Australia, ini terpilih sebagai Tokoh Muslim Australia (Australian Muslim of the Year) 2004. Sejak saat itu, sosoknya dikenal luas di seluruh penjuru Negeri Kangguru, bahkan hingga ke negeri tetangga.

Kendati pernah dinobatkan sebagai Tokoh Muslim Australia berpengaruh, sejatinya Susan bukan berasal dari keluarga Muslim. Kedua orang tuanya merupakan pemeluk Kristen yang taat. Ia sendiri baru mengenal Islam pada usia yang baru menginjak 19 tahun.

Orang tuanya bercerai ketika Susan berusia tujuh tahun. Ia kemudian memilih untuk tinggal bersama ibunya, yang dianggapnya sebagai sosok wanita yang gigih, penyayang, dan orang yang paling banyak memengaruhi perjalanan kehidupannya.

Sebagai pemeluk Kristen yang taat, sang ibu pun mengharuskan anak gadisnya itu untuk aktif dalam kegiatan gereja dan mengikuti sekolah Minggu. Namun, ketika menginjak usia 12 tahun, ia memutuskan tidak lagi menghadiri kegiatan gereja dan mengikuti sekolah Minggu. "Saat itu, saya beralasan bahwa saya tetap percaya kepada Tuhan meskipun tidak ke gereja."

Namun, keinginan yang kuat untuk mengenal Tuhan lebih jauh pada akhirnya mendorong Susan untuk ikut aktif lagi di kegiatan gereja. Ia kemudian memutuskan bergabung dengan sebuah komunitas gereja yang menurutnya terbilang lebih toleran dibandingkan yang sebelumnya pernah ia masuki.

Walaupun aktif dalam kegiatan gereja, diakui Susan, dirinya tetap bisa melalui masa remajanya seperti kebanyakan gadis seusianya. Pada waktu senggang, ia mengikuti kelas balet dan kegiatan ekstrakulikuler lainnya yang diselenggarakan oleh sekolahnya.

Saat aktif di komunitas gereja baru ini, ia kerap mendengar pembicaraan orang-orang di sekitarnya yang mengaku berbicara dengan Tuhan dalam bahasa roh. Hal tersebut menimbulkan kebingungan dalam dirinya yang saat itu tengah mempelajari konsep mengenai ketuhanan.

Ketika merayakan ulang tahunnya yang ke-17, Susan membuat beberapa resolusi di tahun baru. Salah satu resolusinya adalah menyelidiki agama-agama lain. "Agama Islam saat itu tidak masuk dalam daftar teratas karena agama ini bagi saya terlihat asing dan penuh dengan kekerasan," ungkapnya.

Pengetahuan tentang Islam yang dimiliki Susan kala itu hanya sebatas pada penjelasan-penjelasan yang ia baca di buku ensiklopedia anak-anak dan dalam film berjudul Not Without My Daughter. Di samping itu, ada juga pesan yang pernah disampaikan ibunya bahwa beliau tidak peduli jika dirinya menikah dengan seorang pengedar narkoba sekalipun, asalkan jangan dengan seorang Muslim.

Layar TV

Lalu, kenapa ia kemudian memilih Islam? Ada nilai lebih yang ia dapatkan dalam agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yakni kedamaian dan kelembutan. Kebalikan dari yang pernah ia dengar sebelumnya.

Saat disuruh menjelaskan bagaimana ia bisa memutuskan menjadi seorang Muslimah, ibu dua anak ini menuturkan kepada harian The Star bahwa ia tidak bisa mengingat secara pasti, apakah dia menemukan Islam atau Islam menemukannya. Yang pasti, semua peristiwa tersebut tidak pernah ia rancang sebelumnya. "Hari itu, saya menyetel televisi dan mendapati diri saya sedang asyik menyaksikan sebuah program mengenai Islam," ujarnya.

Sejak saat itu, berbagai artikel mengenai Islam di koran dan majalah selalu menarik perhatian Susan. Tanpa disadarinya, ia mulai mempelajari agama Islam. Ketika dalam proses pembelajaran tersebut, Susan justru menemukan sebuah 'kelembutan' yang tidak pernah ia temukan. Lagi pula, ajaran Islam menarik baginya secara intelektual.

"Agama ini jauh berbeda dibandingkan agama-agama yang pernah saya pelajari dan selidiki. Dalam Islam, ternyata tidak mengenal yang namanya pemisahan antara pikiran, tubuh, dan jiwa seperti halnya yang pernah saya pelajari dalam agama Kristen," papar dosen sosiologi Universitas Monash, Australia, ini.

Berawal dari situ, Susan bertekad bulat untuk memeluk Islam. Satu kebohongan besar yang terpaksa ia lakukan adalah merahasiakan perihal keislamannya dari keluarga dan teman-temannya, terutama sang ibu.

Namun, takdir berkata lain. Rahasia yang telah ditutupinya rapat-rapat terbongkar juga ketika ibunya mengadakan perjamuan makan malam dengan menu hidangan utama daging babi. "Saat itu, saya mengalami dilema, antara mesti mengumumkan soal keislaman saya atau memakan makanan haram itu," ujarnya mengenang peristiwa itu.

