Selasa, Februari 07, 2012

Tegal jaman dulu nih...


Tegal Penjara ±1900 (838x548)

Kartupos ini dalam bahasa Belanda berjudul “Gevangenis”. Artinya “Penjara”. Penjara ini didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda di bekas benteng VOC yang dibangun pada tahun sekitar 1719 di Parkstraat (kini Jl Yos Sudarso) dekat pelabuhan di kota Tegal. Sampai sekarang gedung ini berfungsi sebagai penjara dengan nama resmi Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Tegal.

Gambar memperlihatkan pintu masuk mengarah ke utara. Pintu yang berarsitektur gaya Neo Klasik ditutup dengan pagar besi. Didalam pintu terlihat lampu yang digantung pada langitnya. Di atas pintu terlihat bel besar yang dapat dibuyikan dengan memakai tali panjang. Tali tersebut terlihat dengan jelas di foto ini. 7 penjaga penjara berdiri didepan pagar sedang berpose untuk fotografer. 6 penjaga berseragam berwarna gelap dan 1 penjaga berseragam berwarna putih. Mungkinlah dia kepala penjaga penjara.

Bagian kosong yang di sebelah kanan dari fotonya diperuntukkan untuk menulis surat. Tetapi kartupos ini belum pernah ditulisi dan belum pernah dikirim. Siapa suka menerima kartupos yang bergambar penjara? 
 
 

Tegal Station SCS 1920an-2008 (1) (964x578)

Stasiun Tegal mulai dibangun pada tahun 1885 sebagai stasiun trem JSM (Java Spoorweg Maatschappij). Pada 1897 dibeli oleh maskapai perkeretaapian SCS (Semarang Cheribon Stoomtrammaatschappij) dan stasiun dilengkapi dengan atap besar yang berbahan kayu yang mengatapi 3 sepur. Pada tahun 1918 bagian dari 1885 direnovasi berdasarkan karya arsitek Henricus Maclaine Pont (1885 - 1971) tetapi atapnya dari 1897 tidak berubah banyak. Direktur SCS ir. J. Th Gerlings adalah mertua si arsitek sendiri. Sampai sekarang stasiun masih sama. Kartupos diterbitkan oleh percetakan J.D. De Boer dari Tegal-Cheribon-Poerwokerto ini memperlihatkan stasiun Tegal dari depan. (front-aanzicht = pandangan dari depan). Di sebelah kiri terlihat pangkalan taksi kereta kuda.


Gambar rancangan bagian baru Stasiun Tegal oleh arsitek Henricus McLaine Pont.
(Sumber: Arsip PT Kereta Api Indonesia di Bandung)


Panorama kompleks SCS di Tegal pada tahun 1918. Di sebelah kiri terlihat kantor pusat SCS dari arsitek McLaine Pont yang sekarang menjadi UPS (Universitas Pinggir Stasiun alias Universitas Panca Sakti). Stasiun terdiri dari bagian depan dari arsitek McLaine Pont dari 1918 dan bagian atap dari 1897. Jika diukur dengan jarak tempuh antara Jakarta dan Surabaya, kota Tegal kira-kira berada di tengah-tengahnya. Posisi strategis yang didukung dengan infrastruktur yang memadai menjadikan Tegal sebagai kota transit. Hal tersebut berdampak pada hidupnya usaha di bidang jasa pariwisata, terutama perhotelan.

Sampai sekarang stasiun kereta api Tegal menghubungkan kota ini dengan kota-kota lain di Pulau Jawa. Beberapa kereta api yang singgah di stasiun ini adalah: Senja Utama dan Fajar Utama (Jakarta-Semarang), Sembrani dan Argo Dwipangga (Jakarta-Surabaya), Matarmaja (Jakarta-Malang), Bangunkarta (Jakarta-Jombang), Harina (Bandung-Semarang), dan Kaligung (Tegal-Semarang).


