Jumat, Agustus 26, 2011

Tanda Kiamat Akan Muncul di Arab Saudi!


Salah satu tanda-tanda kiamat seperti dalam hadits Nabi Muhammad adalah ketika manusia berlomba-lomba dengan bangunan megah. Kemungkinan besar tanda yang digambarkan oleh Rasulullah itu bakal muncul di Arab Saudi, negara yang menerapkan syariat Islam.

Sebab, mereka berencana membangun gedung tertinggi di dunia yang akan diberi nama Menara Kerajaan (Kingdom Tower). Proyek senilai Rp 168,09 triliun ini akan berdiri di kota pelabuhan Jeddah. Pembangunan gedung setinggi hampir 2 kilometer ini diperkirakan bakal selesai dalam 5 tahun. Sejauh ini, belum diketahui kapan proyek itu bakal mulai dikerjakan.

“Kami merasakan sensasi untuk membantu Yang Mulia (Pangeran Walid) mewujudkan rencana ini buat Kerajaan,” kata Gordon Gill dari tim arsitek AS+GG yang ikut merancang desain Menara Kerajaan. Proyek ini bakal digarap oleh Bin Ladin Grup, perusahaan kontraktor ternama di Saudi yang merupakan milik keluarga mendiang pendiri Al-Qaidah, Usamah Bin Ladin.

Jika terwujud, Menara Kerajaan akan lebih tinggi 50 lantai ketimbang Burj Khalifah di Dubai, Uni Emirat Arab yang sekarang masih memegang rekor gedung tertinggi sejagat sejak diresmikan Januari tahun lalu. Tinggi menara kerajaan itu akan mencapai 1,6 kilometer, sedangkan Burj Khalifa 828,14 meter. Saking tingginya, perlu 12 menit untuk mencapai puncak Menara Kerajaan dengan lift.

Proyek ambisius ini bakal dibiayai oleh Pangeran Al-Walid bin Talal al-Saud. Dengan harta Rp 173,3 triliun, ia menempati urutan ke-36 dalam daftar orang paling tajir sejagat versi majalah Forbes.

Rabu, Agustus 24, 2011

Proses Pembuatan Piramida Di Mesir



Seorang arsitek Perancis menyatakan telah menguak cara pembuatan Piramid Besar Khufu yang dilakukan bangsa Mesir ribuan tahun lalu. Menurutnya, pembangunan piramid dilakukan dari bagian dalam dan bukan dengan konstruksi dari luar seperti digambarkan para ahli selama ini.



Konstruksi piramid raksasa yang dibangun Khufu, dikenal juga dengan nama Cheops, 4500 tahun lalu telah lama menarik perhatian para ilmuwan. Piramid setinggi 137 meter tersebut tersusun dari sekitar 3 juta buah batu yang masing-masing beratnya 2,5 ton.

Nah bagaimana cara mereka mengangkat batu seberat itu? Para arkeolog dan ilmuwan disiplin ilmu lainnya kesulitan memecahkan rahasia tersebut karena tidak banyak bukti-bukti yang ditinggalkan bangsa Mesir. Selama ini, para ahli meyakini piramid Khufu dibangun dari bangunan utamanya di tengah kemudian baru ke samping untuk membentuk lerengnya atau membangun sisi lereng satu demi satu.







Namun, setelah melakukan penelitian selama delapan tahun, arsitek Jean-Pierre Houdin berpendapat lain. Dari model komputer tiga dimensi yang berhasil diprogramnya terlihat bahwa piramid dibangun dari bawah ke atas. Mula-mula dibangun lereng paling bawah hingga ketinggian 43 meter. Kemudian konstruksi dilanjutkan dengan membangun lereng di atasnya hingga mencapai puncak.



Houdin juga mengklaim dapat menjelaskan teka-teki lainnya bagaimana cara menempatkan Kamar Raja yang dibangun dari 5 buah batu granit seberat 60 ton di ruangan piramid. berdasarkan bentuk piramid yang tinggi dan melebar, ia yakin bangsa Mesir menggunakan batu yang sama berat untuk menaikkannya dengan sejenis katrol.

Dengan teknik tersebut, untuk membangun makam raja sebesar itu, ia memperkirakan hanya dibutuhkan 4.000 orang. Perkiraan ini jauh lebih kecil daripada prediksi para ahli sebelumnya yang diperkirakan mencapai 100 ribu orang. Houdin berencana untuk membuktikan teorinya dengan cara melakukan uji coba langsung tanpa merusak piramid.

Ledakan Mahadasyat di Siberia (1908)



Tanpa bermaksud untuk melebih-lebihkan , misteri ledakan mahadasyat yang terjadi di kawasan Tunguska pada tahun 1908 silam, menjadi salah satu misteri dunia yang sampai saat ini membuat saya mati penasaran!

Saya selalu ingin mencari tahu , sebenarnya fenomena apakah yang terjadi di kawasan ini 99 tahun silam?

Banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan dikerahkan untuk turut mengungkap tabir gelap dari kejadian misterius ini. Namun sampai sekarang , sepertinya belum ada hasil dari ekspedisi yang benar-benar memuaskan. Maka tidak heran jika misteri Tunguska ini masuk kedalam top 10 misteri dunia.

Kejadian ini bermula pada pagi hari tanggal 30 Juni 1908 , kafilah-kafilah di gurun Gobi menyaksikan sebuah bola api menyala dan yang meluncur dengan cepat di langit untuk akhirnya lenyap di sebelah utara tapal batas Mongolia. Beberapa saat kemudian terjadilah ledakan maha dahsyat di dataran tinggi Siberia Tengah, Rusia, didekat sungai Tunguska, yang tercatat pada seismograf-seismograf di Irkutsk (880 kam ke selatan), Moskow (5000 km) ke barat, St. Petersburg, (Leningrad sekarang) dan bahkan sejauh Washington dan Jakarta.

Penduduk di daerah itu yang sangat langka melaporkan timbulnya tiang api yang menjulang setinggi langit, disusul oleh gelombang panas, serangkaian menggelegar, gelombang-gelombang angin sekencang taufan dan turunnya hujan yang berwarna hitam.