Dalam kebimbangan tersebut, ia pun berterus terang. Namun, tanpa ia sangka, reaksi yang ditunjukkan oleh ibunya sungguh membuatnya terkejut. Bukan kemarahan dan cacian, melainkan tangisan dan pelukan erat dari sang ibunda yang diterimanya.

Selang beberapa hari setelah insiden makan malam tersebut, istri dari Waleed Ali ini kemudian memutuskan mengenakan jilbab. Menurutnya, menutup kepala merupakan kewajiban bagi seorang Muslimah. Karena, hakikatnya, Islam mengatur segala aspek dalam kehidupan manusia. Bagi dia, banyak manfaat yang dirasakan dengan menutup aurat itu. "Selain sebagai sebuah peringatan agar kita lebih mendekatkan diri kepada-Nya, juga menjadikan wanita Muslim sebagai duta Islam," ujarnya.

Selepas memeluk Islam, perjalanan hidup yang dilalui Susan tidaklah semudah yang dialami segelintir mualaf yang bernasib baik. Susan sering berhadapan dengan kemarahan khalayak ramai dan dijauhi oleh teman-temannya. Bahkan, ia juga kerap mendapatkan penghinaan di depan umum terkait dengan jilbab yang menutupi kepala dan rambutnya.

Namun, kini semuanya berubah. Setelah lima tahun berislam, barulah Susan mempunyai teman-teman yang bukan saja berasal dari kalangan Muslim, tetapi juga dari non-Muslim. Dengan busana Muslim yang membalut tubuhnya, ia kini bebas mengajak anaknya untuk berjalan-jalan di taman kota ataupun bermain di dekat danau, di mana dulu semasa kecil ia sering diajak oleh ibunya untuk memberi makan bebek. Begitupun ketika ia pergi mengajar ke kampus dengan mengendarai VW Bettle warna merah muda yang biasa disapanya dengan panggilan 'Gus', tidak ada lagi tatapan sinis dari orang-orang di sekelilingnya.  

Alkitab Mengantarkan Rosalyn Rushbrook pada Islam

   
Alkitab Mengantarkan Rosalyn Rushbrook pada Islam
Ruqaiyyah Waris Maqsood

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rosalyn Rushbrook. Dia seorang yang cerdas dengan ijazah di bidang Teologi Kristen dari Universitas Hull, Inggris, tahun 1963 dan gelar master untuk bidang pendidikan dari perguruan tinggi yang sama. Sebagai seorang teolog dan penganut Kristen Protestan, pengetahuan agamanya sangat mumpuni.

Bahkan, pengelola selama 32 tahun program studi ilmu-ilmu keagamaan di berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Inggris ini juga menulis beberapa buku tentang agamanya. Dia juga pernah menjabat sebaai kepala Studi Agama di William Gee High School, Hull, Inggris. Setiap hari, dia berkutat dan mendalami alkitab sebagai pegangan agamanya.

Namun, siapa yang menduga, semakin dia memperdalam alkitab yang muncul justru keraguan dalam dirinya tentang agamanya. Awalnya, dia mempertanyakan ajaran agamanya yang dinilainya telah mengalami banyak penyimpangan. Semakin dia membaca alkitab, keraguan itu kian membuncah. Dia merasa ada sesuatu yang telah menyimpang dari konsep ketuhanan Kristen yang dinilainya tak lagi murni saat pertama kali diturunkan Tuhan. Dia mempertanyakan konsep teologi trinitas dalam agamanya.

Sebagai seorang cendekiawan, dia lantas mencoba mencari jawabannya. Dia teliti kajian-kajian ilmiah dari berbagai penulis atau literatur termasuk alkitab. Dia bandingkan ajaran agama yang dipeluknya sejak lahir itu dengan agama lain termasuk Islam. Berawal dari keraguan atas Alkitab, dia kemudian mulai mengenal Islam. Tak sebatas membandingkan, dia pun perlahan mulai mendalami konsep ketuhanan dan pemikiran-pemikiran tentang agama yang diwahyukan melalui Nabi Muhammad SAW ini.

Rupanya, jalan pikirannya sependapat dengan konsep ketuhanan yang diajarkan Islam. Wanita kelahiran 1942 ini melihat teologi ketuhanan yang dibawa Alquran lebih rasional dan mengena. Hingga akhirnya di tahun 1986, di saat usianya menginjak 44 tahun, dia mantap memilih Islam sebagai agamanya yang sejati. Dia menyebut dirinya telah 'kembali' dengan menjadi Muslim. Tanpa ragu, dia pun mengganti namanya menjadi Ruqaiyyah.

Pilihannya menjadi muallaf menimbulkan konsekuensi bagi keluarganya. Rosalyn yang telah berganti menjadi Ruqaiyyah memutuskan untuk mengakhiri perkawinannya dengan penyair Inggris, George Moris Kendrick yang telah dijalani sejak 1964. Sebelumnya, dia telah memiliki dua anak, Daniel George lahir 1968 dan Frances Elisabeth Eva lahir 1969. Kemudian di tahun 1990, dia menikah lagi dengan pria keturunan Pakistan, Waris Ali Maqsood.

''Di negara-negara Barat, ada ajaran ilmu etika berintikan pada cinta dan kasih Tuhan dan tolong-menolong sesama manusia. Itu semua diajarkan juga oleh semua nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW. Kami orang Islam juga meyakini Nabi Isa sebagai salah satu nabi yang diutus Allah,'' kata Ruqaiyyah suatu ketika.