Stasiun Tegal 2008
 
 

Tegal Station SCS 1909 (983x641)

Kartupos memperlihatkan panorama stasiun kereta api di Tegal mengarah ke timur. Peronnya lumayan ramai karena 2 kereta api baru datang. Di sebelah kiri berada kereta api Cirebon-Semarang sedangkan kereta api yang terlihat di sebelah kanan adalah KA Semarang-Cirebon. Kereta api ini terdiri dari 3 gerbong barang dan 4 berbong penumpang dan sebuah lokomotif dari seri B52 yang dibangun di pabrik Hartmann di negeri Jerman pada tahun 1908.  
 
 

Tegal Station SCS 1920an (2) (963x603)

Kartupos diterbitkan oleh percetakan J.D. De Boer dari Tegal-Cheribon-Poerwokerto ini memperlihatkan stasiun Tegal dari barat mengarah ke timur (zij-aanzicht = pandangan sisi samping). Stasiun lumayan ramai karena 2 kereta api baru datang. Di sebelah kiri berada kereta api Cirebon-Semarang sedangkan kereta api yang terlihat di sebelah kanan adalah KA Semarang-Cirebon. Kita melihat lokomotif dari seri B52 yang dibangun di pabrik Hartmann di negeri Jerman pada tahun 1908. Di peron ada banyak penumpang yang mau berangkat ke Cirebon. Barangnya banyak juga. Mungkin penumpang tersebut mau transit di Cirebon lalu naik kereta api yang lain ke Batavia. Di sebelah kanan terlihat pangkalan taksi kereta kuda. Lokasi pangkalan tersebut sekarang ditempati gedung beton dan peron ditutup pagar.


Stasiun Tegal 1988
 
 

Kantor SCS Tegal 1913-2008 (856x564)

Di depan Stasiun Kereta Api Tegal terdapat sebuah bangunan besar yang sekarang dipakai sebagai tempat kuliah. Kartupos diterbitkan oleh fotografer Jepang Abe Yoko ini memperlihatkan bangunan tua ini yang dulunya merupakan kantor pusat SCS (Samarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij = Perusahaan Perkeretaapian Semarang-Cirebon). Gedung ini memang kalah mewah dibanding gedung Lawang Sewu di Semarang yang dulunya adalah kantor NIS (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij = Perusahaan Perkeretaapian Hindia Belanda), tetapi tidak kalah cantik.

Gedung ini didesain di tahun 1910 oleh seorang arsitek terkenal yaitu Henricus Maclaine Pont (1885 - 1971). Sebagai respons terhadap lintasan matahari tropik, massa bangunan diletakkan memanjang Timur-Barat. Dengan itu maka fasade sisi Utara dan Selatan kaya dengan artikulasi arsitektural untuk menangkap cahaya dan ventilasi. Direktur SCS ir. J. Th Gerlings adalah mertua si arsitek sendiri. Henricus Maclaine Pont terkenal juga dari karya lain antara lain gedung ITB di Bandung dan beliau adalah pendiri Museum Majapahit di Trowulan (Mojokerto). Henricus memberikan kontribusi penting bagi perkembangan peradaban masa lalu bangsa Indonesia dengan merekonstruksi kejayaan Majapahit melalui kajian kitab Nagarakertagama dan penelitian tinggalan arkeologis di Trowulan.

Sejak 1980 bekas gedung SCS di Jl. Pancasila No 2 ini ditempati kampus UPS. Biasanya UPS disebut Universitas Pinggir Stasiun tapi nama resminya Universitas Panca Sakti. Secara umum kondisinya masih baik, meski nampak tidak terawat, kotor, kumuh, namun masih menyisakan keindahan dan eksotisme sebuah bangunan klasik yang indah. Penggunaannya sebagai kampus dikhawatirkan akan merombak gedung bersejarah ini.


