Designation: USS America (CV 66)
Classification Type: Aircraft Carrier
Ship Class: Kitty Hawk-class
Country of Origin: United States
Initial Year of Service: 1965
Number in Class: 4
USS America (CV 66 awalnya diberi kode CVA 66) merupakan kapal induk bermesin konvensional yang beroperasi untuk AL AS, secara resmi kapal ini dipensiunkan pada 1996. Dia merupakan kapal kelas Kiity Hawk yang digantikan dengan kapal induk bermesin nuklir USS Nimitz. Dia ikut ambil bagian dalam Perang Vietnam, Teluk Persia, Lebanon dan ikut serta dalam Operasi Desert Shield dan Desert Storm. Nasibnya menjadi sangat menyedihkan ketika dijadikan target pada 2005.
Desainnya tradisional dengan “island” di sisi kanan dan dek penerbangan yang menyampingg (ke kiri) dengan tiga ketapel (satu pada bagian kiri dan dua di depan). Dek penerbangannya mempunyai empat elevator pesawat, satu di sisi kiri dan tiga di kanan, dengan satu di antaranya di belakang “island”. “Island”-nya didominasi peralatan komunikasi dan sensor.
Kapal induk ini mampu mengangkut 79 pesawat dari berbagai jenis termasuk F-4 Phantoms, A-6 Intruder, A-7 Corsair II dan SP-2 Neptunes sebagai tambahan untuk sistem/helikopter anti-kapal selam dan transpor. Didukung oleh armadanya yang melindungi dan mensupply kebutuhan, membuat USS America mempunyai peran vital di dunia.
Untuk pertahanannya, USS America dilengkapi dengan bermacam-macam sistem sensor dan pemrosesan seperti radar pencari-udara AN/SPS-48 and AN/SPS-49. Electronic countermeasures terdiri dari AN/SLQ-32 yang dibuat oleh Raytheon Company. Sebagai tambahan untuk pertahanan, kapal ini persenjatai dengan tiga launcher misil permukaan-ke-udara Sea Sparrow dan 3 Phalanx CIWS (Close-In Weapon Systems) 20mm sebagai pertahanan anti-pesawat dan anti-misil.
USS America dipesan [ada 1960 dan mulai dibangun pada 1961. Dia diluncurkan pada 1964 dan mulai dioperasikan secara resmi pada 1965. Dia mempunyai “home port” di Norfolk, Virginia, USA dan beroperasi dengan motto “Don't Tread on Me". USS Amesica juga dukenal dengan Big A. USS America menjadi kapal ketiga yang diberi nama dengan nama negara.
Specifications: USS America (CV 66)
Dimensions:
Length: 1048ft (319.43m)
Beam: 248ft (75.59m)
Draught: 38ft (11.58m)
Performance:
Surface Speed: 34kts (39mph)
Submerged Speed: 0kts (0mph)
Range: (21,599km)
Structure:
Complement: 3,306
Displacement: 83,573tons
Power:
Engine(s): 8 x boilers powering 4 x steam turbines at 280,000shp.
Weapons Suite:
3 x Mark 29 launchers (Sea Sparrow surface-to-air missiles)
3 x 20mm Phalanx CIWS (Close-In Weapon Systems) systems
Air Arm:
79 aircraft of various makes including Vought A-7 Corsair II, F-4 Phantom and F-8 crusader fighter-bombers, SP-2 Neptune anti-submarine aircraft, SH-3A Sea King helicopters.
USS Ronald Reagan (CVN-76)
USS Ronald Reagan (CVN-76), adalah kapal induk kelas Nimitz kesembilan yang dimiliki oleh Angkatan Laut Amerika Serikat, dan kapal pertama yang diberi nama mantan Presiden Ronald Reagan.
Pembangunan, peresmian dan penugasan
Ronald Reagan adalah kapal induk pertama yang dinamai untuk menghormati seorang mantan presiden yang masih hidup. Tidak seperti kebanyakan tokoh yang namanya digunakan karena karena jasanya terhadap US Navy, Reagan tidak berhubungan dengan Angkatan Laut Amerika Serikat terpisah dari peranannya sebagai Panglima Perang, walaupun salah satu inisiatif pentingnya pada saat menjabat adalah Program 600-ship Navy.
Kontrak pembangunan Reagan diberikan kepada Northrop Grumman Newport News dan Galangan Kapal di Newport News, Virginia pada 8 Desember 1994, dan lunasnya mulai terpasang pada 12 Februari 1998. Ia mulai diluncurkan pada tanggal 4 Maret 2001, diresmikan oleh isteri Reagan Nancy pada tanggal yang sama, dan kapal mulai bertugas pada tanggal 12 Juli 2003, dengan nakhoda Captain J. W. Goodwin. Wakil Presiden Dick Cheney dan Lynne Cheney menghadiri upacara tersebut, seperti halnya Nancy Reagan, yang memberikan tradisi perintah pertama kepada kru kapal sebagai unit aktif di Angkatan Laut Amerika Serikat: "Man the ship and bring her to life." Ronald Reagan mulai pelayaran pertamanya pada 21 Juli 2003.
Presiden Reagan, yang tidak hadir pada saat peluncuran maupun penugasan karena penyakit Alzheimer, meninggal sebelas bulan kemudian. Pada akhir dari upacara penguburan, perwira komando kapal pada saat itu, Captain James Symodns, memberikan bendera kepada Ny. Reagan sesuai dengan permintaannya. Bendera ini pula yang berkibar di atas Capitol Hill pada tanggal 20 Januari 1981, pada saat upacara pengangkatan presiden. Captain Symonds juga memberikan kepada Ny. Reagan, bendera yang berkibar di atas Ronald Reagan pada saat mantan presiden tersebut meninggal.
Spesifikasi
Massa Ronald Reagan sekitar 95.000 ton pada saat beban penuh, kecepatan tertinggi lebih dari 30 knot, menggunakan tenaga penggerak dua reaktor nuklir yang menggerakkan empat baling-baling, dan dapat berlayar selama lebih dari 20 tahun tanpa mengisi bahan bakar. Panjangnya mendekati ketinggian Gedung Empire State pada 1.092 kaki (333 m) dan 134 kaki (41 m) lebar dengan dek penerbangan 252 kaki (77 m) lebar. Dek penerbangan mencakup areal seluas 4,5 ekar (18.000 m²). Ia dapat membawa lebih dari 5.500 pelaut and lebih dari 80 pesawat. Kapal ini merupakan pemenang pada tahun 2006 Battle "E" untuk kapal induk pesisir barat
Pada saat perpindahannya dari Samudera Atlantik ke Samudera Pasifik, ia melewati Selat Magellan. Pelabuhan pendaftarannya terdapat di Coronado, California.
Pada 29 Januari 2006, sebuah pesawat tempur F/A-18 Hornet berusaha untuk mendarat malam di Ronald Reagan, tetapi jatuh ke samudera sekitar 200 km (120 mil) tenggara Brisbane, Australia. Tidak terjadi kerusakan pada kapal, dan pilot dapat menyelamatkan diri, tetapi juru bicara resmi menyatakan bahwa pesawat hilang dan tidak dapat ditemukan.