Meski telah menjadi Muslim, tak membuatnya berhenti berkarya. Dia melanjutkan hobinya menulis. Namun, dia tak lagi menulis tentang Kristen, tapi berganti dengan menulis tema-tema tentang Islam. Tak sekadar menulis buku, dia juga rajin menulis artikel untuk majalah atau pun koran di negaranya.

''Saat ini Islam dicap sebagai agama bermasalah. Sangat tidak adil. Karena itu, saya berupaya menulis untuk memperbanyak literatur-literatur Islam. Harapan saya, agar melalui tulisan-tulisan itu, dapat membantu memperbaiki atmosfer yang kurang berpihak ke Islam,'' tuturnya.

Buku-buku mengenai Islam yang ditulisnya cukup beragam. Tidak hanya buku-buku kategori ‘berat’, seperti buku mengenai sejarah Islam dan isu seputar Muslimah, tetapi juga buku-buku tentang bimbingan konseling bagi remaja Islam. Juga ada beberapa buku saku, antara lain 'A Guide for Visitors to Mosques', 'A Marriage Guidance Booklet', dan 'Muslim Women’s Helpline'. ''Saya sangat tertarik menggeluti sejarah Islam, terutama tentang kehidupan wanita-wanita di sekitar Nabi Muhammad. Saya acapkali meng-counter kampanye anti-Islam yang mendiskreditkan wanita Muslim,'' jelasnya.

Oleh komunitas Muslim di Inggris, dia juga diminta untuk menyusun buku teks mengenai Islam. Buku-buku teks hasil karyanya ini dipakai secara luas di Inggris selama hampir 20 tahun. Buku-buku itu dipakai oleh kalangan pribadi, mualaf, dan pelajar-pelajar sekolah umum dan madrasah di Inggris dan beberapa negara lainnya. Ia juga membantu mengembangkan silabus bagi pelajar sekolah agama, bekerja sama dengan dinas pendidikan setempat.

Aktivitas mengajarnya juga padat. Banyak negara telah disambanginya, di antaranya AS, Kanada, Denmark, Swedia, Finlandia, Irlandia, dan Singapura. Ruqaiyyah juga mengajar di beberapa universitas yang ada di Inggris, seperti Oxford, Cambridge, Glasgow, dan Manchester. Juga, mengajar di School of Oriental and Arabic Studies di London.

Berkat segudang kreativitasnya, Ruqaiyyah menerima Muhammad Iqbal Award pada tahun 2001. Dialah Muslim pertama Inggris yang pernah menerima anugerah bergengsi tersebut. Pada Maret 2004, dia juga terpilih sebagai salah satu dari 100 wanita berprestasi di dunia. Dalam ajang pemilihan Daily Mails Real Women of Achievement, Ruqaiyyah Waris Maqsood termasuk satu dari tujuh orang wanita berprestasi dalam kategori keagamaan.

Mantan Pendeta yang Merasa Terlahir Kembali Dalam Islam

   
Mantan Pendeta yang Merasa Terlahir Kembali Dalam Islam
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Hidayah bisa menghampiri siapa saja. Bila Allah SWT telah berkehendak maka seorang pendeta pun bisa berpaling menjadi Muslim yang taat. Mungkin itulah kisah yang dihadapi Kenneth L Jenkins dalam hidupnya.

Dilahirkan dan dibesarkan dilingkungan yang tergolong agamis, Jenkis adalah seorang pemeluk Kristen Pantekosta di Amerika Serikat. Dia lebih banyak diasuh oleh kakeknya karena ibunya sebagai orang tua tunggal. Pantas bila dia terbilang jamaat yang taat mengingat kakeknya sudah mengajarinya tentang kehidupan gereja sejak kecil. Dan tak heran pula bila di usia enam tahun, dia sudah mengetahui
banyak ajaran dalam Injil.

Setiap hari Minggu, Jenkins menuturkan, seluruh anggota keluarganya selalu pergi ke gereja. Saat seperti itu, ungkapnya, menjadi momen bagi dirinya beserta kedua saudaranya untuk mengenakan pakaian terbaik mereka.  Setelah lulus SMA dan masuk universitas, Jenkins memutuskan untuk lebih aktif dalam kegiatan keagamaan. Ia datang ke gereja setiap saat, mempelajari kitab Injil setiap hari, dan menghadiri kuliah yang diberikan oleh para pemuka agama Kristen.

Hal ini membuatnya amat menonjol di kalangan para jemaat. Pada usia 20 tahun, gereja memintanya untuk bergabung. Sejak itulah Jenkins mulai memberikan khutbah kepada para jemaat yang lain. Setelah menamatkan pendidikannya di jenjang universitas, Jenkins memutuskan untuk bekerja secara penuh di gereja sebagai pendakwah. Sasaran utamanya komunitas warga kulit hitam Amerika.
Ketika melakukan interaksi dengan komunitas inilah ia menemukan kenyataan bahwa banyak di antara para pemuka gereja yang menggunakan Injil untuk kepentingan politis, yakni untuk mendukung posisi mereka pada isu-isu tertentu. Kemudian, Jenkins memutuskan untuk pindah ke Texas. Di kota ini ia sempat bergabung dengan dua gereja Pantekosta yang berbeda. Namun, lagi-lagi ia mendapatkan kenyataan bahwa para pendeta di kedua gereja ini melakukan tindakan-tindakan yang menyalahi norma aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi gereja.