Baru 19 tahun kemudian dikirim ekspedisi ilmiah di bawah pimpinan Prof. L. Kulik, yang diulangi lagi pada tahun-tahun 1928 dan 1929. Fakta-fakta yang dikumpulkan mengagumkan dunia ilmu pengetahuan: daerah hutan yang berbentuk lonjong dengan ukuran kurang lebih 25 x 15 km mengalami kehancuran total, sedang lingkaran luar dengan ukuran kurang lebih 50 x 45 km mengalami kerusakan berat. Prof. Kulik almarhum ialah seorang ahli meteorit dan sampai akhir hayatnya mencoba dengan sia-sia untuk membuktikan adanya “Meteor Tunguska”. Versi lain kemudian menyangka adanya sekelompok meteor. Namun tidak berhasil ditemukan sisa-sisanya seperti pada kepundan-kepundan meteor lainnya. Kemudian dilontarkan kemungkinan adanya komet, namun hal itu tidak sesuai dengan laporan para saksi.

Setelah tibanya zaman atom baru disadari bahwa ledakan maha dahsyat di Tunguska memperlihatkan ciri-ciri suatu ledakan nuklir! Ciri-ciri itu antara lain ialah bahwa pohon-pohon di hutan sekitarnya yang selamat dari ledakan, memperlihatkan lingkaran tahunan yang lebih gemuk untuk tahun 1908 daripada tahun-tahun lainnya. Dari keadaan pohon-pohon yang hangus terbakar juga dapat disimpulkan, bahwa ledakan yang memancarkan panas itu terjadi bukannya di permukaan bumi melainkan di udara.
Demikian juga telah ditemukan butir-butir magnetit ukuran mikroskopis di samping butir-butir silikat seperti kaca yang kadang-kadang mengandung partikel besi. Bahan-bahan yang sama ditemukan sehabis percobaan-percobaan nuklir di Alamogordo, Amerika Serikat, dan terbentuk oleh suhu sangat tinggi dari ledakan nuklir. Menurut perkiraan, ledakan maha dahsyat di Siberia pada tahun 1908 itu berkekuatan 30 megaton.

Dalam dua dasawarsa terakhir ini telah terungkap perspektif lain terhadap teka-teki Tunguska dengan adanya penelitian oleh ahli-ahli aerodinamika dan ahli-ahli peroketan, yang dipelopori oleh Dr. Felix Zigel. Analisa dari laporan para saksi, bukti-bukti dari gelombang balistik dan bentuk daerah kerusakan menunjukkan bahwa lintasan yang ditempuh oleh benda dari kosmos itu bukanlah lurus, melainkan semula datang dari arah selatan, di atas desa Keshma membelok ke timur dan diatas desa Preobrazhenka berubah arah ke barat. Tiba di sebelah utara desa Vanavara terjadilah ledakan maha dahsyat itu.

Lintasan yang berbelok-belok itu tidak mungkin dilakukan oleh suatu benda alamiah, melainkan hanya dapat dilakukan oleh suatu benda buatan, sehingga timbullah dugaan bahwa penyebabnya ialah wahana antariksa yang datang dari peradaban lain!

Hipotesa wahana antariksa dari luar bumi itu ada dua macam, meskipun kedua-duanya berdasarkan anggapan bahwa telah terjadi suatu ketidakberesan teknis. Yang satu mengira bahwa terjadi kerusakan pada sistem propulsinya sehingga terjadilah ledakan maha dahsyat yang memusnahkan tamu dari luar bumi tadi. Hanya butiran mikroskopis saja yang masih tertinggal yang merupakan sisa dari wahana antariksa semula.

Hipotesa yang lain mengira, bahwa obyek dari kosmos itu mengalami kesulitan dalam sistem pengemudian sehingga hampir membentur permukaan bumi. Maka dari itu pada saat terakhir ia terpaksa melakukan koreksi arah dengan menyalakan motor roket nuklirnya, sehingga ia berhasil meninggalkan bumi untuk selanjutnya meneruskan perjalanannya ke arah Planet Venus.

Apa pun sebabnya, kita boleh merasa bersyukur bahwa ledakan maha dahsyat tadi tidak terjadi di atas salah satu kota metropolitan, melainkan di daerah yang jarang penduduknya. Namun, menurut Ian Ridpath (Messages from the Stars, Fontana/Collins, Glasgow 1978), di dalam tahun 1977 para sarjana Uni Sovyet mengumumkan penemuan bahan carbonaceous chonditer yang lazimnya terdapat di kepala komet.

Apakah dengan demikian teka teki Tunguska telah terjawab untuk penghabisan kesekian kalinya?

Teknologi Kuno Bangsa Indonesia yang Canggih


Quote:
Di zaman dahulu kala, para nenek moyang kita sudah menemukan banyak penemuan yang terbilang canggih. Tetapi sayang sekali banyak orang Indonesia sendiri tidak menyadarinya. Kali ini Indonesiatop.blogspot akan menulis beberapa teknologi kuno nenek moyang Indonesia.

1. Borobudur: bukti kecanggihan teknologi dan arsitektur



Borobudur adalah candi yang diperkirakan mulai dibangun sekitar 824 M oleh Raja Mataram bernama Samaratungga dari wangsa Syailendra. Borobudur merupakan bangunan candi yang sangat megah.

Tidak dapat dibayangkan bagaimana nenek moyang kita membangun Borobudur yang demikian berat dapat berdiri kokoh dengan tanpa perlu memakukan ratusan paku bumi untuk mengokohkan pondasinya, tak terbayangkan pula bagaimana batu-batu yang membentuk Borobudur itu dibentuk dan diangkut ke area pembangunan di atas bukit.

Bahkan dengan kecanggihan yang ada pada masa kini, sulit membangun sebuah candi yang mampu menyamai candi Borobudur. Borobudur juga mengadopsi Konsep Fraktal.

Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki elemen-elemen yang mirip dengan bentuknya secara keseluruhan.