Pada 6 Juli 2006, Ronald Reagan kembali ke Coronado dari pelayaran pertamanya dimana kapal ini terlibat dalam mendukung kelanjutan Perang melawan Teror. USS Ronald Reagan dan Carrier Strike Group (CSG) Reagan meninggalkan North Island, Coronado di San Diego County pada 27 Januari 2007 pada penyebaran pasukan tak terjadwal ke barat Pasifik, mengisi tugas yang ditinggalkan sementara oleh Kitty Hawk dimana, Kitty Hawk sedang melakukan perawatan di Jepang, senilai $28,5 juta. Pada 20 April 2007, USS Ronald Reagan (CVN 76) dan grup kembali ke Coronado.
Seorang pelaut dari Ronald Reagan, Jarrod Fowler, tampil pada kontes televisi populer American Idol, tetapi tereliminasi pada putaran kedua.[8]Reagan sendiri mengadakan Kontes "Reagan Idol", yang dimenangkan oleh Fowler, dan namanya diajukan kepada pertunjukan tersebut. Fowler menerima sebuah surat dari Nancy Reagan yang memberikan ucapan selamat atas penampilannya.
Pada 7 November 2005 Captain James A. Symonds menyelesaikan tugasnya sebagai Perwira Komandan dari CVN 76. Perwira Komandan yang baru dan sekarang adalah Captain Terry B. Kraft. Wakil Komandan (Executive Officer) saat ini adalah Captain Kevin J. Couch. Command Master Chief adalah James E. DeLozier. Komandan dari Carrier Air Wing Fourteen adalah Captain Richard W. Butler.
Dipesan: 8 Desember 1994
Mulai dibuat: 12 Februari 1998
Diluncurkan: 4 Maret 2001
Ditugaskan: 12 Juli 2003
Status: Aktif bertugas sejak 2008
Pelabuhan daftar: Naval Air Station North Island, Coronado, California
Karakteristik umum
Berat benanam: 101.000 sampai 104.000 ton beban penuh
Panjang: Keseluruhan: 1.092 ft (333 m)
Garis air: 1.040 ft (317 m)
Lebar: Keseluruhan: 252 ft (76,8 m)
Garis air: 134 ft (40,8 m)
Draft: Maksimum navigasi: 37 ft (11,3 m)
Batas: 41 ft (12,5 m)
Tenaga penggerak: 2 × Westinghouse A4W nuclear reactors
4 × steam turbines
4 × shafts 260.000 shp (194 MW)
Kecepatan: 30+ knot (56+ km/jam)
Jarak tempuh: Tidak terbatas
Awak kapal: Awak kapal: 3.200
Awak penerbangan: 2.480
Sensor dan Radar: SPS-48E 3-D air search radar
SPS-49A(V)1 2-D air search radar
Mk 23 target acquisition radar
2 × SPN-46 air traffic control radars
SPN-43B air traffic control radar
SPN-44 landing aid radars
3 × Mk 91 NSSM guidance systems
3 × Mk 95 radars
Persenjataan elektronik dan umpan: SLQ-32A(V)4 Countermeasures suite
SLQ-25A Nixie torpedo countermeasures
Persenjataan: 2 × Mk 29 Sea Sparrow
2 × RIM-116 Rolling Airframe Missile
Perisai: Tidak diketahui
Pesawat: 90 sayap tetap dan helikopter
Semboyan: Peace Through Strength
Julukan: Gipper
USS Ronald Reagan (CVN-76), adalah kapal induk kelas Nimitz kesembilan yang dimiliki oleh Angkatan Laut Amerika Serikat, dan kapal pertama yang diberi nama mantan Presiden Ronald Reagan.
Pembangunan, peresmian dan penugasan
Ronald Reagan adalah kapal induk pertama yang dinamai untuk menghormati seorang mantan presiden yang masih hidup. Tidak seperti kebanyakan tokoh yang namanya digunakan karena karena jasanya terhadap US Navy, Reagan tidak berhubungan dengan Angkatan Laut Amerika Serikat terpisah dari peranannya sebagai Panglima Perang, walaupun salah satu inisiatif pentingnya pada saat menjabat adalah Program 600-ship Navy.
Kontrak pembangunan Reagan diberikan kepada Northrop Grumman Newport News dan Galangan Kapal di Newport News, Virginia pada 8 Desember 1994, dan lunasnya mulai terpasang pada 12 Februari 1998. Ia mulai diluncurkan pada tanggal 4 Maret 2001, diresmikan oleh isteri Reagan Nancy pada tanggal yang sama, dan kapal mulai bertugas pada tanggal 12 Juli 2003, dengan nakhoda Captain J. W. Goodwin. Wakil Presiden Dick Cheney dan Lynne Cheney menghadiri upacara tersebut, seperti halnya Nancy Reagan, yang memberikan tradisi perintah pertama kepada kru kapal sebagai unit aktif di Angkatan Laut Amerika Serikat: "Man the ship and bring her to life." Ronald Reagan mulai pelayaran pertamanya pada 21 Juli 2003.
Presiden Reagan, yang tidak hadir pada saat peluncuran maupun penugasan karena penyakit Alzheimer, meninggal sebelas bulan kemudian. Pada akhir dari upacara penguburan, perwira komando kapal pada saat itu, Captain James Symodns, memberikan bendera kepada Ny. Reagan sesuai dengan permintaannya. Bendera ini pula yang berkibar di atas Capitol Hill pada tanggal 20 Januari 1981, pada saat upacara pengangkatan presiden. Captain Symonds juga memberikan kepada Ny. Reagan, bendera yang berkibar di atas Ronald Reagan pada saat mantan presiden tersebut meninggal.
Spesifikasi
Massa Ronald Reagan sekitar 95.000 ton pada saat beban penuh, kecepatan tertinggi lebih dari 30 knot, menggunakan tenaga penggerak dua reaktor nuklir yang menggerakkan empat baling-baling, dan dapat berlayar selama lebih dari 20 tahun tanpa mengisi bahan bakar. Panjangnya mendekati ketinggian Gedung Empire State pada 1.092 kaki (333 m) dan 134 kaki (41 m) lebar dengan dek penerbangan 252 kaki (77 m) lebar. Dek penerbangan mencakup areal seluas 4,5 ekar (18.000 m²). Ia dapat membawa lebih dari 5.500 pelaut and lebih dari 80 pesawat. Kapal ini merupakan pemenang pada tahun 2006 Battle "E" untuk kapal induk pesisir barat
Pada saat perpindahannya dari Samudera Atlantik ke Samudera Pasifik, ia melewati Selat Magellan. Pelabuhan pendaftarannya terdapat di Coronado, California.
Pada 29 Januari 2006, sebuah pesawat tempur F/A-18 Hornet berusaha untuk mendarat malam di Ronald Reagan, tetapi jatuh ke samudera sekitar 200 km (120 mil) tenggara Brisbane, Australia. Tidak terjadi kerusakan pada kapal, dan pilot dapat menyelamatkan diri, tetapi juru bicara resmi menyatakan bahwa pesawat hilang dan tidak dapat ditemukan.
Pada 6 Juli 2006, Ronald Reagan kembali ke Coronado dari pelayaran pertamanya dimana kapal ini terlibat dalam mendukung kelanjutan Perang melawan Teror. USS Ronald Reagan dan Carrier Strike Group (CSG) Reagan meninggalkan North Island, Coronado di San Diego County pada 27 Januari 2007 pada penyebaran pasukan tak terjadwal ke barat Pasifik, mengisi tugas yang ditinggalkan sementara oleh Kitty Hawk dimana, Kitty Hawk sedang melakukan perawatan di Jepang, senilai $28,5 juta. Pada 20 April 2007, USS Ronald Reagan (CVN 76) dan grup kembali ke Coronado.