Ia mendapatkan fakta di lapangan bahwa sejumlah pemimpin gereja melakukan perbuatan menyimpang tanpa tersentuh oleh hukum. Mendapati kenyataan seperti ini, dalam diri Jenkins mulai timbul berbagai pertanyaan atas keyakinan yang ia anut. ''Saat itu saya mulai berpikir untuk mencari sebuah perubahan,'' ujarnya.

Perubahan yang diinginkan Jenkins datang ketika ia mendapatkan sebuah tawaran pekerjaan di Arab Saudi. Setibanya di Arab Saudi, ia menemukan perbedaan yang mencolok dalam gaya hidup orang-orang Muslim di negara Timur Tengah tersebut. Dari sana kemudian timbul keinginan dalam diri pendeta ini untuk mempelajari lebih jauh agama yang dianut oleh masyarakat Muslim di Arab Saudi.

Perlahan, dia mulai mengagumi kehidupan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul yang diutus untuk membawa Islam. Dan dia pun ingin tahu lebih banyak lagi mengenainya. Untuk menjawab rasa ingin tahunya itu, Jenkins pun memutuskan untuk meminjam buku-buku mengenai Islam melalui salah seorang kerabatnya yang ia ketahui sangat dekat dengan komunitas Muslim. Buku-buku tersebut ia baca satu per satu. Dan, di antara buku-buku yang ia pinjam tersebut terdapat terjemahan Alquran. Ia menamatkan bacaan terjemahan Alquran ini dalam waktu empat bulan.

Berbagai pertanyaan seputar Islam yang ia lontarkan kepada teman-teman Muslimnya mendapatkan jawaban yang sangat memuaskan. Jika teman Muslimnya ini tidak bisa memberikan jawaban yang memadai, mereka akan menanyakan hal tersebut kepada seseorang yang lebih paham. Dan pada hari berikutnya, baru jawaban dari orang tersebut disampaikan kepadanya.

Rasa persaudaraan dan sikap rendah hati yang ditunjukkan oleh para teman Muslimnya ini, diakui Jenkins, membuatnya tertarik untuk mempelajari Islam lebih dalam. Rasa kekaguman Jenkins juga ditujukan kepada kaum Muslimah yang ia jumpai selama bermukim di Arab Saudi. Agama Islam yang baru dikenal olehnya, menurut Jenkins, juga tidak mengenal adanya perbedaan status sosial. Semua hal yang ia saksikan selama tinggal di Arab Saudi menurutnya merupakan sesuatu yang indah.

Kendati demikian, diakui Jenkins, saat itu dalam dirinya masih terdapat keragu-raguan antara Islam dengan keyakinan yang sudah dianutnya sejak masa kanak-kanak. Namun, semua keraguan tersebut terjawab manakala salah seorang teman Muslimnya memberikan dia sebuah kaset video yang berisi perdebatan antara Syekh Ahmed Deedat dan Pendeta Jimmy Swaggart. Setelah menonton perdebatan tersebut, Pendeta Gereja Pantekosta ini kemudian memutuskan untuk menjadi seorang Muslim.  Kemudian oleh salah seorang kawan, Jenkins diajak menemui seorang ulama setempat, Syekh Abdullah bin Abdulaziz bin Baz. Di hadapan sang ulama, Jenkins pun secara resmi menerima Islam sebagai keyakinan barunya.

Tak butuh waktu lama, kabar mengenai masuk Islamnya Jenkins, telah sampai ke telinga para rekan-rekannya sesama pendeta dan aktivis gereja. Karena itu, setibanya di Amerika Serikat, berbagai hujatan dan kritikan bertubi-tubi datang kepadanya. Tak hanya itu, Jenkins juga dicap dengan berbagai label, mulai dari orang murtad hingga tercela. Ia juga dikucilkan dari lingkungan tempat tinggalnya.

Namun, semua itu tidak membuatnya gentar dan berpaling dari Islam. ''Islam membuat saya seperti terlahir kembali, dari kegelapan menjadi terang. Saya tidak merasa terusik dengan semua itu, karena saya merasa sangat bahagia bahwa Allah Mahakuasa yang telah memberi kan saya petunjuk,'' tuturnya.

Ingin Jadi Pendakwah

Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Al-Madinah, Jenkins mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seorang pendakwah. Dia tak akan menghentikan aktivitasnya sebagai seorang juru dakwah, sebagaimana yang pernah ia lakukan saat masih memeluk Kristen Pantekosta. ''Saat ini, tujuan saya adalah belajar bahasa Arab dan terus belajar untuk mendapatkan pengetahuan lebih dalam tentang Islam, selain itu saya sekarang bergerak di bidang dakwah, terutama kepada non-Muslim,'' ujarnya.