Candi borobudur sendiri adalah stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil. Terus hingga ketidakberhinggaan. Sungguh mengagumkan nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan seperti itu. Bangunan Candi Borobudur benar-benar bangunan yang luar biasa.


2. Kapal Jung Jawa: Teknologi kapal raksasa



Jauh sebelum Cheng Ho dan Columbus, para penjelajah laut Nusantara sudah melintasi sepertiga bola dunia. Meskipun sejak 500 tahun sebelum Masehi orang-orang China sudah mengembangkan beragam jenis kapal dalam berbagai ukuran, hingga abad VII kecil sekali peran kapal China dalam pelayaran laut lepas.

Dalam catatan perjalanan keagamaan I-Tsing (671-695 M) dari Kanton ke Perguruan Nalanda di India Selatan disebutkan bahwa ia menggunakan kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu lintas pelayaran di ”Laut Selatan”.

Pelaut Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16 Diego de Couto dalam buku Da Asia, terbit tahun 1645 menyebutkan, orang Jawa lebih dulu berlayar sampai ke Tanjung Harapan, Afrika, dan Madagaskar.

Ia mendapati penduduk Tanjung Harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat seperti orang Jawa. "Mereka mengaku keturunan Jawa," kata Couto, sebagaimana dikutip Anthony Reid dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara.

Berdasarkan relief kapal di Candi Borobudur membuktikan bahwa sejak dulu nenek moyang kita telah menguasai teknik pembuatan kapal. Kapal Borobudur telah memainkan peran utama dalam segala hal dalam bahasa Jawa pelayaran, selama ratusan ratus tahun sebelum abad ke-13.

Memasuki abad ke-8 awal, kapal Borobudur digeser oleh Jung besar Jawa, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Kata "Jung" digunakan pertama kali dalam perjalanan biksu Odrico jurnal, Jonhan de Marignolli, dan Ibn Battuta berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14.

Mereka memuji kehebatan kapal Jawa raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dari karya kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku.

Disebutkan, jung Nusantara memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis.

Bobot jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis. Jung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai 1.000 ton yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Nusantara untuk menyerang armada Portugis di Malaka pada 1513. Bisa dikatakan, kapal jung Nusantara ini disandingkan dengan kapal induk di era modern sekarang ini.


3. Keris: kecanggihan teknologi penempaan logam



Teknologi logam sudah lama berkembang sejak awal masehi di nusantara. Para empu sudah mengenal berbagai kualitas kekerasan logam. Keris memiliki teknologi penempaan besi yang luar biasa untuk ukuran masyarakat di masa lampau.

Keris dibuat dengan teknik penempaan, bukan dicor. Teknik penempaan disertai pelipatan berguna untuk mencari kemurniaan besi, yang mana pada waktu itu bahan-bahan besi masih komposit dengan materi-materi alam lainnya.

Keris yang mulanya dari lembaran besi yang dilipat-lipat hingga kadang sampai ribuan kali lipatan sepertinya akan tetap senilai dengan prosesnya yang unik, menarik dan sulit. Perkembangan teknologi tempa tersebut mampu menciptakan satu teknik tempa Tosan Aji ( Tosan = besi, Aji = berharga).

Pemilihan akan batu meteorit yang mengandung unsur titanium sebagai bahan keris, juga merupakan penemuan nenek moyang kita yang mengagumkan. Titanium lebih dikenal sebagai bahan terbaik untuk membuat keris karena sifatnya ringan namun sangat kuat.

Kesulitan dalam membuat keris dari bahan titanium adalah titik leburnya yang mencapai 60 ribu derajat celcius, jauh dari titik lebur besi, baja atau nikel yang berkisar 10 ribu derajat celcius.

Titanium ternyata memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis unsur logam lainnya. Unsur titanium itu keras, kuat, ringan, tahan panas, dan juga tahan karat.

Unsur logam titanium baru ditemukan sebagai unsur logam mandiri pada sekitar tahun 1940, dan logam yang kekerasannya melebihi baja namun jauh lebih ringan dari besi. Dalam peradaban modern sekarang, titanium dimanfaatkan orang untuk membuat pelapis hidung pesawat angkasa luar, serta ujung roket dan peluru kendali antar benua.


4. Benteng Keraton Buton: Arsitektur bangunan untuk pertahanan



Di Buton, Sulawesi Tenggara ada Benteng yang dibangun di atas bukit seluas kurang lebih 20,7 hektar. Benteng yang merupakan bekas ibukota Kesultanan Buton ini memiliki bentuk arsitek yang cukup unik, terbuat dari batu kapur.

Benteng yang berbentuk lingkaran ini memiliki panjang keliling 2.740 meter. Benteng ini memiliki 12 pintu gerbang dan 16 pos jaga / kubu pertahanan (bastion) yang dalam bahasa setempat disebut baluara.

Tiap pintu gerbang (lawa) dan baluara dikawal 4-6 meriam. Jumlah meriam seluruhnya 52 buah. Pada pojok kanan sebelah selatan terdapat godana-oba (gudang mesiu) dan gudang peluru di sebelah kiri.

Letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik di zamannya. Benteng ini menunjukkan betapa hebatnya ahli bangunan nenek moyang kita dalam membuat teknologi bangunan untuk pertahanan.


5. Si Gale gale: Teknologi Robot tradisional Nusantara



Orang Toba Batak Sumatra utara pada zaman dahulu sudah bisa membuat robot tradisional yang dikenal dengan sebutan si gale-gale. Boneka ini menguasai sistem kompleks tali yang dibuat sedemikian rupa. Melalui tali yang ditarik ulur inilah boneka itu dapat membungkuk dan menggerakan “tangannya” sebagai mana layaknya orang menari.

Menurut cerita, Seorang Raja dari Suku Karo di Samosir membuat patung dari kayu untuk mengenang anak satu-satunya yang meninggal dunia. Patung kayu tersebut dapat menari-nari yang digerakkan oleh beberapa orang. Sigale - gale dimainkan dengan iringan musik tradisional khas Batak.

Boneka yang tingginya mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum tradisional Batak. Bahkan semua gerak-geriknya yang muncul selama pertunjukan menciptakan kesan-kesan dari contoh model manusia.

Kepalanya bisa diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya dapat bergerak, kedua tangan bergerak seperti tangan-tangan manusia yang menari serta dapat menurunkan badannya lebih rendah seperti jongkok waktu menari.

Si gale-gale merupakan bukti bahwa nenek moyang kita sudah dapat membuat boneka mekanikal atau robot walau dalam bentuk yang sederhana. Robot tersebut diciptakan untuk dapat meniru gerakan manusia.


 




 
Quote:

6. Pengindelan Danau Tasikardi, Banten : Kecanggihan Teknologi Penjernihan Air




Nenek moyang kita ternyata sudah mengembangkan teknologi penyaringan air bersih. Sekitar abad ke16-17 Kesultanan Banten telah membangun Bangunan penjernih air untuk menyaring air yang berasal dari Waduk Tasikardi ke Keraton Surosowan.

Proses penjernihannya tergolong sudah maju. Sebelum masuk ke Surosowan, air yang kotor dan keruh dari Tasik Ardi disalurkan dan disaring melalui tiga bangunan bernama Pengindelan Putih, Abang, dan Emas.

Di tiap pengindelan ini, air diproses dengan mengendapkan dan menyaring kotoran. Air selanjutnya mengalir ke Surosowan lewat serangkaian pipa panjang yang terbuat dari tanah liat dengan diameter kurang lebih 40 cm.

Terlihat sekali bahwa pada masa tersebut sudah mampu menguasai teknologi pengolahan air keruh menjadi air layak pakai.

Danau Tasik Ardi sendiri merupakan danau buatan. Sebagai situs sejarah, keberadaan danau ini adalah bukti kegemilangan peradaban Kesultanan Banten pada masa lalu.

Untuk ukuran saat itu, membuat waduk atau danau buatan untuk mengairi areal pertanian dan memenuhi kebutuhan pasokan air bagi penduduk merupakan terobosan yang cemerlang.


7. Karinding: Teknologi pengusir hama dengan gelombang suara



Ternyata nenek moyang dan leluhur kita mempunyai suatu alat musik tiup tradisional yang berfungsi sebagai hiburan sekaligus pengusir hama.

Alat musik dari Sunda ini terbuat dari pelepah kawung atau bambu berukuran 20 x 1 cm yang dipotong menjadi tiga bagian yaitu bagian jarum tempat keluarnya nada (disebut cecet ucing atau ekor kucing), pembatas jarum, dan bagian ujung yang disebut panenggeul (pemukul).

Jika bagian panenggeul dipukul, maka bagian jarum akan bergetar dan ketika dirapatkan ke rongga mulut, maka akan menghasilkan bunyi yang khas.

Alat ini bukan cuma untuk menghibur tapi juga ternyata berfungsi mengusir hama di kebun atau di ladang pertanian. Suara yang dihasilkan oleh karinding ternyata menghasilkan gelombang low decibel yang menyakitkan hama sehingga mereka menjauhi ladang pertanian.

Frekuensi suara yang dikeluarkan oleh alat musik tersebut menyakitkan bagi hama tersebut, atau bisa dikatakan frekuensi suaranya melebihi dari rentang frekuensi suara hama tersebut, sehingga hama tersebut akan panik dan terganggu konsentrasinya.

Kecanggihan Karinding sebagai bukti bahwa nenek moyang kita sejak dulu sudah mampu menciptakan alat yang menghasilkan gelombang suara. Ini adalah alat mengusir hama yang aman bagi lingkungan. Dibutuhkan perhitungan yang teliti untuk menciptakan alat musik seperti itu.


8. Rumah Gadang: Arsitektur Rumah Aman Gempa



Para nenek moyang orang Minang ternyata berpikiran futuristik alias jauh maju melampaui zamannya dalam membangun rumah. Konstruksi rumah gadang ternyata telah dirancang untuk menahan gempuran gempa bumi.

Rumah gadang di Sumatera Barat membuktikan ketangguhan rekayasa konstruksi yang memiliki daya lentur dan soliditas saat terjadi guncangan gempa hingga berkekuatan di atas 8 skala richter.

Bentuk rumah gadang membuat Rumah Gadang tetap stabil menerima guncangan dari bumi. Getaran yang datang dari tanah terhadap bangunan terdistribusi ke semua bangunan.

Rumah gadang tidak menggunakan paku sebagai pengikat, tetapi berupa pasak sebagai sambungan membuat bangunan memiliki sifat sangat lentur.

Selain itu kaki atau tiang bangunan bagian bawah tidak pernah menyentuh bumi atau tanah. Tapak tiang dialas dengan batu sandi.

Batu ini berfungsi sebagai peredam getaran gelombang dari tanah, sehingga tidak mempengaruhi bangunan di atasnya. Kalau ada getaran gempa bumi, Rumah Gadang hanya akan berayun atau bergoyang mengikuti gelombang yang ditimbulkan getaran tersebut

Darmansyah, ahli konstruksi dari Lembaga Penanggulangan Bencana Alam, Sumatera Barat menyebutkan, dari sisi ilmu konstruksi bangunan rumah gadang jauh lebih maju setidaknya 300 tahun dibanding konstruksi yang ada di dunia pada zamannya.


9. Tempe: Pemanfaatan bioteknologi untuk makanan



empe merupakan hasil bioteknologi sederhana khas Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia telah menggunakan Rhizopus untuk membuat tempe dari kedelai. Semua ini adalah penggunaan mikroba atau mikroorganisme pada tingkat sel untuk tujuan pangan.

Sebenarnya mengolah kedelai dengan ragi juga dilakukan di negara lain seperti China, Jepang, India, dll. Tetapi yang menggunakan Rhizopus hanya di Indonesia saja. Jadi kemampuan membuat tempe kedelai adalah penemuan orang Indonesia.

Tempe sudah dikenal sejak berabad-abad lalu di Nusantara. Dalam bab 3 dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 telah ditemukan kata "tempe".

Kini, tempe sudah merambah manca negara, tidak saja karena rasa dan aromanya, namun juga karena kandungan gizinya. Penemuan tempe adalah sumbangan nenek moyang kita pada seni masak dunia.


10. Pranata Mangsa: Sistem penanggalan musim bukti kepandaian ilmu astronomi nenek moyang kita



Seperti kebudayaan-kebudayaan lain di dunia, masyarakat asli Indonesia sudah sejak lama menaruh perhatian pada langit. Pengamatan langit digunakan dalam pertanian dan pelayaran.

Dalam masyarakat Jawa dikenal pranatamangsa, yaitu peramalan musim berdasarkan gejala-gejala alam, dan umumnya berhubungan dengan tata letak bintang di langit.

Menurut Daldjoeni di bukunya "Penanggalan Pertanian Jawa Pranata Mangsa", Pranata Mangsa tergolong penemuan brilian. Kompleksitasnya tak kalah bobot dari sistem penanggalan yang ditemukan bangsa Mesir Kuno, China, Maya, dan Burma. Lebih-lebih jika dibandingkan dengan model Farming Almanac ala Amerika, Pranata Mangsa jauh lebih maju.

Meskipun teknologi sudah semakin canggih seperti sekarang ini, penerapan perhitungan pranata mangsa masih relevan. Hal itu dikarenakan nenek moyang kita dulu mempelajari gejala-gejala alam seperti musim hujan/kemarau, musim tanaman berbunga/berbuah, posisi rasi bintang, pengaruh bulan purnama, dan sebagainya. Dengan mempelajari gejala-gejala alam tersebut nenek moyang kita dapat lebih menghargai kelestarian alam.

Sebenarnya masih banyak teknologi-teknologi yang digunakan nenek moyang kita yang tidak dituliskan disini.

Dari penemuan-penemuan itu sebenarnya sejak dulu bangsa Indonesia sudah mampu menguasai teknologi canggih di zamannya maka tidak pantas lah bila kita menyombongkan diri sebagai generasi sekarang bila kita tidak menghargai dan mengapresiasi leluhur kita.

Nenek moyang kita telah berhasil membangun candi-candi yang sangat indah arsitekturnya dan bertahan ratusan tahun.

Nenek moyang kita juga membangun armada laut yang telah mengarungi samudra luas.

Nenek moyang kita juga telah menemukan benda-benda yang tebilang sederhana tapi banyak manfaatnya.

Itu semua bukti bahwa nenek moyang kita sangat cerdas. Penjajahlah yang telah membuat kita lemah dan kurang percaya diri. Karena itu, setelah menjadi bangsa yang merdeka kita harus dapat bangkit kembali untuk mensejajarkan diri dengan bangsa lain yang telah maju.

Sejarah Jembatan Ampera



Pembangunan jembatan gerak ini dimulai pada bulan april 1962, setelah mendapat persetujuan dari presiden soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana rampasan perang jepang dalam kata lain semua di tanggung oleh pemerintah jepang dari kontraktor dan pekerja.

Pada awalnya, jembatan sepanjang 1.177 meter dengan lebar 22 meter ini, dinamai jembatan bung karno. Menurut sejarawan djohan hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada presiden ri pertama itu. Bung karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas sungai musi.

Spoiler:










Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi sungai musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah jembatan ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.Sejak tahun 1970, jembatan ampera sudah tidak lagi dinaikturunkan. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini, yaitu sekitar 30 menit, dianggap mengganggu arus lalu lintas antara seberang ulu dan seberang ilir, dua daerah kota palembang yang dipisahkan oleh sungai musi.
Spoiler:










Jembatan ampera pernah direnovasi pada tahun 1981, dengan menghabiskan dana sekitar rp 850 juta. Renovasi dilakukan setelah muncul kekhawatiran akan ancaman kerusakan jembatan ampera bisa membuatnya ambruk.

Bersamaan dengan eforia reformasi tahun 1997, beberapa onderdil jembatan ini diketahui dipreteli pencuri. Pencurian dilakukan dengan memanjat menara jembatan, dan memotong beberapa onderdil jembatan yang sudah tidak berfungsi. Warna jembatan pun sudah mengalami 3 kali perubahan dari awal berdiri berwarna abu-abu terus tahun 1992 di ganti kuning dan terakhir di tahun 2002 menjadi merah sampai sekarang.

Pekalongan tempo doeloe


1. Alun-alun Kota Pekalongan Tempo Dulu



2. Balai Kota Madya Pekalongan Tempo Dulu




Perlu kalian ketahui bahwa Gedung Museum Batik Kota Pekalongan sekarang ternyata dulu sebelum di jadikan Museum gedung ini depakai untuk Balai Kota Madya Pekalongan





3. Bioskop Irama Kota Pekalongan Tempo Dulu



4. Bioskop Rex Dan Capitol di Kota Pekalongan Tempo Dulu


5. Gapuro Pecinan Kota Pekalongan Tempo Dulu




6. Jembatan Loji Kota Pekalongan Tempo Dulu
7. Masjid Agung Kauman Kota Pekalongan Tempo Dulu

Selasa, Agustus 23, 2011

PERKEBUNAN TEH "KALIGUA"

Salah satu obyek wisata di daerah brebes tegal dan sekitarnya yang patut kita kunjungi adalah Perkebunan teh Kaligua. Pemandangannya yang elok, hawanya yang sejuk, serta udaranya yang segar sangat memikat hati para pengunjung.
Kini Anda bisa menikmati panorama alam dan udara segar di sana karena terbuka untuk umum sebagai arena wisata agro. Perkebunan ini dikelola PTP milik pemerintah (BUMN).
Dari Purwokerto dengan rute Ajibarang, kemudian di pertigaan Kretek sebelum kota Bumiayu, belok ke kanan. Jalanan menanjak, namun beraspal hotmix sehingga tidak perlu khawatir terjadi selip.
Di perjalanan kita akan disuguhi pemandangan alam nan asri, hamparan sawah, bukit-bukit hutan pinus, kemudian memasuki daerah yang lebih tinggi, terdapat hamparan luas kebun kentang milik petani. Tentu saja ada sungai dengan aliran air nan jernih.
Sebelum sampai ke perkebunan, berhentilah di telaga Ranjeng. Danau kecil memanjang ini berada di antara bukit-2 ladang kentang milik petani, dan sebagian pohon pinus yang menjuntai ke langit.
Telaga ini terkenal dengan ribuan ikan lele, yang akan bergerombol berebut makanan (nasi atau roti) yang kita tebarkan…. Anda bisa memegangi lele-lele itu, bahkan menggenggamnya, namun jangan sekali-kali menjadikannya ikan untuk konsumsi (bikin lele bakar atau goreng, misalnya). Karena ada mitos, orang yang berani makan lele telaga Ranjeng, maka akan kena musibah…. wow, serramm.
Mitos ini ternyata ada positiffnya: lele telaga ranjeng lestari hingga saat ini. Namun kadang ada saatnya lele telaga ranjeng tidak mau keluar satu pun. Mereka entah ’pergi’ kemana, apakah ’ngerong’ masuk ke dasar telaga atau ’berubah’ menjadi tikus hama padi para petani.
Demikian sebagian orang mempercayainya: tikus yang menyerang sawah berasal dari lele-lele Ranjeng yang ’berubah’, makanya kadang ada sesaji di situ untuk ’melunakkan’ serangan mereka. Dari telaga Ranjeng, 3 km lagi adalah perkebunan teh Kaligua. Setelah bayar retribusi di pintu gerbang, parkir kendaraan Anda di tempat parkir yang tidak jauh dari gerbang. Anda bisa rehat sejenak di cafe atau kalau berombongan bisa menyewa aula untuk makan-2 bersama. Anda bisa mulai jalan-jalan mengitari kebun teh nan hijau dengan udaranya yang segar. Untuk anak-anak yang suka bermain di air, tersedia kolam renang mini dan arena outbond…
Belum ke Kaligua kalau belum merasakan sensasi menelusuri lorong gua Jepang. Gua buatan penjajah dari negeri Matahari ini konon dijadikan tempat persembunyian para petinggi tentara Jepang. Berada di bawah bukit kebun teh, gua ini memiliki panjang lorong 800 mtr-an, namun untuk keamanan hanya sekitar 300-an meter yang boleh dijelajahi. Kalau hari Minggu neon di dalam lorong gua akan dinyalakan, namun sebenarnya akan lebih sensasional kalau kita menggunakan lampu sorot (senter) atau obor saja. Ada ruang tawanan, ruang rapat, ruang senjata di dalam gua itu… Pemandu akan mengiringi penelusuran gua tsb. Puncak tertinggi perkebunan teh Kaligua adalah Puncak Sakub (+/- 2.060 dpl). Bisa ditempuh dengan jalan kaki atau mobil. Bagi yang suka off road, tentu sangat senang menelusuri jalan berbatu yang menanjak, berkelok seperti obat nyamuk. Dari atas, kita akan menyaksikan hamparan perkebunan yang luas, perkampungan penduduk di sisi barat, dan puncak Gunung Slamet di sisi timur. Panorama yang sangat indah adalah kalau bisa menyaksikan terbitnya matahari dari balik Gunung Slamet, tentu kalau cuaca bersahabat alias tidak berkabut dan bermendung.
Disana juga menyediakan penginapan untuk para pengunjung yang ingin bermalam disana atau sekedar istirahat. jadi, bagi para pengunjung yang ingin bermalam atau beristirahat di sana tak perlu khawatir.
PROFIL KALIGUA
Merupakan kawasan wisata agro dataran tinggi yang terletak Kaligua di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, kab. Brebes, Jawa Tengah. Tepatnya di wilayah Brebes bagian Selatan. Wisata agro Kaligua dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah dan merupakan diversifikasi usaha untuk meningkatkan optimalisasi aset perusahaan dengan daya dukung potensi alam yang indah. Aksesibilitas Lokasi wisata agro Kaligua terletak sekitar 10 kilometer dari arah kota Kecamatan Paguyangan, atau sekitar 15 kilometer dari Bumiayu. Dengan panorama serupa juga kualitas kesegaran alamnya, tak keliru kalau Perkebunan Teh Kaligua bisa disepadankan dengan pesona alam pengunungan Puncak Bogor. Bahkan sebenarnya, bukan omong besar, lokasi atau tempat lebih komplet karena memberikan banyak pilihan untuk wisata. Sebab, terdapat beberapa situs wisata menarik yang berada di seputaran Kaligua. Sebut beberapa misalnya Gua Jepang, Tuk Benih, dan Telaga Renjeng. Lebih-lebih lagi, wisatawan yang berkunjung di tempat-tempat itu tak harus dipusingkan oleh ketiadaan fasilitas akomodasi. Sebuah vila milik perkebunan bisa dimanfaatkan oleh pengunjung yang ingin bermalam di situ.
Administratur PTPN IX Kaligua Agus Hargianto SP mengakui, kawasan perkebunan teh di wilayahnya memang sangat potensial sebagai sarana wisata agro. Wisata seperti itu bakal mampu meningkatkan pendapatan nonmigas. Apalagi ciri wisata alam seperti di Kaligua itu boleh dibilang tak pernah membosankan. Sayang sekali, meskipun lokasi perkebunan dan tawaran wisata di sekitarnya memiliki potensi luar biasa, Pemkab tampaknya belum memberikan perhatian serius terhadap wisata agro ini.
by. Fifiana Ayu

Keindahan Alam Kaligua
Alam memang tidak pernah lelah membagi berkahnya untuk seluruh makhluk-Nya, salah satu berkah tersebut yakni keindahan alam yang eksotis yang tersaji dari salah satu perkebunan teh yang bernama Kaligua. Kaligua merupakan salah satu argowisata perkebunan teh yang berada di dataran tinggi yang terletak Kaligua di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kab. Brebes, Jawa Tengah. Perkebunan teh Kaligua berada pada ketinggian 1200 - 2050 m dpl. Kondisi udara sanagt dingin, berkisar 8-22 C pada musim penghujan dan mencapai 4-12 C pada musim kemarau. Jadi tidak heran kalau wilayah perkebunan teh ini hampir selalu diselimuti kabut tebal. Perkebunan teh tersebut terletak di lereng barat gunung Slamet yang merupakan gunung tertinggi kedua di pulau jawa setelah gunung Semeru. Dari salah satu tempat di perkebunan teh Kaligua kita dapat menikmati keindahan puncak gunung Slamet dari dekat, yaitu puncak Sakub. Nuansa keindahan gunung slamet dan hamparan pohon teh hijau terasa menyegarkan dan menyejukan hati, begitulah nuansa keindahan wisata agro kebun teh Kaligua.
Kaligua tidak hanya menyuguhkan hamparan perkebunana teh yang luas dengan perbukitan yang hijau saja yang dapat kita nikmati keindahan panoramanya yang indah, tetapi juga menyuguhkan berbagai fasilitas yang dapat dinikmati oleh para wisatawan. Fasilitas yang ada di wisata agro kebun teh Kaligua adalah Tea Walk, Pembibitan Teh, Panen Teh, Pabrik pengolahan Teh, Jasa layanan teh, Penginapan, Lapangan tenis, areal Camping, Out Bond Games, Turbin kuno, Goa Jepang dan Pencak Sakub. Semua fasilitas yang disediakan tersebut dapat membuat para wisatawan semakin betah berada di perkebunan teh tersebut.
Kawasan perkebunan teh ini, selain menarik untuk sarana wisata keluarga, juga sangat cocok untuk refreshing bagi orang kota yang setiap hari disibukkan oleh rutinitas kerja karena disana terdapat sebuah kebun dengan pemandangan yang natural, kesegaran alami, dan bebas polusi. Untuk melayani wisatawan, pihak perkebunan menyediakan fasilitas home stay (penginapan) yang cukup representatif. Ketika pagi hari kita disuguhkan dengan serombongan perempuan tua dan muda para pemetik teh sudah sibuk bekerja di hamparan hijau kebun teh. Serius tapi sesekali ada keriangan ketika mereka memetiki daun teh milik PT (Persero) Perkebunan Nusantara (PTPN) IX Kaligua tersebut.
Kitika para wisatawan berada dalam lingkungan perkebunan teh kaligua maka dapat dipastikan kita dapat merasakan kenyamanan, ketenangan, dan kedamaian yang luar biasa karena dapat semakin dekat bersatu dengan alam. Keindahan alam yang menyuguhkan panorama yang mengagumkan membuat kita terkagum-kagum akan kebesaran Illahi.
By : Rizki Tri Yuniarti
"Gua Jepang" Kaligua
Salah satu daya tarik dari obyek wisata Kaligua ini adalah adanya gua peninggalan pada masa penjajahan Jepang yang masih dijaga dan dirawat keklasikannya.
Gua jepang merupakan gua peninggalan Jepang dengan ukuran kurang lebih panjang 1 km dan lebar 1,5 km. Letaknya di sebelah timur perkebunan teh kaligua, tidak sulit untuk menemukan gua Jepang karena terdapat papan penunjuk arah yang akan menuntun kita menuju tempat ini.
Gua Jepang dibangun pada tahun 1941 hingga 1
942 oleh Jepang dengan mempekerjakan masyarakat setempat. Jepang mewajibkan perwakilan pemuda dari desa terdekat untuk membangun gua, kerja paksa tersebut dinamakan dengan Romusha. Pemuda yang diwajibkan Romusha antara lain dari desa Kaligua, Kalikidang, Gronggongan, Taman, dan Pandansari. Pekerjaan ini sangat melelahkan dan imbalannya tidak sebanding dengan keringat yang diteteskan. Mereka hanya dibayar 5 sen sehari, tanpa makan dan minum bahkan tidak ada waktu istirahat.
Gua Jepang dib
angun dengan tujuan untuk melindungi Jepang dari serangan musuh. Dalam gua jepang ada ruang tawanan yang konon dulu dijadikan penjara para pekerja yang malas atau berani melawan. Selain ruang tawanan, terdapat pula ruang rapat dan ruang senjata.Selain membangun gua, Jepang juga melakukan kegiatan semacam perdagangan yang disebut Delimit. Delimit adalah pembelian barang dari para petani dengan harga yang sangat murah. Para petani dipaksa untuk menjual hasil panen kepada Jepang dengan harga yang sudah ditentukan oleh pihak Jepang. Delimit ini sangat merugikan bagi para petani. Hasil panen yang sudah dibeli dengan cara delimit ditimbun oleh Jepang di dalam gua sebagai cadangan makanan jika sewaktu-waktu musuh menyerang.
Setelah Indonesia merdeka, kemudian timbunan mak
anan dan pakaian di dalam gua diambil para petani yang sudah dirugikan. Untuk mengenang tersebut warga setempat menjaga keutuhan gua tersebut, dan hingga sekarang masih berdiri kokoh dan dinamakan Gua Jepang. Dalam gua tersebut terdapat lorong-lorong yang saling berhubungan dan terdapat pintu menuju bukit. Perjalanan menelusuri gua jepang tersebut sangat seru dan mengasyikan. Jika anda ingin masuk ke dalam gua dan mengetahui lebih dalam tentang Gua Jepang tersebut, tidak perlu khawatir karena anda akan diantar dan dipandu oleh beberapa pemandu.
By : Guruh Sigit Pamungkas
Masyarakat Sekitarnya
Objek Wisata Kaligua merupakan sebuah tempat yang sangat menarik, indah, sejuk, asri dan nyaman untuk berwisata. Dahulunya Kaligua adalah sebuah perkebunan teh yang didirikan pada masa penjajahan Belanda kemudian diambil alih Jepang pada zaman penjajahan Jepang. Pada masa penjajahan Jepang, dibuat gua yang di dalamnya terdapat banyak ruangan yang kemudian dijadikan sebagai ruang sidang dan memenjarakan para tahanan, ruang makan dan lain sebagainya.
Sebelum mencapai ke lokasi Gua, kita akan melewati tepian sung
ai yang indah, perkebunan teh yang asri dan sangat luas. Menjadikan Kaligua sangat indah dan sejuk dan menarik untuk dikunjungi.
Sekitar 1 kilometer dari lokasi Gua/Goa juga terdapat kolam yang sangat besar yaitu Telaga Renjeng, yang konon pada jaman dahulu dijadikan tempat ikan-ikan keramat yang konon menurut masyarakat sekitar adalah ikan lele yang begitu banyak dan besar-besar. Pengunjung bisa memegang ikan lele tersebut tetapi tidak boleh diambil apalagi sampai dimakan karena bisa menyebabkan malapetaka bagi yang memakannya. Ada mitos apabila ikan-ikan dalam telaga menghilang keseluruhan maka ikan-ikan berubah menjadi tikus-tikus perusak hasil tani warga sekitar. Akhirnya warga setiap tahunnya selalu memberikan sesaji agar hasil panen mereka tidak dirusak oleh tikus-tikus jelmaan ikan lele tersebut.
Masyarakat di sekitar objek wisata Kaligua sebagian besar mencari nafkah di perkebunan teh dan di pabrik teh Kaligua yang tentunya berada di dalam lokasi
wisata sehingga menambah keunikan dan keindahan objek wisata ini, karena selain bisa menikmati perjalanan dalam gua tentunya bisa menikmati keindahan kebun teh.
Jadi, walau hanya peninggalan sejarah tetapi objek wisata ini berpotensi untuk menjadi objek wisata yang handal.
By : Agustin S.
Kuda Tertambat Itu Bernama Kaligua
Kaligua merupakan nama yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat kecamatan Bumiayu kabupaten Brebes. Namun bagi masyarakat di luar Bumiayu, Kaligua sungguh masih terdengar asing bagi mereka. Padahal keindahan Kaligua seharusnya dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata handal bagi pemerintah kabupaten Brebes, asalkan dapat dikelola dengan lebih baik.
Akses menuju Kaligua sangat mudah ditempuh apabila menempuh perjalanan dari kota Tegal, pengunjung dapat memilih rute ke utara yaitu arah menu
ju kota Purwokerto. Setelah memasuki daerah Bumiayu, maka pengunjung bisa memasuki daerah kawasan obyek wisata setelah melewati pasar Bumiayu.
Suasana pegunungan yang membuat kali gua ini makin terlihat asri, dengan hamparan kebun teh sejauh mata memandang menambah kesan yang damai apabila kita sampai di daerah ini. Kali gua lebih menekankan kepada agro wisata dari pada aspek yang lain karena memang daerah ini merupa
kan bagian dari deretan pegunungan gunung slamet yang memanjang sampai gunung ciremai di wilayah Cirebon. Untuk itu kami meng-analogi-kan seperti kuda tertambat, sesuatu yang mempunyai tenaga luar biasa tetapi tidak dapat dimaksimalkan karena tidak difungsikan dan dikelola dengan maksimal.
Perjalanan menuju Kaligua sangat mengesankan apabila pengunjung sudah mulai masuk daerah Bumiayu. Jalan berliku dan berkelok sepanjang perjalanan akan membuat nadi kita berdegup penuh tantangan. Tanjakan, turunan, Dan tikungan serta
sesekali diselingi perumahan penduduk semakin membuat kesan menakjubkan. Ditambah lagi jika kita sudah mendekati daerah Kaligua karena kita akan disuguhkan sebuah telaga yang ditemukan dan diresmikan oleh negara Belanda saat masih menjajah negeri kita tercinta ini.
Telaga Renjeng namanya, danau kecil memanjang ini berada di antara bukit-2 ladang kentang milik petani, dan sebagian pohon pinus yang menjun
tai ke langit. Telaga Renjeng merupakan sebuah telaga yang sangat indah pemandangannya dan menyimpan sejuta mitos. Karena ada mitos, orang yang berani makan lele telaga Ranjeng, maka akan kena musibah…. wow, serramm.
Mitos ini ternyata ada positiffnya: lele telaga ranjeng lestari hingga saat ini. Namun kadang ada saatnya lele telaga ra
njeng tidak mau keluar satu pun. Mereka entah ’pergi’ kemana, apakah ’ngerong’ masuk ke dasar telaga atau ’berubah’ menjadi tikus hama padi para petani. Sayang sekali Telaga ini masih belum di-explore lebih maksimal oleh pemerintah kabupaten setempat. Sehingga kondisinya seakan tak bernilai meskipun sangat berpotensi juga untuk menambah pundi-pundi kas pemerintah kabupaten khususnya dari sektor pariwisatanya seperti Kaligua.
Untuk itu, bagi kalian yang menyukai tantangan wisata pegunungan, maka sangat tepat bila yang kalian pilih adalah obyek wisata Kaligua ini. Agrowisata sekaligus wisata sejarah dapat menambah pengalaman dan pengetahuan yang luar biasa. Akhirnya, kami mengucapkan selamat berwisata di Kaligua.
By : Ahmad Kartono
Ciri Khas dan Oleh-oleh Kaligua
Bumiayu adalah sebagian dari Kabupaten Brebes di Jawa Tengah. Disana masih terdapat area persawahan dan perbukitan, disana kita juga bisa mendapati obyek wisata diantaranya Kaligoa dan kebun teh. Kaligoa dan kebun teh adalah tempat yang paling asyik dan paling indah untuk kita kunjungi. Kaligoa merupakan obyek wisata yang berbentuk goa yang disekelilingnya dipenuhi perkebunan teh. Ciri khas perkebunan teh di Kaligoa adalah teh. Setiap memasuki area perkebunan teh di Kaligoa.
Pengunjung diberikan 1 pak teh yang tentunya teh tersebut diambil dari pemetikan teh di area tersebut.
Ini tentunya sangat unik. Karena mungkin jarang sekali tempat perkebunan di daerah lainnya memberikansuguhan / cindera mata seperti perkebunan teh di Kaligoa ini.

Untuk itu kita bisa juga melihat pemandangan kebun teh sambil menikmati hangatnya secangkir air teh bersama teman. Disamping itu kita bisa membeli oleh-oleh teh untuk di bawah ke rumah.