Seorang pelaut dari Ronald Reagan, Jarrod Fowler, tampil pada kontes televisi populer American Idol, tetapi tereliminasi pada putaran kedua.[8]Reagan sendiri mengadakan Kontes "Reagan Idol", yang dimenangkan oleh Fowler, dan namanya diajukan kepada pertunjukan tersebut. Fowler menerima sebuah surat dari Nancy Reagan yang memberikan ucapan selamat atas penampilannya.
Pada 7 November 2005 Captain James A. Symonds menyelesaikan tugasnya sebagai Perwira Komandan dari CVN 76. Perwira Komandan yang baru dan sekarang adalah Captain Terry B. Kraft. Wakil Komandan (Executive Officer) saat ini adalah Captain Kevin J. Couch. Command Master Chief adalah James E. DeLozier. Komandan dari Carrier Air Wing Fourteen adalah Captain Richard W. Butler.
Dipesan: 8 Desember 1994
Mulai dibuat: 12 Februari 1998
Diluncurkan: 4 Maret 2001
Ditugaskan: 12 Juli 2003
Status: Aktif bertugas sejak 2008
Pelabuhan daftar: Naval Air Station North Island, Coronado, California
Karakteristik umum
Berat benanam: 101.000 sampai 104.000 ton beban penuh
Panjang: Keseluruhan: 1.092 ft (333 m)
Garis air: 1.040 ft (317 m)
Lebar: Keseluruhan: 252 ft (76,8 m)
Garis air: 134 ft (40,8 m)
Draft: Maksimum navigasi: 37 ft (11,3 m)
Batas: 41 ft (12,5 m)
Tenaga penggerak: 2 × Westinghouse A4W nuclear reactors
4 × steam turbines
4 × shafts 260.000 shp (194 MW)
Kecepatan: 30+ knot (56+ km/jam)
Jarak tempuh: Tidak terbatas
Awak kapal: Awak kapal: 3.200
Awak penerbangan: 2.480
Sensor dan Radar: SPS-48E 3-D air search radar
SPS-49A(V)1 2-D air search radar
Mk 23 target acquisition radar
2 × SPN-46 air traffic control radars
SPN-43B air traffic control radar
SPN-44 landing aid radars
3 × Mk 91 NSSM guidance systems
3 × Mk 95 radars
Persenjataan elektronik dan umpan: SLQ-32A(V)4 Countermeasures suite
SLQ-25A Nixie torpedo countermeasures
Persenjataan: 2 × Mk 29 Sea Sparrow
2 × RIM-116 Rolling Airframe Missile
Perisai: Tidak diketahui
Pesawat: 90 sayap tetap dan helikopter
Semboyan: Peace Through Strength
Julukan: Gipper
Kapal Induk:
Kampung di Tengah Laut
Kapal induk membawa lebih banyak pesawat dan awak ketimbang armada atau skadron tempur di beberapa negara. Kapal induk mampu membawa puluhan hingga ratusan pesawat dengan ribuan awak kapal. Semua itu membuat kapal induk mirip perkampungan di tengah laut. Seiring dengan perjalanannya di tengah lautan, kapal induk berkembang dari waktu ke waktu dan semakin handal beroperasi mendukung keberhasilan strategi perang. Dalam kondisi tertentu kapal induk mampu menjalankan operasi militer mandiri dan gabungan. Dari laut kapal induk menggempur musuh-musuhnya.
Mungkin masih tengiang di telinga kita, isu tentang kehadiran kapal induk Amerika di perairan Indonesia menyusul semakin memburuknya situasi politik dan keamanan pada masa pergantian pemimpin dari Presiden Soeharto ke B.J. Habibie pertengahan tahun 1997. Fakta kehadiran kapal induk Amerika yang menurut rumor itu tengah membuang jangkar di tengah Laut Jawa itu tak pernah jelas terungkap. Semua sebatas rumor.
TARAWA CLASS - CH-46 Sea Knight dan AV-8B Harier II diatas kapal induk Tarawa Class./Foto: Forged In Steel

Mendengar kata 'kapal induk,' sebagian orang lantas membayangkan kapal laut yang demikian besar di mana di atasnya terdapat sejumlah pesawat terbang tempur, transpor, atau helikopter. Gambaran yang tak jauh dari apa yang terlukis dalam kisah Si Maverick dalam film TOP GUN yang populer tahun 1980-an. Ya, sebagian kapal induk terutama milik Amerika terlihat seperti itu. Panjang dan lebarnya bisa mencapai dua hingga tiga kali lapangan sepak bola. Di dalamnya terdapat, antara lain ruang istirahat awak kapal, dapur dan ruang makan, ruang mesin dan hanggar pesawat, serta ruang operasi. Njelimet-nya lorong-lorong di lambung kapal bagai labirin bagi 'orang baru'.
Kapal induk lahir sebagai hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kapal dan pesawat terbang yang berkembang pesat sejak awal abad ke-20 lalu. Inovasi dalam hal teknologi kapal dan pesawat terbang bermunculan. Daya jelajah dan kemampuan kapal semakin besar, seiring dengan perkembangan teknologinya. Hal ini terjadi pula dalam bidang penerbangan. Wright bersaudara dan para pionir penerbangan lain, yang terus berupaya mengembangkan tekonolgi dan kemampuan pesawat mereka mampu memberi inspirasi lain untuk mengusung pesawat ke atas kapal dan menerbangkannya dari atas geladak.
Penerbangan yang dilakukan oleh Letnan R. Gregory tahun 1912 dari atas HMS Hibernia (Inggris) membuktikan bahwa konsep mengangkut pesawat dan menerbangkannya dari atas geladak kapal sangat mungkin dilakukan. Teknologi catapult (katapel) pun mulai diusung ke atas geladak. Katapel ini berfungsi sebagai akselerator dan pelontar untuk mempercepat laju pesawat di atas geladak dalam mencapai kecepatan tinggal landasnya. Angkatan laut AS menjadi kalangan pertama yang mampu menggabungkan teknologi katepel itu di atas kapal pengangkut pesawat mereka. Keberhasilan itu berkat jasa Letnan Ellyson yang melakukan penelitian di bidang ini sejak tahun 1911. Perangkat buatannya itu mulai dicoba di atas geladak pada tahun 1915. Keberhasilan tinggal landas dan mendarat kembali di kapal dicapai oleh Glenn Curtiss tahun 1911 menggunakan sebuah pesawat berbantalan udara yang tinggal landas dari USS Pennsylvania dan mendarat kembali di dekatnya. Pesawat kembali ke atas kapal dengan bantuan katrol khusus. Keberhasilan berikutnya dicapai oleh Letnan Longmore menggunakan Short S.27.