Mantan pendeta ini juga berharap bisa membuat sebuah karya tulis mengenai perbandingan agama. Karena, menurutnya, adalah tugas umat Islam di seluruh dunia untuk menyebarkan ajaran Islam. ''Sebagai orang yang telah menghabiskan waktu yang lama sebagai penginjil, saya merasa memiliki kewajiban untuk mendidik masyarakat tentang kesalahan dan kontradiksi dari kisah-kisah di dalam Kitab Injil yang selama ini diyakini oleh jutaan orang,'' ungkapnya.

Bernard Hopkins, Islamnya Sang Algojo Tinju Dunia


   
Bernard Hopkins, Islamnya Sang Algojo Tinju Dunia
Bernard Hopkins

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Penggemar tinju dunia tentu tak asing dengan nama Bernard Hopkins. Dialah sang algojo (The Executioner). Julukan ini diberikan karena kemampuannya dalam mengalahkan lawan-lawannya di atas ring tinju.

Tercatat, sejumlah nama besar di kelas menengah (middleweight) yang berhasil dikanvaskannya, baik dengan technical knock out (TKO), knock out (KO), maupun kemenangan angka mutlak. Di antara lawan-lawan yang tangguh yang pernah dikalahkannya adalah Oscar de la Hoya, Roy Jones Jr, Felix Trinidad, Antonio Tarver, dan Glen Johnson.

Bernard Hopkins memulai karier tinju profesionalnya sejak tahun 1988. Ia adalah seorang bintang olahraga tinju Amerika Serikat. Namanya mulai dikenal luas publik Amerika dan dunia karena keberhasilannya mempertahankan rekor 20 kali gelar juara tinju dunia kelas menengah.

Pria kelahiran Philadelphia, Pennsylvania, 15 Januari 1965, ini merupakan petinju pertama di dunia yang memegang empat gelar kejuaraan tinju utama dunia. Dia juga tercatat sebagai petinju tertua yang pernah memegang juara kelas menengah di kejuaraan tinju profesional. Berkat prestasinya ini, oleh majalah The Ring dan World Boxing Hall of Fame, Hopkins dinobatkan sebagai petinju terbaik dunia tahun 2001.

Hopkins tumbuh dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya, Bernard Hopkins Sr dan Shirley Hopkins, di kawasan Rosen Raymond. Saat usianya menginjak 13 tahun, ia terlibat dalam sebuah aksi kejahatan. Ia melakukan penjambretan dan menikam orang tersebut dengan tiga kali tusukan. Atas perbuatannya tersebut, dia harus menjalani hukuman penjara selama 18 tahun bersama sembilan orang rekannya di Penjara Graterford.

Selama menjalani masa hukuman di penjara, Hopkins banyak menyaksikan berbagai aksi kejahatan yang dilakukan oleh sesama narapidana, mulai pemerkosaan hingga pembunuhan sesame tahanan. Pada tahun-tahun tersulitnya saat mendekam di penjara, ia justru menemukan gairahnya untuk bertinju. Karena dia berkelakuan baik, dia kemudian hanya dipenjara selama lima tahun.

Selepas dari penjara, dia memutuskan untuk menggunakan tinju sebagai pelarian dari kehidupan sebelumnya. Perjalanannya di ring tinju, awalnya tidak berjalan mulus. Dia sempat dipecat dari klub yang menaunginya karena kalah bertarung, hingga akhirnya dia memasuki tinju kelas menengah.

Di kelas itu, debutnya dimulai dengan manis. Dalam pertandingan melawan Greg Paige di Blue Horizon pada 22 Februari 1990, ia dinyatakan menang mutlak. Setelah kemenangan pertamanya ini, antara Februari 1990 dan September 1992, Hopkins berhasil mencetak 20 kemenangan tanpa kekalahan. Dari keseluruhan kemenangan yang diraihnya ini, 15 di antaranya merupakan kemenangan KO. Sebanyak 11 kemenangan tersebut di antaranya ia bukukan pada ronde pertama. Karena itu pula, gelar menengah pun melekat di pinggangnya.

Pada pertandingan yang ke-22, pada 22 Mei 1993, kedigdayaan Hopkins di kelas menengah versi IBF menemui jalan terjal. Ia dikalahkan oleh petinju Roy Jones Jr. Kekalahan ini tentu saja sangat menyakitkan. Sebab, kariernya sebagai petinju tangguh yang berjuluk sang algojo menjadi ternoda. Meskipun kemudian, dia bisa membalaskan kekalahannya terhadap Roy Jones Jr beberapa tahun setelahnya.

Menjadi Muslim

Tidak hanya memutuskan menggeluti dunia tinju, ia juga mengambil sebuah langkah besar dalam kehidupan spiritualnya. Ia memilih Islam sebagai pemandunya. Ada yang menyebutkan bahwa Hopkins mengucapkan dua kalimat syahadat saat ia masih mendekam di dalam penjara. Ada pula yang menyebutkan, ia masuk Islam setelah menghirup udara bebas. Tidak banyak literatur yang mengungkapkan bagaimana awal mula ia tertarik kepada ajaran Islam.

Di luar ring tinju, Hopkins menjalani kehidupannya dengan normal. Ia merupakan suami dari Jeanette Hopkins yang dinikahinya sejak 1993 dan ayah dari seorang putri bernama Latrice. Menjadi seorang Muslim tidak menghalangi Hopkins untuk terus berkarier di dunia adu jotos ini. Bahkan, tanpa sepengetahun banyak orang, ia kerap berdoa sebelum bertarung. Baginya, tinju adalah pekerjaannya. Dan, ia menganggap dirinya mampu dan masih kuat.