UPS 2008 (foto oleh Ari Harmedi)


Tegal Rumdin Residen 1907 (838x534)

Gedung dibangun pada tahun 1750an oleh Mathijs Willem de Man (1720-1763), residen di Tegal pada jaman itu, sebagai kediaman resmi. Gedungnya bergaya arsitektur Neo Klasik. Pada tahun 1950 menjadi Balai Kota. Pada tahun 1985 (hingga kini) menjadi kantor DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah). Sampai sekarang bentuk gedung hampir tidak berubah. Sebuah fronton segitiga yang besar dibangun di atas bagian depan, di bekas tempat tiang bendara.

Sisi gambar ada cerita dalam bahasa Perancis. Bahasa Indonesianya: Jam 11.30 sedang pulang dari Brebes. Mau ketemu seseorang yang tidak muncul. Saya mau tanya apakah dia absen. Tidak bisa tunggu untuk selamanya. Saya tidak suka kunjungan ini sama sekali. Mungkin saya lebih suka pergi ke tempat dingin. Dengan ciuman besar dari milikmu, Pascal.

~
Gedung DPRD Kota Tegal 2006 (foto oleh Rif’atul Mahmudah) dan pada tahun 1890 dengan banyak pohon (foto dari arsip KITLV)


Penulis Belanda yang ternama, Louis Couperus, menginap disini pada bulan Juni 1899. Louis punya kakak namanya Geertruida Johanna (“Trudy”) yang tinggal di sini bersama suaminya Gerard yang bertugas sebagai residen di Tegal. Dalam buku “De Stille Kracht” ("Kekuatan Rahasia"), sebuah novel mengenai masyarakat kolonial Belanda di Jawa yang ditulis pada tahun 1900, Louis menceritakan gedung ini sebagai sebuah bangunan besar, sebesar istana, yang gelap, yang penuh rahasia, yang mistis. Rumah ini tidak pernah nyaman untuk ditinggali. Rumah ini selalu dipakai untuk pesta-pesta besar bagi orang-orang dari kelas atas. Rumah ini selalu menunggu pesta berikutnya. Rumah ini punya bagian halaman yang gelap. Di malam hari ada wangi bunga Sedap Malam. Anjing menggonggong. Ada bulan setengah. Ada banyak bayang-bayang hitam yang panjang. Ada pohon besar yang angker. Peristiwa-peristiwa aneh yang tidak dapat dijelaskan akal sehat juga terjadi di sini.

~
Residen Gerardus Johannes Petrus de la Valette (1855-?) dan Ibu Residen Geertruida Johanna de la Valette-Couperus (1856-1923) (Foto oleh studio Woodbury & Page Batavia dan studio Adolphe Zimmermans La Haye. Sumber: arsip ahliwaris dari Carla Biberle, cucu dari Residen dan Ibu Residen)


Upacara resmi di rumah dinas residen Tegal.

Foto ini memperlihatkan si Residen (berkumis) dan Ibu Residen (duduk) dan rombongan kolonial (di sebelah kiri) dikunjungi delegasi dari komunitas Tionghoa Tegal terdiri dari 6 orang berpakaian adat. Terlihat mebel bagus yang didisainkan dalam gaya Neo Rokoko (foto dari arsip ahliwaris dari Carla Biberle). Rumah ini selalu dipakai untuk pesta-pesta besar bagi orang-orang dari kelas atas. Jika kapal perang bersandar di pelabuhan Tegal, opsir-opsir pasti diundangi untuk berpesta di Rumah Residen. Rumah ini juga berfungsi sebagai pusat kebudayaan. Seringkali pementasan sadiwara diadakan, tableaux vivants (lukisan hidup) diperlihatkan dan sastra atau syair diperdengarkan.


Ruang kantor Residen Tegal (foto dari arsip ahliwaris dari Carla Biberle)
 
 








 
 
 Pasar pagi



 

1 komentar:

  1. kotane aku hadehhh...indahan lagi jaman gemiyen yah....

    BalasHapus