Kamis, Mei 05, 2011

Di Amerika Bisa Meramal Dengan Menggunakan Pantat!




Hentikan meramal masa depan Anda dengan membaca garis telapak tangan. Seorang supranatural Jerman sesumbar, dirinya mampu membaca nasib orang dengan menyentuh bokong telanjang mereka. Sang paranormal, Clairvoyant Ulf Buck (39), mengatakan bagian belakang tubuh seseorang ternyata memiliki garis-garis tertentu, menyerupai garis tangan yang biasa digunakan para peramal untuk mengetahui karakter dan nasib seseorang. “Bokong merupakan bagian tubuh tempat garis nasib sangat jelas terlihat. Bahkan, berdasar pengalaman saya, garis di wilayah tersebut lebih ekspresif daripada garis tangan,” katanya kepada Reuters. “Garis ini juga akan terus berubah, sejalan dengan bertambahnya umur.”

Dengan meraba garis-garis di bokong kliennya, Buck mengaku dapat menebak tingkat kemakmuran, kehidupan rumah tangga, kesehatan, dan kebahagian seseorang pada masa depan. Menurutnya, garis yang mewakili kesuksesan, karier, dan rasa seni seseorang, adalah garis-garis dari atas pantat yang mengarah ke bagian dalam. Sementara lima garis lainnya, mengarah keluar.

“Pada awalnya meramal dengan meraba garis pantat hanya saya lakukan di lingkup kecil. Namun kemudian lingkupnya semakin besar,” katanya. “Saya bukan orang sinting pada abad ini. Saya menangani pelanggan saya dengan kepedulian tinggi dan kehati-hatian.”

Buck, yang tinggal di bagian utara Desa Meldorf di Hamburg timurlaut, mengatakan beragam orang telah mendatanginya. Mereka meminta diramal dengan metode ramal garis pantat tersebut. Dia menganggap kebutaannya sebagai modal besar. Paling tidak, dengan kondisinya itu para pelanggan tidak takut identitas mereka terbongkar. Dia mengalami kebutaan sejak umur tiga tahun.

Bukan Iseng

“Semua jenis orang datang. Dari pembantu rumah tangga, sekretaris, sampai tokoh terpandang. Bagi mereka, kebutaan saya merupakan anugerah karena saya dapat melakukan ramal bokong tanpa dapat mengenali mereka di lain waktu,” tambahnya.

Walau mengaku dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk melatih jari-jarinya, dia mengatakan seorang peramal pantat amatir akan dengan cepat mampu mengetahui kepribadian seseorang. “Pantat yang berbentuk buah apel menunjukkan pemiliknya orang yang berkharisma, dinamis, percaya diri, dan kreatif. Pokoknya, seseorang yang sangat menikmati hidup,” tegasnya.

“Sementara orang yang pantatnya berbentuk buah pir adalah orang yang setia, sabar, dan bersahaja.” Dia dengan tegas menyangkal dugaan orang bahwa ramal pantat yang dilakukannya mungkin didasari oleh alasan lain, bukan cuma hasrat untuk membantu seseorang mengetahui masa depan mereka.

“Saya tidak meraba pantat untuk tujuan kenikmatan. Istri saya sudah cukup cantik,” kilahnya, dengan bangga. Buck menolak membicarakan kesuksesannya. Namun dia mengatakan pernah dengan tepat meramal, seorang aktris opera sabun suatu saat akan menulis buku. Ramalannya itu tidak meleset.

Dia juga mengatakan, selama dua tahun terakhir ini keahliannya dimanfaatkan oleh seorang pialang saham. “Seorang pialang saham tidak akan meminta pendapat seorang paranormal buta untuk meramal harga saham, jika mereka tidak percaya pada apa yang saya lakukan,” katanya.

Misteri Kematian Matahari dalam Al-Quran


DediNews - Kali ini akan membahas Misteri Kematian Matahari dalam Al-Quran Silahkan di Resapi.


وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Dan Matahari berjalan ke tempat Peristirahatannya. Itu adalah keputusan dari Yang Mahakuasa, Yang Maha Mengetahui. (Surah Ya Sin, 38)

Matahari telah memancarkan panas selama sekitar 5 miliar tahun sebagai akibat dari reaksi kimia konstan berlangsung pada permukaannya. Pada saat yang ditentukan oleh Allah di masa depan, reaksi ini pada akhirnya akan berakhir, dan Matahari akan kehilangan semua energi dan akhirnya Mati. Dalam konteks itu, ayat di atas dapat dijadikan acuan bahwa pada suatu hari energi matahari akan segera berakhir. (Allah maha tahu akan kebenarannya).