''Seorang prajurit sejati tidak akan menyerah, tidak peduli apakah mereka dibesarkan di pinggiran kota atau lainnya. Saya tak akan menyerah. Karena itulah, saya di sini. Saya harus bekerja keras dan jujur pada diri sendiri,'' tuturnya.

Kendati tak pernah menunjukkan jati dirinya sebagai seorang Muslim, ia begitu fanatik dengan agama Islam. Jangan pernah menyinggung ajaran Islam yang negatif di hadapannya kalau tidak ingin ia marah.

Sebab, hal itu pernah terjadi saat ia akan bertarung melawan Trinidad. Kala itu, beberapa saat setelah kejadian pengeboman WTC oleh teroris pada 11 September 2001, seorang jurnalis bertanya kepadanya mengenai Islam dan teroris. Ia pun marah besar. ''Tidak semua umat Islam sama dengan para pelaku itu,'' tegasnya dengan nada tinggi.

Dalam kesehariannya, Hopkins pun tampak tenang. Kendati dulunya dia pernah menikam orang, hal itu seakan menjadi pengalaman pahit yang harus diubahnya. Ia tidak ingin lagi tenggelam dalam kehidupan kelam seperti itu. Baginya, perbuatan itu benar-benar buruk. Dalam organisasi keislaman, ia bergabung dengan Nation of Islam (NOI) yang didirikan oleh Elijah Muhammad. Setiap akan naik ke atas ring tinju, dua orang rekannya dari NOI senantiasa mengiringinya dengan doa.

Ketika ditanya mengapa tidak mengganti namanya sebagaimana lainnya setelah masuk Islam, Hopkins mengatakan, baginya hal itu tidak terlalu penting. ''Islam bukan soal nama, tapi masalah sikap dan perbuatan serta keyakinan kepada Sang Pencipta,'' ujarnya.

Tiga Wanita Muda Italia Masuk Islam di Hadapan Moammar Qaddafi

Tiga Wanita Muda Italia Masuk Islam di Hadapan Moammar Qaddafi
Moammar Qaddafi

REPUBLIKA.CO.ID,ROMA--Pemimpin Libya Moammar Qaddafi kembali membuat sebuah acara unik setibanya di Roma, Italia, Ahad (29/8) waktu setempat. Tokoh yang telah puluhan tahun memimpin negaranya ini lagi-lagi menggelar pertemuan khusus dengan ratusan gadis Italia.

Namun, pertemuan itu bukannya untuk hura-hura atau pesta, tapi digunakan Qaddafi untuk mengenalkan Islam kepada mereka dan membagi-bagikan Alquran. Gaddafi yang datang dengan pengawalan petugas keamanan wanita sengaja mengundang para wanita Italia itu melalui agen model. Acara itu merupakan kali kedua dilakukannya di sana dalam setahun terakhir.

''Pertemuan itu benar-benar indah dan berjalan sangat baik Dia sangat santai dan dia memberi kami salinan Alquran. Bahkan, tiga gadis menyatakan dirinya masuk Islam dalam pertemuan itu. Ini adalah suatu peristiwa yang indah,'' ujar seorang wanita yang ikut serta dalam acara itu, Michela.

Michela, yang meminta nama keluarganya tidak ditulis, mengatakan kepada Associated Press Television News bahwa tiga wanita yang ikut acara tersebut masuk Islam saat berlangsung pertemuan. Sebanyak 200 sampai 500 wanita diundang ke acara tersebut. Dengan menggunakan 10 bus, para wanita itu berkumpul di kediaman Duta Besar Libya sesaat setelah pesawat yang membawa Qaddafi mendarat di Bandara Ciampino, Roma, dalam kunjungan dua hari di negara itu.

Qaddafi datang ke Italia untuk kali keempat dalam tahun ini untuk memperkuat hubungan bisnis di antar kedua negara. Sebelumnya, saat menghadiri pertemuan puncak FAO, PBB di Italia pada November 2009, dia juga mengundang sekitar 200 wanita muda Italia. Para wanita itu diundang melalui agen model tanpa diberi tahu maksud acaranya.

Begitu para wanita itu dikumpulkan disebuah tempat, Qaddafi muncul dan langsung memberikan ceramah tentang Islam dan membagi-bagikan salinan Alquran. Waktu itu, setiap wanita diberi 50 euro untuk bersedia hadi

Danny Williams: Terkesima Mendengar Suara Azan

   
Danny Williams: Terkesima Mendengar Suara Azan
Danny Williams

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Di atas ring, nama Danny Williams mungkin tidak setenar legenda tinju dunia, seperti Muhammad Ali, George Foreman, Mike Tyson, Evander Holyfield, ataupun Lennox Lewis. Namun, kiprahnya di dunia tinju profesional kelas berat dunia patut diacungi jempol.

Betapa tidak, di hadapan ratusan ribu hingga jutaan pasang mata dibuat tercengang saat menyaksikan pertandingan antara Danny Williams melawan Mike Tyson pada 31 Juli 2004 silam. Ketika itu, Williams yang tidak diunggulkan memukul KO Mike Tyson, sang legenda tinju dunia pada ronde keempat.