PERAN AWAK - Awak geladak juga bertanggungjawab atas pendaratan./Foto: The Cutting Edge

Di atas geladak
Banyak hal menarik dari keberadaan kapal induk, baik sejarah kelahiran dan operasi mereka hingga teknologinya. Sejarah mencatat, kapal induk ada sejalan dengan perkembangan teknologi kapal laut dan pesawat terbang. Jarak jelajah kapal laut yang semakin jauh menjadi salah satu pertimbangan menggabungkan kemampuan kapal laut dengan pesawat terbang. Inggris menjadi jajaran negara pertama yang merealisasikan konsep kapal induk, yakni dengan meluncurkan Hermes tahun 1914. Kapal induk generasi pertama ini mampu membawa Short Folder Seaplane di atas geladaknya. Short Folder Seaplane sekaligus merupakan generasi pertama pesawat berteknologi sayap lipat. Pesawat ini bertugas menjatuhkan torpedo guna menghancurkan kapal laut lawan. Kehebatan Hermes bersama Short Folder Seaplane teruji dalam serangan terhadap Cuxhaven, Desember 1914.
Sebagai generasi pertama kapal induk, Hermes tak tampak sebagai kapal induk. Dengan beberapa katrol di atas geladak untuk memindahkan pesawat dari hanggar ke tempat tinggal landas, Hermes lebih mirip kapal barang. Geladak tinggal landasnya sengaja dirancang memiliki perbedaan ketinggian pada kedua ujungnya dengan alasan perbedaan ketinggian itu bakal membantu pesawat mencapai kecepatan tinggal landasnya. Teknologi geladak konvensional ini sangat berbeda dengan geladak moderen pada kapal induk generasi 50-an. Kapal induk generasi pertama hanya dirancang meluncurkan pesawat terbang berbaling-baling. Alasannya, ketika itu teknologi jet belum berkembang.
Rancang bangun dan teknologi geladak kapal mulai berubah sejalan dengan mulai populernya pesawat bermesin jet pada era tahun 1950-an. Kapal induk generasi pertama dirancang sebagai kapal yang mampu mengangkut sekaligus menerbangkan pesawat terbang berbaling-baling, baik dari jenis pesawat land-base (berpangkalan di darat) maupun sea-plane (berkemampuan mendarat di permukaan air). Jenis generasi pertama ini umumnya memiliki geladak konvensional dengan berbagai variasi tergantung dari jenis pesawat yang diusung ke atas kapal.
Proses tinggal landas dan mendarat di kapal induk berbeda untuk masing-masing tipe pesawat. Pada pesawat berbaling-baling, angin di atas dek rupanya berpengaruh besar membatu proses tinggal landas pesawat. Dari berbagai percobaan diperoleh hasil bahwa tinggal landas tidak lagi menimbulkan masalah. Masalah muncul menyangkut cara mendarat kembali di geladak kapal. Geladak tempat tinggal landas itu terlalu pendek sebagai tempat pendaratan yang aman. Sekali lagi teknologi hadir sebagai pemecah masalah. Geladak kapal terus mengalami perkembangan sejalan dengan tuntutan peran kapal laut dan pesawat terbang dalam peperangan. Lebar dan panjangnya terus bertambah seiring dengan dimensi pesawat dan jumlah yang harus dibawa oleh kapal itu. Campania telah dirancang memiliki landasan sekitar 70 meter guna mengantisipasi kemungkinan 'melepas dan menerima' pesawat yang lebih besar.
Kehadiran pesawat bermesin jet di atas geladak membawa perubahan dratis pada rancang bangun dan teknologi geladak. Pesawat jet memiliki karakter yang jauh berbeda dengan pesawat baling-baling. Kondisi itu membutuhkan perubahan pada beberapa segi di kapal. Perubahan mendasar ada di atas geladak. Pesawat jet melesat lebih cepat dibandingkan pesawat berbaling-baling, namun terlihat lebih mengkuatirkan saat akan mendarat kembali di geladak. Kecepatan stall yang cukup tinggi mengharuskan pesawat jet terbang lebih cepat. Sementara dimesin panjang geladak kapal tak lebih dari setengah landasan di darat. Kenyataan itu menuntut kehadiran alat bantu pendaratan yang mumpuni, baik pada pesawatnya (berupa roda pendarat dan pengait yang kuat hingga avionik pesawat) maupun pada kapal induk penerima. Guna menahan laju pesawat yang masih tinggi itu, kapal induk membutuhkan sistem pengait yang lebih kuat, sehingga mampu menahan dan menghentikan laju pesawat seketika.
CF HUMEAU - Super Etendard tengah terbang diatas kapal induk Perancis, CF Humeau./Foto: Chasseurs de Memoire

Tuntutan perang
Sejak keberadaannya, kapal induk telah membuktikan diri mampu menjalankan misi perang gabungan maupun mandiri. Operasi mandiri itu merupakan bukti hasil kombinasi armada pesawat dengan kapal yang terkoordinasi dengan baik. Bahkan sempat pula terjadi pertempuran antara kapal induk Jepang dan Amerika di Laut Coral dan Midway. Kedua pertempuran itu membuktikan pentingnya kehadiran kapal induk dalam sebuah peperangan.
Masa-masa pasca perang seakan menjadi masa mempersiapkan senjata untuk dipergunakan pada perang dunia berikutnya. Ketika itu angkatan laut melihat peran penting kapal induk dalam menunjang keberhasilan strategi perang. Pesawat yang diangkut di atas kapal induk bisa dipergunakan sebagai pesawat pembom untuk menghentikan laju kapal perang lawan. Pesawat juga mampu menggantikan peran para 'pengintip' di atas kapal. AL AS menggabungkan fungsi intai dan pembom tukik pada satu jenis pesawat untuk memberi peran aktif pada kapal induknya. Peran aktif kapal induk ini diperoleh setelah kalangan militer mulai aktif menempatkan skadron tempur dengan pesawat multi fungsi di atas kapal induk mereka. Pesawat-pesawat inilah yang kemudian bertugas melakukan penyerangan, pengintaian, dan pertahana diri dari serangan kapal dana pesawat lawan.
Tuntutan perang ini melahirkan kekuatan baru yang merupakan gabungan kekuatan laut dan udara. Armada kapal induk dengan pesawatnya terus bertambah. Inggris itu misalnya, pada kurun waktu 1920-an mampu meningkatkan jumlah armada kapal induk dan menempatkan lebih dari 100 pesawat di atasnya. Courageause dan Glorius itu misalnya, mampu membawa 48 pesawat terdiri dari 16 Fairey Flycatcher, 16 pesawat intai Fairey IIIF, dan 16 pesawat pelepas torpedo Ripon.
Bukan hanya perang, politik pun ikut menentukan desain kapal induk di kemudian hari. Perubahan politik di Inggris mengharuskan kapal induk mengadopsi pesawat sayap tetap multi guna dan menggantungkan beberapa peran dalam satu pesawat. Fairey Swordfish yang pelepas torpedo itu menjadi pesawat yang sama untuk menjalankan misi intai dan pengamatan. Fungsi gabungan itu juga dibebankan pada Hawker Osprey yang selain menjalankan misinya sebagai pesawat tempur juga harus menjalankan misi pengataman.
Perubahan strategi yang muncul tahun 1930-an juga berpengaruh pada perkembangan peran dan dimensi kapal pengangkutnya. Keharusan menempatkan pesawat multi kursi memberi dampak positif dan negatif. Dengan menambah satu orang awak pesawat, pesawat multi kursi itu memiliki keterbatasan jarak tempuh, kecepatan, dan daya angkut senjata yang lebih kecil ketimbang kursi tunggal. Penambahan tempat untuk awak pesawat menuntut ruang dan beban tambahan yang keduanya dikompensasi antara lain mengurangi berat total pesawat dengan cara mengurangi jumlah bahan bakar dan senjata. Selain itu penempatan kursi tambahan membuat dimensi pesawat menjadi lebih besar yang tentu saja menuntut tempat yang lebih besar di hanggar kapal. Kondisi itulah menuntut perhatian perancang kapal dan pesawat yang harus bekerjasama memikirkan jalan keluar yang terbaik, yang antara lain berupa teknologi sayap lipat pada pesawat, perluasan lambung dan geladak kapal sehingga mampu menampung pesawat lebih banyak, dan peningkatan kemampuan sistem tinggal landas dan mendarat.