Kata Arab “limustaqarrin” dalam ayat ini merujuk pada tempat tertentu atau waktu. Kata “tajrii” diterjemahkan sebagai “berjalan,” juga bermakna seperti “untuk bergerak, untuk bertindak cepat, untuk bergerak, mengalir.”

Tampaknya dari arti kata bahwa Matahari akan terus dalam perjalanannya dalam ruang dan waktunya, tetapi pergerakan ini akan berlanjut sampai waktu tertentu yang telah ditetapkan. Ayat “Ketika matahari dipadatkan dalam kegelapan,” (QS. at-takwir, 1) yang muncul dalam deskripsi Hari Kiamat, memberitahu kita bahwa seperti waktu itu akan datang. Waktu tersebut hanya diketahui oleh Allah.

Kata Arab “taqdiiru,” diterjemahkan sebagai “keputusan” dalam ayat tersebut, termasuk makna seperti “untuk menunjuk, untuk menentukan nasib sesuatu, untuk mengukur.” Dengan ungkapan dalam ayat 38 dari Surah Ya Sin, kita diberitahu bahwa masa hidup Matahari terbatas pada jangka waktu tertentu, yang ditahbiskan oleh Allah.

اللّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأَجَلٍ مُّسَمًّى يُدَبِّرُ الأَمْرَ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لَعَلَّكُم بِلِقَاء رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ

Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. (QS. Ar-Ra’d, 2) 

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ

Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (Surah Fatir, 13)

Penggunaan kata “musamman” dalam ayat di atas menunjukkan bahwa masa hidup Matahari akan berjalan untuk “jangka waktu tertentu.” Analisis ilmiah tentang akhir Matahari menjelaskan sebagai mengkonsumsi 4 juta ton materi kedua, dan mengatakan bahwa Matahari akan mati ketika bahan bakar yang dimiliki semua telah dikonsumsi oleh matahari.

Panas dan cahaya yang dipancarkan dari matahari adalah energi yang dilepaskan seketika. Inti hidrogen berubah menjadi helium dalam proses fusi nuklir. Energi Matahari, dan karena itu hidupnya, sehingga akan berakhir setelah bahan bakar ini telah digunakan. (Allah maha mengetahui kebenaran.) Laporan berjudul “The Death of the Sun” oleh Departemen Ilmu BBC News mengatakan:

… Matahari secara bertahap akan mati. Sebagai inti bintang ke dalam kehancuran, akhirnya akan menjadi cukup panas untuk memicu atom lain menyusunnya menjadi helium.
Sebuah dokumenter, juga berjudul "The Death of the Sun," disiarkan oleh National Geographic TV,

Memberikan penjelasan sebagai berikut:
Matahari menghasilkan panas dan menopang kehidupan di planet kita. Tapi seperti manusia, Matahari juga memiliki umur yang terbatas. Seiring dengan penuaan bintang tersebut, Matahari akan menjadi lebih panas dan menguapkan semua lautan kita dan membunuh semua kehidupan di planet Bumi ... Matahari terus menjadi lebih panas karena usia dan membakar bahan bakar lebih cepat. Suhu akan meningkat, akhirnya memusnahkan kehidupan hewan, penguapan laut dan membunuh semua kehidupan tanaman ... Matahari akan membengkak dan menjadi bintang raksasa merah, menelan planet-planet terdekat. Daya tarik gravitasinya akan mengurangi dan mungkin memungkinkan Bumi melarikan diri. Pada akhirnya, ia akan menyusut menjadi bintang kecil putih, memancarkan cahaya selama seminggu untuk ratusan miliar tahun.

Para ilmuwan baru-baru ini menguraikan struktur Matahari dan menemukan apa yang terjadi di dalamnya. Sebelum itu, tak ada yang tahu bagaimana memperoleh energi matahari atau bagaimana Matahari menghasilkan panas dan cahaya.

وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلاَ تَتَذَكَّرُونَ
Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ?” (QS. Al-An’aam, 80). By. Eramuslim

Impiannya Mengunjungi Masjidil Haram Pun Terwujud

   
Hassan Ammar/AP
Impiannya Mengunjungi Masjidil Haram Pun Terwujud
Masjidil Haram

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH--Marion (46 tahun) hanyalah seorang pekerja asal Filipina yang mengadu nasib di Arab Saudi. Selama lima bulan terakhir, pria yang bekerja di sebuah perusahaan saluran air di Makkah ini tinggal di Taneem, Makkah. Tempat tinggalnya itu hanya beberapa meter dari batas tanah Haram.