Padahal, dalam pertandingan yang diadakan di Freedom Hall State Fairground, Louisville, Kentucky, Williams tidak diunggulkan. Sementara itu, banyak pihak yang mengunggulkan si 'Leher Beton'. Namun, kenyataan yang terjadi sebaliknya. Tyson, yang sempat mendominasi pembukaan dua ronde dalam pertandingan comeback-nya ke dunia tinju, secara mengejutkan berhasil dikalahkan di ronde ke-4.
Atas keberhasilannya ini, Williams lalu mendapat julukan sebagai 'orang yang memukul keluar Tyson'.

Tidak banyak publik yang tahu bahwa Williams adalah seorang Muslim, seperti halnya Tyson. Sebelum memeluk Islam, Williams adalah seorang penganut Kristen yang taat. Ketertarikan petinju asal Inggris ini terhadap Islam bermula saat ia tengah menjalani liburan di Turki tahun 2000. Saat berada di Turki ini, Williams mendengar suara alunan azan. "Aku merinding saat mendengar suara azan tersebut," ujarnya kepada kantor berita BBC.

Sejak itu, pria kelahiran Kota London tanggal 13 Juli 1973 ini mengaku bahwa hatinya mulai terketuk untuk mencari tahu mengenai Islam. "Saat itu, yang ada di pikiranku inilah (Islam, red) cara hidup yang dicontohkan oleh Tuhan dan aku harus mengikutinya," ungkap petinju yang memiliki nama asli Daniel Williams.

Williams mengakui ajaran Islam benar-benar sesuai dengan falsafah hidup yang ingin ia jalankan. Ia juga menemukan kecocokan dengan ajaran Islam. "Saya menemukan ajaran Islam itu sangat mudah. Terutama dalam menjalankan kewajiban shalat lima waktu meski saya harus bangun pada pukul 03.00 atau 04.00 dini hari untuk menjalankan shalat subuh. Namun demikian, saya tenang dan mendapatkan kedamaian saat menjalankannya," paparnya.

Kepada BBC, Williams mengungkapkan bahwa tantangan terberat setelah menjadi seorang Muslim adalah ketika harus menjalani sesi latihan dan pertandingan di saat bulan Ramadhan. Pengalaman tersebut pernah ia alami di tahun 2006 lalu. Kala itu Williams dijadwalkan akan bertanding melawan Matt Skelton pada Juli 2006.

Dalam duel tersebut, Williams mengalami kekalahan pada ronde ke-3 dan cedera serius pada bagian hidungnya. Kekalahan tersebut, ungkapnya, lebih disebabkan oleh sesi latihan yang dijalaninya menjadi berkurang karena secara bersamaan ia tengah menjalankan puasa Ramadhan. Namun, diakui Williams, dirinya tidak pernah menyesali kekalahan tersebut. Baginya, mampu menjalankan ibadah puasa dengan baik dan sempurna jauh lebih penting dari kemenangan saat bertinju.

"Sepanjang Ramadhan aku memang menghentikan semua kegiatan bertinju karena ingin mengisinya dengan kegiatan ibadah dan memuji Allah. Sebisa mungkin aku berusaha untuk menjadi hamba Allah yang baik pada bulan di mana Nabi Muhammad menerima wahyu untuk pertama kalinya," paparnya beralasan.

Williams menambahkan, dalam bulan puasa, Allah melarang umatnya untuk mencaci, memukul, dan lain sebagainya karena hal itu bisa memengaruhi pahala puasa. "Sebagai Muslim yang baik, tentunya di saat Ramadhan harus melakukan hal-hal yang baik. Tidak ada memukul, berdebat dengan orang, intinya Anda harus dalam kondisi bersih dari perbuatan tercela sebisa mungkin," ungkap Williams, layaknya seorang pendakwah.

Dalam kariernya sebagai petinju professional, tercatat Williams bertanding sebanyak 51 kali. Dari pertarungan sebanyak itu, 41 kali dia memenangkan pertarungan, dan 31 di antaranya dengan kemenangan KO, sedangkan sembilan dari pertarungannya berakhir dengan kekalahan dan sekali tanpa ada keputusan.

Tinggalkan Dunia Tinju untuk Beribadah

Tinju dikenal sebagai salah satu cabang olahraga yang syarat dengan kekerasan fisik, seperti memukul orang. Padahal, di dalam ajaran Islam, ungkap Williams, para pemeluknya dilarang melakukan hal tersebut. Hal itu diakuinya kerap menimbulkan pertentangan di dalam batinnya.

"Aku menyadari betul bahwa pada satu titik aku harus memutuskan apakah akan tetap menjalankan profesi sebagai petinju yang kerap bertentangan dengan ajaran Islam atau harus keluar dari olahraga ini."

Kendati sulit, pada pertengahan tahun ini, Williams memutuskan untuk berhenti dari dunia tinju yang sudah digelutinya selama 15 tahun lebih. Pertarungan melawan Derek Chisora pada 15 Mei 2010 seakan menjadi duel terakhir yang dilakoni Williams di dunia yang telah membesarkan namanya.

Sebelum pertandingan, kepada pers Williams mengungkapkan bahwa pertarungannya dengan Chisora kemungkinan akan menjadi penampilannya yang terakhir di atas ring, baik hasilnya ia menang maupun kalah.