Sebagai armada yang mampu menjalankan misi operasi mandiri, kapal induk dilengkapi dengan persenjataan untuk menangkal serangan musuh. Dalam kecepatan yang sangat rendah, sangat mungkin musuh berupa kapal perusak atau pesawat pembom mudah menghancurkannya. Untuk itulah kapal induk dilengkapi dengan sistem senjata anti serangan lawan. Umunya mereka dilengkapi dengan senapan mesin dair berbagai kaliber. Bahkan beberapa kapal induk moderen dilengkapi dengan rudal anti kapal dan pesawat udara, seperti yang terdapat pada kapal induk Rusia, Moskva Class.
Sejalan dengan keharian kapal perusak yang memiliki mobilitas tinggi, beberapa pihak mulai memikirkan cara mengurangi jumlah persenjataan di atas kapal. Sebagai gantinya, sistem pertahanan diserahkan kepada kapal pendamping atau armada pesawat tempur di atas kapal. Konsep ini mulai ramai pada 40 tahun terakhir. Konsep kapal induk baru itu diambil dengan alasan, pertama: semakin banyaknya jumlah awak di atas kapal menuntut ruang yang lebih besar. Alasan lain, demi mengurangi berat maksimum pesawat akibat penempatan sistem ketapel dan lift pengangkut pesawat dari hanggar, berikut sistem pendaratan. Peningkatan daya jelajah dan kemampuan pesawat terbang yang diangkut kapal menjadi pertimbangan selanjutnya. Pesawat-pesawat inilah yang diharapkan mampu bertugas sebagai sistem pertahanan aktif dan pasif. Amerika terlihat telah menerapkan konsep semacam ini pada USS Enterprise.
F/A-18 HORNET - Jet tempur F/A-18 Hornet di atas USS Constellation (CV-64)./Foto: Forged In Steel

Soviet tertinggal
Meski bukan sebagai negara pertama yang memiliki dan menempatkan kapal induk dalam jajaran militernya, hingga abad ke-20 berakhir Amerika menjadi negara yang tetap getol mengembangkan kapal induk. Inggris yang lebih dahulu mengembangkan dan mengoperasikan kapal induk terlihat lebih low profile. Dalam hal mengembangkan dan memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalam perkembangan kapal induk mereka, Inggris lebih memilih menggunakan cara 'Inggris' ketimbang meniru gaya 'Amerika'. Dengan gaya 'Inggris' Negara Kerajaan itu mampu menggabungkan berbagai macam teknologi untuk meningkatkan kemampuan kapal induk mereka, seperti penempatan mesin pelontar pesawat di ruang khusus, dan memperkenalkan kapal induk bersenjata. Inggris pula yang memegang sertifikat menerbangakan pesawat jet dari kapal induk ringan secara vertikal.
Amerika tak seperti Inggris. Negara Paman Sam ini lebih memilih gaya 'Amerika' dalam menyelesaikan permasalahan di atas kapal induk mereka. Tak seperti Inggris yang lebih memilih mengoperasikan pesawat berkemampuan SVTOL AV-8 Harrier di atas kapal, Amerika cenderung mengoperasikan pesawat berbasis land-base seperti F/A-18 Hornet, F-14 Tomcat, atau A-6 Prowler. Tentu saja pilihan itu diambil melalui berbagai pemikiran.
Amerika kini terlihat sebagai pemimpin dalam perkembangan teknologi kapal induk. Inggis saja yang pernah memiliki armada kapal induk yang besar ternyata harus tertinggal, hanya Perancislah negara barat yang kini terus mencari resep kapal induk moderen dan bersaing dengan Amerika. Meski demikian Perancis hanya mengembangkannya dalam dalam jumlah terbatas di antaranya Charles de Gaulle yang merupakan kapal induk terbesar Perancis setelah masa perang dunia. Sedianya Charless de Gaulle sudah beroperasi pada tahun 2000 lalu. Kehadirannya bakal menjadi andalan Perancis masa depan. Kapal induk yang membawa 1.950 awak dengan sejumlah pesawat dan helikopter terbaru seperti Rafale M, Super Etendard, dan helikopter anti kapal laut Dauphine memiliki berbobot hingga 40.000 ton. Sebagai sistem pertahanan, kapal induk bertenaga nuklir ini mengandalkan pada senapan mesin 20 milimeter.
Bagaimana dengan Soviet? Soviet yang pada masa perang dingin disebut-sebut tengah pula mengembangkan kapal induk, nyatanya tertinggal cukup jauh. Soviet baru mengembangkan kapal induk sejak tahun 1950-an. Sebelumnya Soviet seperti 'tak membutuhkan' kehadiran kapal induk dalam jajaran militernya. Moskwa Class dan Kiev Class tercatat sebagai kapal angkut yang murni kapal induk. Soviet sendiri sebenarnya telah mengopersikan kapal pengangkut pesawat/helikotper sejak awal abad ke-20, antara lain mengoperasikan Almaz sejak tahun 1914 dan Komintern buatan tahun 1900. Pada awalnya keduanya tidak dirancang sebagai kapal induk. Almaz dirancang sebagai yacht bersenjata, dan mulai dikonversikan sebagai kapal angkut pesawat sejak tahun 1914. Biasanya Almaz mampu membawa dua pesawat, namun dalam kondisi tertentu kapal berbahan bakal batubara itu mampu membawa empat pesawat. Almaz pernah bertugas di Laut Hitam dalam rangka perang melawan Turki sejak bulan Mei 1915. Pada akhir PD I, Perancis menguasainya. Kapal Rusia lain yang juga dikonversi sebagai kapal angkut pesawat antara lain Alexader I dan Nicolai I yang keduanya berbobot standar sekitar 9.250 ton.
Moskva Class dan Kiev Class mulai beroperasi masing-masing pada tahun 1960-an dan 1970-an. Moskva Class berbobot antara 14.000-18.000 ton dan mampu membawa 18 pesawat, serta dipersenjatai dengan empat senapan mesin 57 milimeter, sepuluh torpedo 21 inchi, empat rudal permukaan-ke-udara SA-N3, dua buah roket SUW N-1, 24 buah RBU 6000. Diyakini Moskva Class yang terdiri dari Moskva dan Leningrad dibuat untuk menandingi dan menyergap kapal selam AS, Polaris, yang beroperasi di kawsan Mediteran Timur.
Moskva merupakan bukti keberhasilan Soviet mengembangkan kapal angkut pesawat udara. Bentuk Moskva sangat unik, mirip setetes air. Setengah bagian geladaknya difungsikan sebagai tempat tinggal landas dan mendarat 18 helikopter anti kapal selam Ka-25 Hormone. Sebagai kapal anti kapal selama, Moskva dilengkapi dengan radar yang terhubung dengan senjata anti serangan udara dan kapal selamnya. Belakangan kemampuan Moskva dengan pesawat VTOL Yak-36 Forger di atasnya dalam hal mencari kapal selam musuh mulai diragukan.