Dia sebelumnya bekerja di Inggris. Selama tinggal di sana, ayah dua anak ini selalu menatap perbatasan tanah Haram itu. Entah, seperti ada yang menuntun dirinya, tanah yang disucikan umat Islam itu begitu menarik perhatiannya. Perbatasan tanah Haram itu seakan ikut mempermudah dirinya untuk merasakah rahmat Allah SWT.

Di televisi, Marion pun sering melihat tayangan Masjidil Haram dengan bangunan Ka'bah yang menjadi sentralnya. Perlahan, tanpa disadarinya, tayangan itu ikut mempengaruhi perubahan dirinya. Meskipun dia bukan seorang Muslim, Marion ingin sekali pergi ke Masjidil Haram. Dia pun mulai menginginkan suatu saat menjadi seorang Muslim. ''Aku memimpikan suatu hari akan menjadi seorang Muslim, pergi ke Masjidil Haram untuk melakukan umrah,'' tuturnya kepada Arab News.

Rupanya, Allah mempermudah keinginannya itu. Tak sampai enam bulan sejak tinggal di Taneem, Marion pun mengucapkan dua kalimat syahadat. Dia mengucapkannya di Kantor Bimbingan Propagasi Asing (Jaliyat) Taneem belum lama ini. Dia lantas mulai mempelajari Islam dan mengucapkan selamat tinggal kepada agama lamanya yang telah dianutnya lebih dari empat dekade.

''Ada beberapa rekan Muslim Filipina di perusahaan saya. Aku sangat terkesan dengan ritual agama mereka, shalat, membaca Al Qur'an, dan pergi umrah,'' tutur Marion. ''Saya ingin bisa masuk ke area Haram sebagai seorang Muslim,'' tambahnya.

Usai menjadi Muslim, Marion mengaku kini menjadi lebih bahagia dan hatinya lebih tenang. Bahkan, dia pun sekarang bisa merasakan nikmatnya membaca Alquran. ''Saya melihat Alquran merupakan obat mujarab untuk semua penyakit manusia,'' ujarnya.

Tak hanya itu, Marion juga sudah tak sabar segera memberi kabar istri dan keluarganya di Filipina tentang dirinya yang sudah menjadi mualaf. Dia berharap keluarganya bisa mengikuti jejak dirinya kembali ke agama yang benar. Dan sebagai seorang Muslim, kini dia bisa bebas mengunjungi Masjidil Haram yang diimpikannya.

Yahya Schroeder: Hidayah Datang Saat Kematian Begitu Dekatnya


Yahya Schroeder: Hidayah Datang Saat Kematian Begitu Dekatnya
Yahya Schroder

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--''Aku tak peduli lagi dengan cederaku. Aku bahagia karena Allah masih mengizinkanku untuk terus hidup. Bila Allah SWT berkehendak dan memberikan hidayah pada seseorang maka tak ada yang sanggup menghalanginya. Dan, rencana Allah pasti akan terlaksana.''

Begitulah kisah yang dialami Yahya Schroder, pemuda asal Jerman. Kecelakaan yang menimpanya saat akan berenang, membuatnya justru mendapatkan hidayah dari Allah SWT. ''Suatu hari, ketika aku ikut dengan kawan-kawan pergi berenang. Saat akan melompat ke kolam, aku terpeleset dan jatuh tidak sempurna. Akibatnya, kepalaku terbentur pinggir kolam dan punggungku retak parah. Ayahku segera membawaku ke rumah sakit,'' tutur Yahya Shcroeder, sebagaimana dikutip islamreading.com.

Selama di rumah sakit, dokter menyarankannya untuk tidak banyak bergerak. Sebab, cedera punggungnya cukup parah dan engkel tangan kanan bergeser. ''Nak, jangan banyak bergerak, ya. Sedikit saja salah bergerak, bisa menyebabkan cacat,'' kata dokter. Kalimat ini membuatnya makin tertekan.

Ia kemudian dibawa ke ruang operasi. Melihat kondisinya yang kritis, salah seorang temannya, Ahmir, berkata padanya, ''Yahya, hidupmu kini ada di tangan Allah. Ini mirip seperti perjudian, antara hidup dan mati. Kini, kamu berada di puncak kenikmatan dari sebuah pencarian. Bertahanlah, sabarlah sahabat. Allah pasti akan menolongmu.'' Kalimat sahabatnya itu ternyata begitu memotivasi Yahya untuk bangkit lagi dengan semangat hidup yang baru. Semangat untuk memulai lembara hidup yang betul-betul baru bagi dirinya.