"Setelah tidak lagi bertinju, mungkin saya akan melakukan pekerjaan di bidang keamanan. Tetapi, sebelum saat itu tiba, saya masih ingin mengejar impian saya untuk menjadi juara dunia kelas berat," ujarnya dalam sebuah kesempatan sebelum pertarungannya dengan Chisora.

Dalam pertandingan tersebut, Chisora berhasil memukul KO Williams pada ronde kedua dan keluar sebagai juara. Ia pun memutuskan untuk tidak meneruskan kegiatannya dalam bertinju dan fokus mengabdikan dirinya untuk beribadah kepada Allah.

Vicente Mote Alfaro: Kisah Yesus Menjadikannya Seorang Muslim


   
Vicente Mote Alfaro: Kisah Yesus Menjadikannya Seorang Muslim
Vicente Mote Alfaro

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Tak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa kelak dia akan menjadi seorang Muslim. Dia tahu mengenai agama Islam. Namun, agama yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW itu tak pernah diketahuinya secara mendalam.

Maklum sejak kecil hingga dewasa, Vicente Mote Alfaro, termasuk seorang kristiani yang taat pergi ke gereja. Setiap pekan dia rajin menghadiri kebaktian dan tak pernah lupa membaca alkitab, sekalipun sedang di rumah. Apalagi, dia tinggal di Spanyol, negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik.

Hingga akhirnya di saat usianya 20 tahun, Alfaro 'diperkenalkan' dengan Islam oleh tetangganya, seorang Muslim Aljazair. ''Ketika berbincang-bincang, dia mengatakan bahwa seluruh umat manusia adalah keturunan Adam dan Hawa, dan semuanya merupakan anak dari Nabi Ibrahim,'' ujarnya mengisahkan kejadian itu. ''Saya terkejut mengetahui bahwa dalam Islam juga mengenal Adam, Hawa, dan Ibrahim''.

Perbincangan itu rupanya begitu berbekas di diri Alfaro. Perkataan tetangganya itu terus teringat dikepalanya, membuat dirinya semakin ingin mengetahui tentang agama yang kali pertama diturunkan di Makkah ini. Untuk memuaskan keingintahuannya itu, dia coba mencari referensi mengenai Islam dari perpustakaan. Saat itu, dia sudah kuliah. ''Selanjutnya, saya meminjam salinan Alquran (dan terjemahannya) dari perpustakaan,'' ujarnya.

Alfaro membawanya pulang dan membaca Alquran tersebut dengan teliti. Ayat demi ayat, lembar demi lembar, Alquran itu dibacanya dengan perlahan. Hingga akhirnya, dia mendapatkan ayat-ayat Alquran yang mengisahkan tentang Yesus (Nabi Isa) dan kejadian penyalibannya. Penjelasan dan kisah tentang Yesus yang dimuat dalam Kitab Suci umat Islam itu rupanya mengguncang hati kecilnya.

''Saya sudah sering membaca dalam Injil bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan Tuhan mengirim anaknya ke bumi untuk dibunuh dan disiksa guna membebaskan dosa-dosa manusia. Saya sebenarnya selalu bermasalah dengan hal itu, terutama untuk bisa mempercayai cerita itu,'' tutur Alfaro mengungkapkan isi hatinya ketika belum bertemu dengan Islam.

Setelah membaca Alquran, dia seakan menemukan jawaban yang sebenarnya mengenai kisah Yesus dan penyalibannya. ''Saya temukan jawabannya dalam Alquran. Yesus tidak pernah disiksa ataupun disalib,'' katanya. ''Muslim meyakini Yesus sebagai salah satu Rasul yang sangat dihormati. Dalam Islam, Yesus tidak mengalami penyaliban, namun diangkat ke surga dan kelak akan diturunkan kembali ke bumi pada akhir zaman.''

Kisah mengenai Yesus dalam Alquran itu tampaknya menjadi tonggak penting bagi Alfaro untuk menuju cahaya Islam. Setelah hatinya kian mantap, dia pun mengucapkan dua kalimat syahadat. ''Dengan cepat saya menyadari bahwa Alquran adalah Kitab Tuhan yang sesungguhnya, dan saya tidak pernah menyesal menjadi seorang Mualaf,'' ujar pria yang kini memiliki nama Mansour itu.

Dan kini jika masyarakat bertanya kepada Alfaro bagaimana dia dapat menjadi seorang Mualaf, dia akan memberikan jawaban yang sederhana. ''Allah telah menjadikan Islam sebagai agama dan hidupku,'' katanya dengan penuh kerendahan hati. ''Saya membaca Alquran, menemukan kebenaran tentang Yesus, dan saya putuskan menjadi Mualaf.''

Kini Alfaro senang dengan agama barunya. Bahkan, pengetahuannya tentang Islam telah berkembang dengan pesat. Pada 2005, dia menjadi anggota Dewan Direktur Islamic Cultural Center of Valencia (CCIV). Bahkan, dia menjadi mualaf pertama di Spanyol yang menjadi imam masjid di CCIV. ''Dia pantas dipilih karena pengetahuannya agamanya yang luas,'' ucap El-Taher Edda, Sekretaris Jenderal Liga Islam untuk Dialog dan Koeksistensi.