Kiev Class menjadi kapal angkut pesawat Soviet yang lebih modern. Kapal berbobot antara 36.000-42.000 ton yang diawaki oleh 2.500 personil ini mempunyai senjata yang lebih baik. Ada empat buah senapan mesin 76 milimeter dan delapan buah 30 milimeter, sepuluh torpedo 21 inchi, empat misil SA-N3, empat SA-N4, delapan SS-N12, dua SUW-N1, dan 24 RBU 6000. Awal tahun 1980-an Rusia terlihat tengah mengembangkan dua kapal induk salah satunya Tibilisi yang merupakan moderenisasi Leonid Brezhnev, kapal ini mempunyai bobot mati 60.000 ton dengan panjang lebihd ari 300. Kapal yang mampu membawa 42 pesawat ini bermesin turbin gas dan merupakan kapal indk pertama Soviet yang mampu mengoperasikan pesawat sayap tetap CTOL, dengan 12 Su-27 Flanker, 12 Yak-41 VTOL, dan 15-18 Ka-27 Helix. Meski tertinggal, selain Tibilisi dan Leonid Breznev, Soviet (sekarang Rusia) tengah mengembangkan kapal induk bertenaga nuklir. Kehadiran kapal baru itu bakal menjadi pesaing kapal induk terbaru Amerika seperti Abraham Lincoln, George Washington, dan John C. Stenis yang berpendorong nuklir.
Kampung di Tengah Laut
Kapal induk membawa lebih banyak pesawat dan awak ketimbang armada atau skadron tempur di beberapa negara. Kapal induk mampu membawa puluhan hingga ratusan pesawat dengan ribuan awak kapal. Semua itu membuat kapal induk mirip perkampungan di tengah laut. Seiring dengan perjalanannya di tengah lautan, kapal induk berkembang dari waktu ke waktu dan semakin handal beroperasi mendukung keberhasilan strategi perang. Dalam kondisi tertentu kapal induk mampu menjalankan operasi militer mandiri dan gabungan. Dari laut kapal induk menggempur musuh-musuhnya.
Mungkin masih tengiang di telinga kita, isu tentang kehadiran kapal induk Amerika di perairan Indonesia menyusul semakin memburuknya situasi politik dan keamanan pada masa pergantian pemimpin dari Presiden Soeharto ke B.J. Habibie pertengahan tahun 1997. Fakta kehadiran kapal induk Amerika yang menurut rumor itu tengah membuang jangkar di tengah Laut Jawa itu tak pernah jelas terungkap. Semua sebatas rumor.
TARAWA CLASS - CH-46 Sea Knight dan AV-8B Harier II diatas kapal induk Tarawa Class./Foto: Forged In Steel
Mendengar kata 'kapal induk,' sebagian orang lantas membayangkan kapal laut yang demikian besar di mana di atasnya terdapat sejumlah pesawat terbang tempur, transpor, atau helikopter. Gambaran yang tak jauh dari apa yang terlukis dalam kisah Si Maverick dalam film TOP GUN yang populer tahun 1980-an. Ya, sebagian kapal induk terutama milik Amerika terlihat seperti itu. Panjang dan lebarnya bisa mencapai dua hingga tiga kali lapangan sepak bola. Di dalamnya terdapat, antara lain ruang istirahat awak kapal, dapur dan ruang makan, ruang mesin dan hanggar pesawat, serta ruang operasi. Njelimet-nya lorong-lorong di lambung kapal bagai labirin bagi 'orang baru'.
Kapal induk lahir sebagai hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kapal dan pesawat terbang yang berkembang pesat sejak awal abad ke-20 lalu. Inovasi dalam hal teknologi kapal dan pesawat terbang bermunculan. Daya jelajah dan kemampuan kapal semakin besar, seiring dengan perkembangan teknologinya. Hal ini terjadi pula dalam bidang penerbangan. Wright bersaudara dan para pionir penerbangan lain, yang terus berupaya mengembangkan tekonolgi dan kemampuan pesawat mereka mampu memberi inspirasi lain untuk mengusung pesawat ke atas kapal dan menerbangkannya dari atas geladak.
Penerbangan yang dilakukan oleh Letnan R. Gregory tahun 1912 dari atas HMS Hibernia (Inggris) membuktikan bahwa konsep mengangkut pesawat dan menerbangkannya dari atas geladak kapal sangat mungkin dilakukan. Teknologi catapult (katapel) pun mulai diusung ke atas geladak. Katapel ini berfungsi sebagai akselerator dan pelontar untuk mempercepat laju pesawat di atas geladak dalam mencapai kecepatan tinggal landasnya. Angkatan laut AS menjadi kalangan pertama yang mampu menggabungkan teknologi katepel itu di atas kapal pengangkut pesawat mereka. Keberhasilan itu berkat jasa Letnan Ellyson yang melakukan penelitian di bidang ini sejak tahun 1911. Perangkat buatannya itu mulai dicoba di atas geladak pada tahun 1915. Keberhasilan tinggal landas dan mendarat kembali di kapal dicapai oleh Glenn Curtiss tahun 1911 menggunakan sebuah pesawat berbantalan udara yang tinggal landas dari USS Pennsylvania dan mendarat kembali di dekatnya. Pesawat kembali ke atas kapal dengan bantuan katrol khusus. Keberhasilan berikutnya dicapai oleh Letnan Longmore menggunakan Short S.27.
PERAN AWAK - Awak geladak juga bertanggungjawab atas pendaratan./Foto: The Cutting Edge
Di atas geladak
Banyak hal menarik dari keberadaan kapal induk, baik sejarah kelahiran dan operasi mereka hingga teknologinya. Sejarah mencatat, kapal induk ada sejalan dengan perkembangan teknologi kapal laut dan pesawat terbang. Jarak jelajah kapal laut yang semakin jauh menjadi salah satu pertimbangan menggabungkan kemampuan kapal laut dengan pesawat terbang. Inggris menjadi jajaran negara pertama yang merealisasikan konsep kapal induk, yakni dengan meluncurkan Hermes tahun 1914. Kapal induk generasi pertama ini mampu membawa Short Folder Seaplane di atas geladaknya. Short Folder Seaplane sekaligus merupakan generasi pertama pesawat berteknologi sayap lipat. Pesawat ini bertugas menjatuhkan torpedo guna menghancurkan kapal laut lawan. Kehebatan Hermes bersama Short Folder Seaplane teruji dalam serangan terhadap Cuxhaven, Desember 1914.
Sebagai generasi pertama kapal induk, Hermes tak tampak sebagai kapal induk. Dengan beberapa katrol di atas geladak untuk memindahkan pesawat dari hanggar ke tempat tinggal landas, Hermes lebih mirip kapal barang. Geladak tinggal landasnya sengaja dirancang memiliki perbedaan ketinggian pada kedua ujungnya dengan alasan perbedaan ketinggian itu bakal membantu pesawat mencapai kecepatan tinggal landasnya. Teknologi geladak konvensional ini sangat berbeda dengan geladak moderen pada kapal induk generasi 50-an. Kapal induk generasi pertama hanya dirancang meluncurkan pesawat terbang berbaling-baling. Alasannya, ketika itu teknologi jet belum berkembang.