Operasi punggung dan luka-luka lainnya berjalan selama lima jam lebih. Yahya baru siuman hingga tiga hari kemudian. Saat terjaga, ia kesulitan menggerakkan tangannya. ''Entah mengapa, saat itu aku merasa seperti orang yang sangat bahagia di muka bumi, kendati sedang dibalut luka. Aku tak peduli lagi dengan cederaku. Aku bahagia karena Allah masih mengizinkanku untuk terus hidup.''

Bahkan, ketika dokter memintanya untuk istirahat dulu di rumah sakit selama beberapa bulan, ia menolaknya. Semangat hidupnya mampu mengalahkan rasa sakit yang dideritanya. Tak lebih dari dua minggu, Yahya sudah boleh pulang, lantaran kerja keras yang penuh disiplin dan latihan rutin yang ia lakukan.

''Kecelakaan itu telah mengubah jalan hidupku. Aku jadi suka merenung. Jika Allah menginginkan sesuatu, kehidupan seorang bisa berubah hanya dalam hitungan detik. Aku pun mulai serius berpikir tentang hidup ini dan Islam tentunya. Keinginan untuk memeluk Islam makin menjadi-jadi,'' ujarnya mengenang.

Namun, jalan menuju Islam tidaklah mudah. Banyak risiko yang mesti dilalui. Terbayang di benak Yahya, dia harus meninggalkan rumah dan keluarga yang dicintainya. Dia mesti menanggalkan kemewahan hidup yang selama ini direguknya. Kedua orangtuanya telah berpisah, sehingga Yahya ikut dengan ibu dan ayah tirinya. Namun, tekadnya sudah bulat sehingga dia memilih untuk tinggal bersama ayah kandungnya di Postdam.

Kala pindah ke Potsdam, Yahya cuma membawa beberapa lembar pakaian, buku sekolah, dan beberapa CD kesayangannya. Ia tinggal sementara di apartemen ayahnya. ''Tempatnya sangat kecil hingga terpaksa aku harus tidur di dapur. Tapi, aku bahagia, persis seperti saat siuman dari rumah sakit akibat kecelakaan itu,'' paparnya.

Padahal sebelumnya, saat masih bersama ibunya, Yahya hidup mewah dan enak. Pakaian bagus, rumah luas, mobil, makan enak, dan berbagai kesenangan duniawi lainnya. Ia juga suka pesta minum alkohol bersama teman-temannya hingga mabuk. ''Entahlah, dengan semua itu, aku merasa hidup tidak tenang, selalu gelisah. Kala itu pun aku berpikir untuk mencari 'sesuatu' yang lain,'' ujarnya.

Pilihannya tidak keliru. Melalui ayah kandungnya yang sudah menjadi Muslim pada tahun 2001, Yahya kian menunjukkan ketertarikannya untuk mempelajari Islam. Ia pun suka bergaul dengan komunitas Muslim Postdam. Ayahnya secara diam-diam memperhatikan tingkah laku Yahya. Ia menginginkan, anaknya ini mempelajari Islam secara sungguh-sungguh dan bukan ikut-ikutan. Setelah dirasa cukup mantap, Yahya akhirnya memeluk agama Islam, saat usianya menginjak 17 tahun, tepatnya pada November 2006 silam.

Begitu teman-teman sekolahnya tahu, ia memeluk Islam, sumpah serapah, caci maki, dan penghinaan ia terima dari teman-temannya yang dahulu bersamanya. Namun demikian, Yahya tak khawatir. Ia merasa sudah mantap dengan agama yang dibawa oleh Nabi Muhamamd Saw ini.

''Saat teman-temanku tahu aku telah memeluk Islam, mereka menganggap aku gila, bodoh, dan main-main. Mereka menganggap, Islam itu agama teroris, Arabisasi, suka berbuat kekerasan, mendiskriminasikan perempuan, dan lain sebagainya. Namun, aku tak membalasnya. Saya tahu, mereka melakukan itu karena mereka tidak mengenal Islam dengan baik. Mereka hanya tahu dari media massa yang turut serta menyudutkan Islam,'' katanya.

Setelah 10 bulan berjalan sejak keislamannya, teman-temannya akhirnya berubah sikap. Mereka yang tadinya usil, mulai menunjukkan simpati bahkan bertanya tentang Islam padanya. ''Aku pun melakukan dakwah di kelas pada teman-temanku tentang Islam. Mereka akhirnya menyadari, Islam punya aturan dan moral yang sangat baik dan teratur. Tidak berjudi, mabuk-mabukan, dan lain sebagainya,'' ungkapnya.

Sikap simpati juga ditunjukkan pihak sekolah. Yahya diberikan sebuah ruangan khusus untuk melaksanakan shalat. ''Padahal, siswa Muslim cuma aku satu-satunya,'' kata dia. Sikapnya yang lebih santun, sopan, dan hormat, membuat teman-temannya makin suka bergaul dengan Yahya. Ia memosisikan dirinya sebagai seorang sahabat yang baik dan tidak memihak kelompok manapun di sekolahnya.

Kini, setelah memeluk Islam, kesibukan Yahya Schroeder makin bertambah. Ia menjadi produser film, YaYa Productions di Postdam. Produksinya terutama film-film dokumenter yang mengisahkan perjalanan hidup seorang mualaf, dan kebanyakan dalam bahasa Jerman dengan terjemahan bahasa Inggris. ''Tujuanku membuat film adalah untuk menunjukkan kepada kalangan non-Muslim bagaimana Islam yang sebenarnya. Jauh dari apa yang ditampilkan media selama ini. Mudah-mudahan film-film itu bisa mencerahkan pandangan mereka.''
Redaktur: Budi Raharjo

Menjadi Mualaf, Tren Baru di New Jersey

Menjadi Mualaf, Tren Baru di New Jersey
Mualaf dari etnis Hispanik di New Jersey, AS.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW JERSEY--Menjadi mualaf tengah menjadi tren di New Jersey, Amerika Serikat. Media News Observer melaporkan, tata cara yang gampang untuk menjadi seorang Muslim membuat banyak orang yang jemu dengan hidup tanpa pegangan melarikan diri ke masjid dan menganut Islam. "Anda hanya perlu mengucapkan pengakuan mengenai Allah dan Muhammad sebagai Rasul-Nya, maka saat itu juga Anda telah menjadi seorang Muslim," tulis media ini.

Di luar itu, tak ada prosedur yang rumit dan mahal. "Pernyataan yang dikenal sebagai syahadat itu dibacakan di hadapan para saksi, seringkali jemaat di Masjid," kata Mohammed Qatanani, pemimpin spiritual dari Pusat Islam Passaic County di Paterson, NJ, seperti dikutip News Observer.

Hampir tiap pekan, ada saja orang yang datang ke masjid dan meminta untuk diislamkan. Itu sebabnya, kata Qanani, pihaknya melakukan pemeriksaan untuk tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. "Jika seseorang mengatakan kepada saya bahwa mereka bersedia masuk Islam, saya akan mencoba untuk memastikan itu adalah tindakan sukarela," kata Qatanani.

Dalam sebulan, rata-rata pihaknya mengislamkan antara tiga hingga empat orang. "Saya mencoba untuk memastikan bahwa orang tersebut tidak melakukannya untuk kepentingan apapun tetapi karena ia percaya pada keesaan Allah. Kemudian orang yang membuat deklarasi, dan mereka menjadi seorang Muslim."

Beberapa masjid juga mengalami hal yang sama, kedatangan banyak tamu yang minta diislamkan. Itu sebabnya, kini, mereka mempunyai program baru, yaitu pendampingan bagi mualaf. Menurut Waheed Khalid, presiden masjid Darul Islah di Teaneck, NJ, mengatakan pada mualaf cenderung emosional.

"Dalam beberapa kasus, orang tersebut meninggalkan segalanya di belakang," kata Khalid. "Ibu atau ayah atau keluarga mungkin tidak menyetujui keputusan setelah deklarasi ini, dan mereka membutuhkan dukungan."

Masjid juga mendorong mualaf untuk belajar tentang Islam dan mengundang mereka ke kelas di mana mereka dapat belajar tentang keimanan, bahasa Arab, dan studi Quran. "Beberapa kelompok juga menawarkan dukungan tobat nasuha," kata Khalid.

Seperti halnya ditemukan dalam agama lain, para mualaf biasanya mempunyai semangat beragama yang tinggi ketimbang mereka yang sudah lebih dulu memeluk agama Islam. "Inilah pentingnya untuk mengarahkan mereka, agar jangan sampai semangat yang tinggi ini menjadi salah arah," kata  Aref Assaf, presiden American Arab Forum.

Muslim diharapkan untuk melakukan hal-hal seperti menghindari alkohol dan daging babi, dan mengajak mereka menabung untuk bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. "Setidaknya sekali seumur hidup, mereka harus berkunjung ke sana," ujarnya.

Di sisi lain, kata Assaf, Muslim yang lain juga perlu didorong untuk lebih giat belajar agama. "Seperti agama lain, kita memiliki umat Islam yang sangat setia, tapi kami juga memiliki Muslim yang tidak berdoa dan tidak pergi ke masjid namun mereka mengatakan mereka Muslim," katanya. Dengan para mualaf, mereka bisa saling mengisi.

Laura Rodriguez, Memilih Islam karena Memuliakan Perempuan

Laura Rodriguez, Memilih Islam karena Memuliakan Perempuan
.

"Islam memberikan hak, di mana dalam iman saya sebelumnya hal itu ditolak. Seperti kebebasan pribadi, hak-hak ekonomi, hak untuk mewakili kepentingan diri mereka sendiri di pengadilan, hak untuk pendidikan, untuk pekerjaan, dan bahkan hubungan suami istri." (Laura Rodriguez, Mualaf Spanyol)

MADRID--Laura Rodriguez, Presiden Uni Perempuan Muslim, sebuah organisasi Muslimah di Spanyol, menyayangkan informasi sepotong-sepotong yang diterima Barat tentang bagaimana perlakuan Islam terhadap perempuan. Menurutnya, perempuan memiliki hak lebih dalam Islam daripada di Katolik.

Laura tidak asal bicara. Lahir sebagai seorang Katolik dan dididik di sekolah Katolik, Laura Rodriguez paham betul seluk beluk agama itu. Ia menekuni agama lamanya, sampai kemudian suatu hari ia menemukan pencerahan tentang Islam.

"Islam memberiku hak yang tidak diberikan oleh Katolik, seperti kebebasan individu, hak-hak hukum, hak atas pendidikan, hak atas pekerjaan, dan hak seksualitas," kata Rodriguez.

"Perempuan tidak bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan dalam agama Katolik. Mereka tidak memiliki hak untuk seksualitas. Misi mereka adalah melahirkan anak-anak," tambahnya. Satu lagi, perempuan tidak punya hak untuk bercerai dalam agama lamanya.

Bahkan, "penindasan" terhadap kaum perempuan masih berlaku hingga saat ini di negaranya yang mayoritas warganya adalah Katolik. "Perempuan Spanyol membutuhkan persetujuan resmi suami mereka untuk membuka rekening bank," ujarnya.

Ketika ditanya mengapa wanita lebih berpendidikan, lebih berdaya, dan lebih hadir di depan publik di negara-negara Kristen dibandingkan negara Muslim, Rodriguez mengatakan bukan faktor agamanya yang mempengaruhinya. "Anda tahu, gereja telah kehilangan kekuasaannya untuk mempengaruhi masyarakat."

Ia menambahkan bahwa perempuan memperoleh hak mereka setelah negara-negara Eropa Kristen menjadi sekuler setelah Revolusi Perancis. "Adapun Islam, sebagian besar negara-negara Islam justru  tidak mencerminkan Islam yang sesungguhnya," katanya.

Rodriguez menyatakan, kini dirinya nyaman dengan Islam. Ia mengatakan masih ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi perempuan Muslim, khususnya pendatang, di Spanyol. Dia telah bekerja pada isu migrasi selama 17 tahun terakhir dan mengatakan migran perempuan menghadapi kesulitan yang lebih dibandingkan dengan rekan-rekan pria mereka.

Ia menghargai pendekatan pemerintah saat ini Spanyol, dipimpin oleh Jose Luiz Zapatero dari Partai Buruh Sosialis, menyangkut kebijakannya terhadap Muslim. "Zapatero adalah perdana menteri pertama yang secara resmi menerima perwakilan dari komunitas Muslim," katanya. "Dia juga yang pertama untuk memberikan dukungan keuangan untuk umat Islam."

Maryam Jameela, Masuk Islam Usai Diterpa Propaganda Yahudi


Maryam Jameela, Masuk Islam Usai Diterpa Propaganda Yahudi
ilustrasi

Dunia mengenal tokoh yang satu ini sebagai seorang intelektual serta penulis ternama di bidang agama, filsafat, maupun sejarah. Maryam Jameela, demikian nama muslimnya. Ia telah menghasilkan sejumlah karya yang cukup penting dalam khazanah pemikiran Islam, antara lain Islam and Western Society: A Refutation of the Modern Way of Life, Islam and Orientalis,  Islam in Theory and Practice, dan 'Islam and the Muslim Woman Today'.

Salah satu hal yang patut dicatat dari tulisan-tulisan serta pemikiran Maryam Jameela, adalah keyakinannya terhadap agama Islam yang dinilainya sebagai agama terbaik. Islam merupakan agama dengan keunggulan paripurna, sehingga merupakan satu-satunya jalan untuk menuju kehidupan lebih baik, baik di dunia maupun akhirat.

Melalui karyanya, Maryam ingin menyebarkan keyakinannya itu kepada segenap umat Muslim di seluruh dunia. Harapannya adalah agar umat semakin percaya diri untuk dapat mendayagunakan keunggulan-keunggulan agama Islam tersebut demi meraih kejayaan di berbagai bidang kehidupan.

Sikap dan pemikiran yang ‘trengginas’ itu tampaknya tak bisa dilepaskan dari latar belakang kehidupan cendekiawan ini. Sejatinya, wanita kelahiran 23 Mei 1934 tersebut adalah seorang Yahudi. Keislamannya berlangsung ketika masih berusia remaja.

Ia menyandang nama Margareth Marcus sebelum memeluk Islam. Berasal dari keluarga Yahudi, Margareth dibesarkan dalam lingkungan yang multietnis di New York, Amerika Serikat. Nenek moyangnya berkebangsaan Jerman. "Keluarga kami telah tinggal di Jerman selama empat generasi dan kemudian berasimilasi ke Amerika," papar Maryam, dalam buku Islam and Orientalism .

Margareth kecil sangat menyukai musik, terutama simphoni dan klasik. Prestasinya pada mata pelajaran musik pun cukup membanggakan karena selalu mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Hingga suatu hari dia mendengarkan musik Arab di radio, dan langsung jatuh hati.

Kian hari dirinya makin menyukai jenis musik ini. Margareth pun tak sungkan meminta kepada ibunya agar dibelikan rekaman musik Arab di sebuah toko milik imigran Suriah. Sampai akhirnya, dia mendengar tilawah Alquran dari sebuah masjid yang berada tak jauh dari tempat tinggalnya di kota New York.

Margareth merasa ada kemiripan bahasa antara musik Arab dan Alquran tadi. Akan tetapi, yang didengarnya di masjid, jauh lebih merdu. Sehingga, demi untuk menikmati keindahan lantunan ayat-ayar Alquran itu, Margaret kecil rela menghabiskan waktu untuk duduk di depan masjid .

Ketika beranjak dewasa, barulah Margareth mengetahui bahwa pelantun irama yang merdu dan telah membuainya semenjak kecil, adalah pemeluk agama Islam. Sedikit demi sedikit dia lantas berusaha mencari informasi tentang Islam, tanpa pretensi apapun terhadap agama ini.

Persinggungan yang semakin intens dengan Islam baru terjadi saat menempuh pendidikan di New York University. Usianya 18 tahun kala itu. Pada tahun keduanya, Margareth mengikuti mata kuliah Judaism in Islam karena ingin mempelajari Islam secara formal.

Setiap perkuliahan, sang dosen kerap menjelaskan bahwa Islam merupakan agama yang diadopsi dari agama Yahudi. Segala yang baik dalam Islam pada dasarnya berasal dari kitab Perjanjian Lama, Talmud dan Midrash. Tak jarang pula diputar film-film tentang propaganda Yahudi. Intinya, yang dipaparkan di ruang kuliah sering kali menunjukkan inferioritas Islam dan umat Muslim.

Akan tetapi, Margareth tidak begitu saja termakan indoktrinasi ini. Dia merasa ada yang aneh dengan segala penjelasan tadi karena terkesan menyudutkan. Dirinya merasa tertantang untuk membuktikan bahwa segala yang diterimanya di perkuliahan ini lebih bernuansa kebencian kepada Islam.

Margareth menyediakan waktu, pikiran dan tenaga yang cukup panjang untuk mempelajari Islam secara mendalam, sekaligus membandingkannya dengan ajaran Yahudi. Apa yang terjadi? Dia justru banyak melihat kekeliruan dalam agama Yahudi, sebaliknya menemukan kebenaran pada Islam.

Hasil penelaahannnya dicurahkan dalam suratnya kepada Abul A'la al-Mawdudi, seorang ulama besar Pakistan. Di situ sia menulis, “Pada kitab Perjanjian Lama memang terdapat konsep-konsep universal tentang Tuhan dan moral luhur seperti diajarkan para nabi, namun agama Yahudi selalu mempertahankan karakter kesukuan dan kebangsaan. Sebagian besar pemimpin Yahudi memandang Tuhan sebagai agen real estate yang membagi-bagikan lahan untuk keuntungan sendiri. Maka, walau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Israel sangat pesat, namun kemajuan material yang dikombinasikan dengan moralitas kesukuan ini adalah suatu ancaman bagi perdamaian dunia."

Kecintaan Margareth kepada Islam tak terbendung lagi. Dirinya semakin mantap untuk memilih Islam sebagai jalan hidup. Akhirnya ketika berusia 19 tahun, Margareth resmi memeluk Islam, tepatnya pada tahun 1961. Dia mengganti namanya menjadi Maryam Jameela.

Seperti tertera dalam buku Islam and Orientalism, sebenarnya keinginan menjadi mualaf sudah sejak jauh-jauh hari, akan tetapi selalu dihalangi keluarganya. Mereka menakut-nakutinya dengan mengatakan bahwa umat Islam tidak akan bersedia menerimanya karena berasal dari keturunan Yahudi.

Namun, Margareth tidak gentar, dan dia mampu membuktikan bahwa apa yang dikatakan keluarganya tidaklah benar. Umat Muslim justru menyambutnya dengan hangat. Keputusan beralih menjadi Muslimah, diakuinya kemudian, juga turut dipengaruhi oleh kekagumannya pada dua karya terkenal dari Mohammad Assad, yakni The Road to Mecca dan Islam at Crossroad .

Setelah berislam, dia mengalami semacam transformasi pola pikir yang dia istilahkan sebagai ‘transformation from a kafir mind into a Muslim mind’ (transfomasi dari pikiran kafir ke pikiran Muslim). Menurut Maryam, perubahan pola pikir yang memengaruhi perilaku dan tutur kata dalam kehidupan sehari-hari, akan terjadi bila seseorang memasuki ruang keislaman. Ada perbedaan mendasar antara pemikiran dari seorang Muslim dan kafir.

Tak lama setelah itu, Maryam memulai kegiatan penuangan ide, gagasan dan pemikirannya sebagai penulis tetap pada majalah Muslim Digest terbitan Durban, Afrika Selatan. Artikel-artikelnya kerap menekankan inti ajaran tentang akhlak, takwa dan iman, serta kebenaran dalam agama Allah SWT. Dan melalui aktivitas di jurnal itu, dia semakin akrab dengan Mawlana Sayid Abu Ala Mawdudi, pendiri Jamaati Islami (Partai Islam) Pakistan, yang juga kontributor di jurnal yang sama.

Maryam sangat terkesan dengan karya dan pemikiran-pemikiran Mawdudi, sehingga memutuskan untuk berkorespondensi. Surat-menyurat antara keduanya dilakukan pada kurun waktu 1960 dan 1962, dan kemudian dibukukan dengan judul  Correspondences Between Mawlana Mawdoodi and Maryam Jameela . Keduanya saling berdiskusi tentang banyak hal terkait kehidupan umat Muslim, hubungan Islam dan Barat, serta masih banyak lagi.

Sebenarnya, beberapa saat sebelum memeluk Islam, Maryam Jameela sudah aktif menulis sejumlah artikel yang intinya membela Islam. Dia juga gencar mengkritik berbagai paham modern yang seolah hendak dipaksakan untuk diterapkan kepada masyarakat Islam.

Atas undangan Mawdudi, di tahun 1962, Maryam datang ke Pakistan. Tak sekadar berkunjung, dia bahkan disarankan untuk menetap di Lahore agar bisa lebih fokus pada aktivitas intelektualnya. Beberapa waktu kemudian, dia menikah dengan Muhammad Yusuf Khan.

Sejak menetap di Pakistan, Maryam menghasilkan sejumlah karya yang berpengaruh, termasuk dalam menerjemahkan ideologi Jamaati Islami dengan bahasa yang sistematis sehingga diterima secara luas. Meski tidak secara formal terlibat dalam partai itu, Maryam adalah salah satu pembela paling gigih terhadap paham dan ideologi Jamaati Islami. Hingga kini, Maryam masih tinggal di Pakistan dan terus berkarya.