Rancang bangun dan teknologi geladak kapal mulai berubah sejalan dengan mulai populernya pesawat bermesin jet pada era tahun 1950-an. Kapal induk generasi pertama dirancang sebagai kapal yang mampu mengangkut sekaligus menerbangkan pesawat terbang berbaling-baling, baik dari jenis pesawat land-base (berpangkalan di darat) maupun sea-plane (berkemampuan mendarat di permukaan air). Jenis generasi pertama ini umumnya memiliki geladak konvensional dengan berbagai variasi tergantung dari jenis pesawat yang diusung ke atas kapal.
Proses tinggal landas dan mendarat di kapal induk berbeda untuk masing-masing tipe pesawat. Pada pesawat berbaling-baling, angin di atas dek rupanya berpengaruh besar membatu proses tinggal landas pesawat. Dari berbagai percobaan diperoleh hasil bahwa tinggal landas tidak lagi menimbulkan masalah. Masalah muncul menyangkut cara mendarat kembali di geladak kapal. Geladak tempat tinggal landas itu terlalu pendek sebagai tempat pendaratan yang aman. Sekali lagi teknologi hadir sebagai pemecah masalah. Geladak kapal terus mengalami perkembangan sejalan dengan tuntutan peran kapal laut dan pesawat terbang dalam peperangan. Lebar dan panjangnya terus bertambah seiring dengan dimensi pesawat dan jumlah yang harus dibawa oleh kapal itu. Campania telah dirancang memiliki landasan sekitar 70 meter guna mengantisipasi kemungkinan 'melepas dan menerima' pesawat yang lebih besar.
Kehadiran pesawat bermesin jet di atas geladak membawa perubahan dratis pada rancang bangun dan teknologi geladak. Pesawat jet memiliki karakter yang jauh berbeda dengan pesawat baling-baling. Kondisi itu membutuhkan perubahan pada beberapa segi di kapal. Perubahan mendasar ada di atas geladak. Pesawat jet melesat lebih cepat dibandingkan pesawat berbaling-baling, namun terlihat lebih mengkuatirkan saat akan mendarat kembali di geladak. Kecepatan stall yang cukup tinggi mengharuskan pesawat jet terbang lebih cepat. Sementara dimesin panjang geladak kapal tak lebih dari setengah landasan di darat. Kenyataan itu menuntut kehadiran alat bantu pendaratan yang mumpuni, baik pada pesawatnya (berupa roda pendarat dan pengait yang kuat hingga avionik pesawat) maupun pada kapal induk penerima. Guna menahan laju pesawat yang masih tinggi itu, kapal induk membutuhkan sistem pengait yang lebih kuat, sehingga mampu menahan dan menghentikan laju pesawat seketika.
CF HUMEAU - Super Etendard tengah terbang diatas kapal induk Perancis, CF Humeau./Foto: Chasseurs de Memoire
Tuntutan perang
Sejak keberadaannya, kapal induk telah membuktikan diri mampu menjalankan misi perang gabungan maupun mandiri. Operasi mandiri itu merupakan bukti hasil kombinasi armada pesawat dengan kapal yang terkoordinasi dengan baik. Bahkan sempat pula terjadi pertempuran antara kapal induk Jepang dan Amerika di Laut Coral dan Midway. Kedua pertempuran itu membuktikan pentingnya kehadiran kapal induk dalam sebuah peperangan.
Masa-masa pasca perang seakan menjadi masa mempersiapkan senjata untuk dipergunakan pada perang dunia berikutnya. Ketika itu angkatan laut melihat peran penting kapal induk dalam menunjang keberhasilan strategi perang. Pesawat yang diangkut di atas kapal induk bisa dipergunakan sebagai pesawat pembom untuk menghentikan laju kapal perang lawan. Pesawat juga mampu menggantikan peran para 'pengintip' di atas kapal. AL AS menggabungkan fungsi intai dan pembom tukik pada satu jenis pesawat untuk memberi peran aktif pada kapal induknya. Peran aktif kapal induk ini diperoleh setelah kalangan militer mulai aktif menempatkan skadron tempur dengan pesawat multi fungsi di atas kapal induk mereka. Pesawat-pesawat inilah yang kemudian bertugas melakukan penyerangan, pengintaian, dan pertahana diri dari serangan kapal dana pesawat lawan.
Tuntutan perang ini melahirkan kekuatan baru yang merupakan gabungan kekuatan laut dan udara. Armada kapal induk dengan pesawatnya terus bertambah. Inggris itu misalnya, pada kurun waktu 1920-an mampu meningkatkan jumlah armada kapal induk dan menempatkan lebih dari 100 pesawat di atasnya. Courageause dan Glorius itu misalnya, mampu membawa 48 pesawat terdiri dari 16 Fairey Flycatcher, 16 pesawat intai Fairey IIIF, dan 16 pesawat pelepas torpedo Ripon.
Bukan hanya perang, politik pun ikut menentukan desain kapal induk di kemudian hari. Perubahan politik di Inggris mengharuskan kapal induk mengadopsi pesawat sayap tetap multi guna dan menggantungkan beberapa peran dalam satu pesawat. Fairey Swordfish yang pelepas torpedo itu menjadi pesawat yang sama untuk menjalankan misi intai dan pengamatan. Fungsi gabungan itu juga dibebankan pada Hawker Osprey yang selain menjalankan misinya sebagai pesawat tempur juga harus menjalankan misi pengataman.
Perubahan strategi yang muncul tahun 1930-an juga berpengaruh pada perkembangan peran dan dimensi kapal pengangkutnya. Keharusan menempatkan pesawat multi kursi memberi dampak positif dan negatif. Dengan menambah satu orang awak pesawat, pesawat multi kursi itu memiliki keterbatasan jarak tempuh, kecepatan, dan daya angkut senjata yang lebih kecil ketimbang kursi tunggal. Penambahan tempat untuk awak pesawat menuntut ruang dan beban tambahan yang keduanya dikompensasi antara lain mengurangi berat total pesawat dengan cara mengurangi jumlah bahan bakar dan senjata. Selain itu penempatan kursi tambahan membuat dimensi pesawat menjadi lebih besar yang tentu saja menuntut tempat yang lebih besar di hanggar kapal. Kondisi itulah menuntut perhatian perancang kapal dan pesawat yang harus bekerjasama memikirkan jalan keluar yang terbaik, yang antara lain berupa teknologi sayap lipat pada pesawat, perluasan lambung dan geladak kapal sehingga mampu menampung pesawat lebih banyak, dan peningkatan kemampuan sistem tinggal landas dan mendarat.
Sebagai armada yang mampu menjalankan misi operasi mandiri, kapal induk dilengkapi dengan persenjataan untuk menangkal serangan musuh. Dalam kecepatan yang sangat rendah, sangat mungkin musuh berupa kapal perusak atau pesawat pembom mudah menghancurkannya. Untuk itulah kapal induk dilengkapi dengan sistem senjata anti serangan lawan. Umunya mereka dilengkapi dengan senapan mesin dair berbagai kaliber. Bahkan beberapa kapal induk moderen dilengkapi dengan rudal anti kapal dan pesawat udara, seperti yang terdapat pada kapal induk Rusia, Moskva Class.
Sejalan dengan keharian kapal perusak yang memiliki mobilitas tinggi, beberapa pihak mulai memikirkan cara mengurangi jumlah persenjataan di atas kapal. Sebagai gantinya, sistem pertahanan diserahkan kepada kapal pendamping atau armada pesawat tempur di atas kapal. Konsep ini mulai ramai pada 40 tahun terakhir. Konsep kapal induk baru itu diambil dengan alasan, pertama: semakin banyaknya jumlah awak di atas kapal menuntut ruang yang lebih besar. Alasan lain, demi mengurangi berat maksimum pesawat akibat penempatan sistem ketapel dan lift pengangkut pesawat dari hanggar, berikut sistem pendaratan. Peningkatan daya jelajah dan kemampuan pesawat terbang yang diangkut kapal menjadi pertimbangan selanjutnya. Pesawat-pesawat inilah yang diharapkan mampu bertugas sebagai sistem pertahanan aktif dan pasif. Amerika terlihat telah menerapkan konsep semacam ini pada USS Enterprise.
F/A-18 HORNET - Jet tempur F/A-18 Hornet di atas USS Constellation (CV-64)./Foto: Forged In Steel
Soviet tertinggal
Meski bukan sebagai negara pertama yang memiliki dan menempatkan kapal induk dalam jajaran militernya, hingga abad ke-20 berakhir Amerika menjadi negara yang tetap getol mengembangkan kapal induk. Inggris yang lebih dahulu mengembangkan dan mengoperasikan kapal induk terlihat lebih low profile. Dalam hal mengembangkan dan memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalam perkembangan kapal induk mereka, Inggris lebih memilih menggunakan cara 'Inggris' ketimbang meniru gaya 'Amerika'. Dengan gaya 'Inggris' Negara Kerajaan itu mampu menggabungkan berbagai macam teknologi untuk meningkatkan kemampuan kapal induk mereka, seperti penempatan mesin pelontar pesawat di ruang khusus, dan memperkenalkan kapal induk bersenjata. Inggris pula yang memegang sertifikat menerbangakan pesawat jet dari kapal induk ringan secara vertikal.
Amerika tak seperti Inggris. Negara Paman Sam ini lebih memilih gaya 'Amerika' dalam menyelesaikan permasalahan di atas kapal induk mereka. Tak seperti Inggris yang lebih memilih mengoperasikan pesawat berkemampuan SVTOL AV-8 Harrier di atas kapal, Amerika cenderung mengoperasikan pesawat berbasis land-base seperti F/A-18 Hornet, F-14 Tomcat, atau A-6 Prowler. Tentu saja pilihan itu diambil melalui berbagai pemikiran.
Amerika kini terlihat sebagai pemimpin dalam perkembangan teknologi kapal induk. Inggis saja yang pernah memiliki armada kapal induk yang besar ternyata harus tertinggal, hanya Perancislah negara barat yang kini terus mencari resep kapal induk moderen dan bersaing dengan Amerika. Meski demikian Perancis hanya mengembangkannya dalam dalam jumlah terbatas di antaranya Charles de Gaulle yang merupakan kapal induk terbesar Perancis setelah masa perang dunia. Sedianya Charless de Gaulle sudah beroperasi pada tahun 2000 lalu. Kehadirannya bakal menjadi andalan Perancis masa depan. Kapal induk yang membawa 1.950 awak dengan sejumlah pesawat dan helikopter terbaru seperti Rafale M, Super Etendard, dan helikopter anti kapal laut Dauphine memiliki berbobot hingga 40.000 ton. Sebagai sistem pertahanan, kapal induk bertenaga nuklir ini mengandalkan pada senapan mesin 20 milimeter.
Bagaimana dengan Soviet? Soviet yang pada masa perang dingin disebut-sebut tengah pula mengembangkan kapal induk, nyatanya tertinggal cukup jauh. Soviet baru mengembangkan kapal induk sejak tahun 1950-an. Sebelumnya Soviet seperti 'tak membutuhkan' kehadiran kapal induk dalam jajaran militernya. Moskwa Class dan Kiev Class tercatat sebagai kapal angkut yang murni kapal induk. Soviet sendiri sebenarnya telah mengopersikan kapal pengangkut pesawat/helikotper sejak awal abad ke-20, antara lain mengoperasikan Almaz sejak tahun 1914 dan Komintern buatan tahun 1900. Pada awalnya keduanya tidak dirancang sebagai kapal induk. Almaz dirancang sebagai yacht bersenjata, dan mulai dikonversikan sebagai kapal angkut pesawat sejak tahun 1914. Biasanya Almaz mampu membawa dua pesawat, namun dalam kondisi tertentu kapal berbahan bakal batubara itu mampu membawa empat pesawat. Almaz pernah bertugas di Laut Hitam dalam rangka perang melawan Turki sejak bulan Mei 1915. Pada akhir PD I, Perancis menguasainya. Kapal Rusia lain yang juga dikonversi sebagai kapal angkut pesawat antara lain Alexader I dan Nicolai I yang keduanya berbobot standar sekitar 9.250 ton.
Moskva Class dan Kiev Class mulai beroperasi masing-masing pada tahun 1960-an dan 1970-an. Moskva Class berbobot antara 14.000-18.000 ton dan mampu membawa 18 pesawat, serta dipersenjatai dengan empat senapan mesin 57 milimeter, sepuluh torpedo 21 inchi, empat rudal permukaan-ke-udara SA-N3, dua buah roket SUW N-1, 24 buah RBU 6000. Diyakini Moskva Class yang terdiri dari Moskva dan Leningrad dibuat untuk menandingi dan menyergap kapal selam AS, Polaris, yang beroperasi di kawsan Mediteran Timur.
Moskva merupakan bukti keberhasilan Soviet mengembangkan kapal angkut pesawat udara. Bentuk Moskva sangat unik, mirip setetes air. Setengah bagian geladaknya difungsikan sebagai tempat tinggal landas dan mendarat 18 helikopter anti kapal selam Ka-25 Hormone. Sebagai kapal anti kapal selama, Moskva dilengkapi dengan radar yang terhubung dengan senjata anti serangan udara dan kapal selamnya. Belakangan kemampuan Moskva dengan pesawat VTOL Yak-36 Forger di atasnya dalam hal mencari kapal selam musuh mulai diragukan.
Kiev Class menjadi kapal angkut pesawat Soviet yang lebih modern. Kapal berbobot antara 36.000-42.000 ton yang diawaki oleh 2.500 personil ini mempunyai senjata yang lebih baik. Ada empat buah senapan mesin 76 milimeter dan delapan buah 30 milimeter, sepuluh torpedo 21 inchi, empat misil SA-N3, empat SA-N4, delapan SS-N12, dua SUW-N1, dan 24 RBU 6000. Awal tahun 1980-an Rusia terlihat tengah mengembangkan dua kapal induk salah satunya Tibilisi yang merupakan moderenisasi Leonid Brezhnev, kapal ini mempunyai bobot mati 60.000 ton dengan panjang lebihd ari 300. Kapal yang mampu membawa 42 pesawat ini bermesin turbin gas dan merupakan kapal indk pertama Soviet yang mampu mengoperasikan pesawat sayap tetap CTOL, dengan 12 Su-27 Flanker, 12 Yak-41 VTOL, dan 15-18 Ka-27 Helix. Meski tertinggal, selain Tibilisi dan Leonid Breznev, Soviet (sekarang Rusia) tengah mengembangkan kapal induk bertenaga nuklir. Kehadiran kapal baru itu bakal menjadi pesaing kapal induk terbaru Amerika seperti Abraham Lincoln, George Washington, dan John C. Stenis yang berpendorong nuklir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar