Pesawat-pesawat Tempur Fighter Yang Dibandingkan
Agar lebih ringkas, artikel ini hanya membandingkan pesawat tempur yang tetap diproduksi sampai tahun 2000
dan pesawat tempur lainnya yang rencananya akan diproduksi dalam dekade
ini. Pesawat yang lebih tua cenderung tidak mampu untuk menandingi
pesawat-pesawat tempur dalam survei ini. Dua pesawat Rusia yang cukup
baik,
MiG-35 dan Sukhoi
Su-47 Berkut juga tidak akan dimasukkan sebagai perbandingan. MIG-35 sudah "mati" dan SU-47 Berkut hanyalah prototipe.
|
Eurofighter Typhoon |
Pesawat-pesawat tempur tersebut adalah :
Perancis
Dassault Aviation Rafale (2001)
Jerman/Inggris/Italia/Spanyol
Eurofighter Typhoon (2003)
Rusia
Mikoyan MiG-29 'Fulcrum' (1983)Sukhoi Su-27 'Flanker' dan variannya Sukhoi Su-33 (1982)
Sukhoi Su-30 'Flanker' (1996)
Swedia/Inggris
Saab/BAE Systems JAS-39 Gripen (1996)
Taiwan
AIDC Ching Kuo, berbasis F-16, (1994–2000)
Amerika Serikat
McDonnell Douglas F-15 Eagle (1973-2000)
General Dynamics F-16 Fighting Falcon (1978-2002)
McDonnell Douglas F/A-18 Hornet (1980)
Lockheed Martin
F-22 Raptor (2003)
Amerika Serikat / Inggris/dan beberapa negara NATO
F-35 Joint Strike Fighter (2008)
|
Dassault Aviation Rafale |
Apa Membuat Pesawat Tempur Itu Berkategori "Baik"
Performa
Dalam jarak pendek (masih dalam jangkauan visual atau
WVR) pertempuran
air-to-air,
sebuah pesawat tempur harus bergerak ke posisi yang baik untuk
menembakkan senjatanya kepada pesawat musuh, dan kemampuan ini
kemungkinan akan terus menjadi persyaratan bagi sebuah
pesawat tempur fighter.
Jika sebuah fighter dapat bergerak lebih cepat dari lawan, maka akan lebih mudah bagi fighter tersebut untuk masuk ke posisi yang menguntungkan -
umumnya, di belakang lawan -. Kemampuan pesawat untuk bermanuver dapat
diukur dari beban sayapnya. Massa pesawat dibagi dengan luas sayap.
Semakin besar sayap, semakin mudah bagi sebuah pesawat untuk bermanuver
cepat ke arah yang lain. Perhatikan
vector dorong dari suatu
pesawat tempur, dimana gas buang dari mesin tidak statis tapi bisa
digerakkan ke atas atau bawah (kadang-kadang juga kiri ke kanan) untuk
meningkatkan kemampuan manuver.
Tenaga mesin juga sangat mempengaruhi keuntungan dalam pertempuran udara.
Secara sederhana, dengan kecepatan tinggi dapat memungkinkan pilot
untuk melepaskan diri atau bahkan mengejar lawan. Kemampuan untuk
melepaskan diri mungkin juga berlaku untuk ancaman rudal, memungkinkan
sebuah pesawat tempur dengan cepat menghindari rudal.
|
AIDC Ching Kuo |
Pesawat tempur yang berkekuatan tinggi juga lebih
mungkin untuk memiliki keunggulan energi penting secara keseluruhan atas
lawannya. Semua manuver tempur udara (ACM) memerlukan banyak energi
fisik. Semakin tinggi tingkat energi fisik ini, semakin besar kemampuan
manuver untuk sebuah pesawat tempur. Tenaga mesin yang besar
memungkinkan pesawat untuk memperoleh tingkat energi yang tinggi dan
karena itu akan lebih agresif dalam Manuver Tempur Udara/ACM (Air Combat
Maneuvers).
Berikut ukuran perbandingan daya dorong/berat dari beberapa pesawat tempur
fighter :
| Thrust/Weight Ratio | wing loading kg/m² | notes |
Rafale F2 | 1.13 | 304 | 5300 l fuel internal |
Typhoon | 1.18 | 300 | 4700 l fuel internal |
F-2 | 0.89 | 430 |
|
MiG-29SM | 1.13 | 411 |
|
Su-27 |
|
|
|
Su-30 |
|
| Indian Su-30MKI has thrust vectoring |
Gripen | 0.94 | 341 |
|
F-22A | 1.2 | 342 | 13000 l fuel internal and 2D thrust vectoring |
F-35A | 0.83 | 446 |
|
Dalam latihan terbang untuk menggunakan rudal baru, biasanya para pilot
hanya menggunakan sebagian kecil dari kemampuan manuver pesawat tempur
tersebut, dan biasanya juga masih dalam jangkauan visual (WVR). Adapun
validitas argumen ini, perlu dicatat bahwa F-22 (berdasarkan perkiraan
yang disajikan di sini) memiliki rasio daya dorong/berat yang sangat
tinggi, beban sayap yang rendah, dan vectoring dorong tinggi yang
meningkatkan kemampuan manuvernya, tetapi apakah ini akurat? mengingat
selama ini Amerika kadangkala menyebarkan kecanggihan "
hoaxnya" saja.
Sebaliknya, rasio dorong/berat F-35A malah jauh lebih rendah dari
F-22 Raptor. Rasio dorong/berat F-35A cuma sedikit lebih unggul dari
F-16.
Super Cruise
Typhoon,
Rafale, dan khususnya
F-22
memiliki performa yang baik. Pesawat-pesawat tempur tersebut memiliki
kemampuan untuk terbang pada kecepatan supersonik tanpa menggunakan
afterburner, kemampuan ini dikenal sebagai
supercruise. Kita ketahui, penggunaan
afterburner akan menghabiskan sejumlah besar bahan bakar, sebuah
fighter biasanya hanya dapat menggunakannya hanya dalam beberapa menit saja. Oleh karena itu, pesawat dengan
supercruise secara teoritis bisa memiliki keuntungan besar dalam mengejar atau menghindari pesawat
supercruise yang berkemampuan "sebatang rokok".
Supercruise juga
akan memungkinkan pesawat ini untuk bertempur dalam jangka waktu yang
lama, khususnya pada rentang yang lebih panjang, bukan dalam perjalanan.
|
F-35 |
Kemampuan Siluman (stealth)
Pesawat-pesawat
tempur yang dikembangkan Amerika saat ini umumnya telah difokuskan pada
teknologi siluman, dan dinyatakan bahwa F-22 adalah pesawat tempur
pertama di dunia yang dirancang dengan menggunakan teknologi siluman (
stealth).
Namun, kemampuan siluman dari F-22 masih belum jelas. F-35 juga masih
penuh tanda tanya, namun beberapa laporan mengklaim bahwa kemampuan
siluman F-35 secara signifikan masih dibawah F-22.
Lho?
Selain itu, kemampuan siluman dari versi ekspor dari JSF F-35 ini
diklaim akan jauh lebih rendah ketimbang f-35 yang digunakan AS atau
Inggris..
Rafale dan
Typhoon tidak didesain dengan teknologi
stealth, tapi karena munculnya F-22 Raptor, akhirnya mereka memperbaiki detil yang substansial untuk mengurangi
radar cross section (RCS).
Berapa besar efek ini pada jangkauan deteksi? masih tidak jelas.
Deteksi jarak efektif oleh radar biasanya diperkirakan sebanding dengan
RCS ^ 0,25 dan karena itu apabila mengurangi RCS pesawat bahkan hingga
sebesar 50%, itu masih dianggap kecil untuk menghindari radar.
Mitsubishi F-2 dan Pesawat Tempur India (Tejas) juga dilaporkan telah dilengkapi dengan kemampuan anti radar.
MiG-29,
Su-27 maupun turunannya memiliki fitur tersembunyi yang tidak diketahui, juga F-16
derivatif yang diproduksi oleh Taiwan. Demikian pula, tidak ditemukan laporan tentang
stealthiness dari pesawat Cina (
J-10, J-16 atau yang tecanggih
J-20).
Tapi diyakini, kemampuan siluman dari sebuah pesawat tempur bisa lebih
atau kurang dari yang diberitakan. Karena ini memang rahasia.
|
Mitsubishi F-2 |
Ada beberapa laporan bahwa
avionik Rafale, Thales Spectra, termasuk pesawat yang "tersembunyi" dari radar teknologi
jamming.
Jammers konvensional sulit menentukan lokasi dari sebuah pesawat,
tetapi ada atau tidaknya pesawat tersebut masih terdeteksi. Sistem radar
tersebut masih berpotensi untuk mengetahui lokasi pesawat tempur
"setengah siluman", tetapi mungkin kurang efektif pada, F-22 dan F-35
JSF. Namun, tidak jelas juga seberapa efektif sistem siluman F-22 atau
F-35 ini.
Avionic
Sistem
avionik dari pesawat-pesawat tempur bervariasi. Secara umum,
avionik Barat dipandang sebagai yang paling canggih. F-22 dan F-35 memiliki desain
avionik terpadu,
dengan pengolahan data dilakukan di komputer pusat. Rafale dan
Eurofighter memiliki komputer utama dan data internal jaringan yang
lebih lambat.
Avionik negara-negara lain juga umumnya dianggap
kurang canggih ketimbang yang Amerika. Sebenarnya masih ada 1 atau 2
produk unggulan pesawat tempur fighter siluman yang "terlupakan" disini
yaitu
PAK FA T-50 (Rusia) dan
Chengdu J-20 (Cina).
Tapi karena tidak adanya informasi (hanya sekedar foto pun sulit)
spesifikasi detil dari kedua pesawat ini, maka kedua pesawat tersebut
tidak saya masukkan dalam perbandingan ini. Bila bicara soal klaim,
Rusia mengatakan bahwa PAK FA T-50 siluman milik mereka jauh lebih hebat
ketimbang F-22 Raptor Amerika.
Sebuah bagian mendasar dari
avionik sebuah pesawat tempur adalah
radar (AESA). Hal ini dianggap sebagai teknologi yang sangat rahasia,
dan tidak mungkin untuk diekspor. Baik Rafale (PESA RBE2) atau
Eurofighter memiliki semacam radar canggih (Eurofighter dilengkapi
dengan
Euroradar), dan memiliki desain mirip dengan radar Amerika. Semua
fighter umumnya dilengkapi dengan perangkat pasif yang "
listens"
untuk radar yang menarget mereka. Radar F-22 dan F-35 dirancang untuk
menjadi sulit dideteksi (diberi akronim Low Probability of Intercept -
LPI), sambil mempertahankan kemampuan untuk menemukan pesawat lain yang
berdesain konvensional.
Faktor lain untuk dipertimbangkan adalah kecanggihan sensor lain,
seperti pasif radar detektor infra-merah, serta kemampuan radar
jamming.
Semua pesawat Eropa dan Amerika modern mampu berbagi data target dengan
fighter sekutu. MiG-31 interceptor Rusia juga memiliki beberapa kemampuan
datalink, sehingga sangat masuk akal untuk mengasumsikan bahwa pesawat-pesawat Rusia lainnya juga dapat melakukannya, apalagi pesawat
fighter Rusia yang lebih baru dai MIG-31.
|
F-22 Raptor |
Mengingat keberadaan radar LPI dan beberapa dugaaan yang
"akurat" dalam metode yang digunakan, muncul pertanyaan, alat apa lagi
yang bisa mengatasi pesawat-pesawat tempur tersebut dan atau bagamana
cara untuk mendeteksi mereka?
- mungkin pake dukun aja ya hehe....-
Relatif sedikit yang diketahui tentang
avionik dari pesawat baru India dan Cina. Secara umum diasumsikan bahwa teknologi
avionik mereka
jauh di bawah standar Barat. Namun, laporan dari pelaksanaan latihan
militer India-Amerika terbaru, menunjukkan bahwa India setidaknya, telah
mulai mengembangkan keahlian mereka sendiri di teknologi tersebut.
Selanjutnya, berkat program homegrown LCA dan industri komputer India
yang berkembang, India telah membuat berbagai item avionik yang dibuat
dengan standar internasional.
Efektivitas Biaya dan Ketersediaan
Rafale lebih dari 50 juta euro, tergantung pada kesepakatan ekspor
Typhoon Austria version 20003 62 juta euro
Mitsubishi F-2 Jepang 100 juta dolar
MiG-29 tahun 1998 27 juta dolar
Sukhoi Su-27 24 juta dolar
Sukhoi Su-30 38 juta dolar (salah satu varian)
Sukhoi Su-30K untuk Indonesia 33 juta dolar
Sukhoi Su-30MKI untuk India 45 juta dolar
Sukhoi Su-30MKM untuk Malaysia, varian dari versi India 25 juta dolar
Ching Kuo per unitnya sebesar 24 juta dolar
F-15 43 juta dolar
F-16 25 juta dolar
F-18 E/F 60 juta dolar
F-22A Raptor 152 juta dolar
F-35A (versi'94) 45 juta dolar
F-35B (versi'94) 60 juta dolar
F-35C (versi'94) 55 juta dolar
Jarak dan Landas Pacu
| range,int fuel km | range,ext fuel km | ferry range km | takeoff,landing m | notes |
Rafale F2 | 800 | 1850 | 3850 | 400, 300 |
|
Typhoon | ? | 1389 | 3706 | 300, ? |
|
F-2 | ? | 834 | ? | ?, ? |
|
Gripen | 800 | 834 | ? | 400, 500 |
|
F-22A | ? | ? | 3850 | ?, ? |
|
F-35A | ? | 1300 | ? | ?, ? |
|
F-35B | ? | 920 | ? | ?, 0 | STOVL |
F-35C | ? | 1480 | ? | carrier |
|
Servis
Seberapa lama pesawat tempur tersebut dapat terbang?
Kita masih tergoda untuk tetap fokus pada kemampuan "
dogfighting"
dari pesawat tempur, tapi peralatan militer lainnya juga memiliki
pengaruh besar terhadap hasil pertempuran udara, terutama untuk
pertempuran dalam jangka waktu yang lama.
Mungkin hal yang paling penting untuk dipertimbangkan dari pertempuran
udara adalah sistem rudal dari pesawat tersebut. Sebagai contoh,
Eurofigher hampir dipastikan mudah untuk dideteksi oleh radar dari F-22.
Tapi Eurofighter memilki rudal MBDA Meteor yang jauh lebih baik dari
rudal AMRAAM. Di klaim, rudal jenis ini cukup efektif digunakan bahkan
dari jarak yang jauh.
Oleh karena itu, pilot Eurofighter mungkin dapat menembakkan rudal
mereka jauh lebih awal. Sistem rudal Eurofighter ini terus ditingkatkan
bahkan lebih sering daripada peningkatan performa pesawat itu sendiri.
Pengembangan rudal jarak pendek yang dapat menembak sasaran secara tidak
langsung tampaknya telah secara radikal mengubah sifat rudal jarak
pendek menjadi faktor kunci ketimbang pesawatnya. Demikian pula sistem
radar dan elektronik lainnya, juga dapat ditingkatkan. Teknologi seperti
ini bukan untuk diekspor, atau diekspor tapi dengan kemampuan yang
lebih rendah. Masih mending bila negara pengimpor pesawat tempur
tersebut cuma mendapatkan teknologi rendahan, bila produsen memasang
pelumpuh otomatis jarak jauh pada pesawat tersebut??? Artinya
produsenlah yang mengatur siapa yang sebaiknya memenangi suatu
pertempuran udara.
-Ayo Indonesia, bikin sendiri jet tempurmu!
jelek-jelek nggak apa-apa, nantinya juga akan berkembang. Kita memiliki
ahli-ahli yang handal koq hehe....-
|
Sukhoi PAK-FA T-50 |
Sistem yang secara fisik tidak terletak di dalam pesawat
juga bisa membuat perbedaan yang substansial efektivitas pertempuran.
Sistem radar, seperti pesawat AWACS, serta radar kapal dan radar
ground based, dapat menginformasikan
fighter tentang lokasi lawan yang
fighter tersebut
tidak dapat mendeteksi dengan radar mereka sendiri. Bahkan ketersediaan
pengisian bahan bakar udara dapat membuat perbedaan besar dalam
efektivitas pertempuran.
Akhirnya, faktor manusia tidak dapat diabaikan, sebagai pilot, kemampuan
dan pelatihan masih diyakini memainkan peran besar dalam hasil
pertempuran udara. Pelatihan pada pilot biasanya sangat intensif untuk
semakin mengasah kemampuan tempurnya.
- Inilah nikmatnya menjadi pilot angkatan udara seperti saya hehe..-
DERA study
Britain's Defence Evaluation and Research Agency
(sekarang terpecah menjadi QinetiQ dan DSTL) melakukan evaluasi
(simulasi berdasarkan data yang tersedia) membandingkan Typhoon dengan
beberapa fighter modern lainnya dalam hal seberapa baik mereka tampil
melawan pesawat musuh yang diharapkan, seperti Sukhoi Su-35. Karena
kurangnya informasi yang dikumpulkan pada pesawat tempur generasi ke 5
dan Su-35 selama waktu penelitian ini, maka hasil ini bukanlah hasil
resmi.
Penelitian ini menggunakan pilot nyata dan simulator. Data berbagai
pesawat barat dimasukkan dalam simulasi tempur melawan Sukhoi SU-35.
Hasilnya adalah:
Dari hasil pertempuran simulasi ini, 4,5 Sukhoi ditembak jatuh untuk
setiap 1 Typhoon yang hilang. Namanya juga simulasi sepihak, bila pihak
Rusia yang melakukan simulasi pertempuran, maka akan lain pula hasilnya.
Kritikus pun berujar, SU-35 saat ini memiliki sistem radar yang jauh
lebih maju (BAR pada MKI dan MKM) dan sistem avionik dari Su-35 kala
itu. Ditambah lagi Rusia memiliki rudal jarak sedang yang dalam tahap
pembangunan, tetapi hanya dapat dipakai untuk
flanker terbaru. Rudal seperti KS-172 mungkin dimaksudkan untuk target besar dan bukan
fighter, tetapi dampaknya terhadap keterlibatan BVR jangka panjang dapat menjadi faktor yang patut dipertimbangkan.
|
Pesawat tempur J-20 Cina |
The "F/A-18 +" dalam penelitian itu juga ternyata bukan
F/A-18E/F saat ini. Semua pesawat Barat dalam simulasi tersebut yang
menggunakan rudal AMRAAM, kecuali Rafale yang menggunakan rudal MICA.
Rincian simulasi tidak dirilis, sehingga sulit untuk memverifikasi
apakah evaluasi itu akurat (misalnya, apakah mereka memiliki pengetahuan
yang memadai tentang Sukhoi dan Raptor agar lebih realistis dalam
simulasi tempur mereka). Masalah lain dari penelitian ini adalah
skenario di mana pertempuran itu terjadi, bisa jadi itu adalah skenario
lokasi yang diinginkan oleh mereka saja. Beda lokasi, maka hasilpun
berbeda, pasti berbeda bila di lokasi atau jarak tempur yang berbeda.
Kita tahu Sukhoi SU-35 terkenal dengan kemampuan manuvernya yang diatas
rata-rata. Ini jelas akan terbukti menguntungkan dalam pertempuran jarak
dekat.
Tahu nggak, simulasi itu dibuat pada pertengahan 90 an dengan pengetahuan yang terbatas tentang
Radar Cross Section, ECM. Memang pada saat itu, semua pesawat tempur
fighter generasi 4 atau 5 masih dalam tahap
prototipe.
Laporan Latihan
Para pilot angkatan
udara berlatih secara intensif. Dari berbagai pesawat yang mereka
gunakan, dapat diketahui kemampuan rata-rata dari pesawat-pesawat
tersebut.
Hasil latihan pada tahun 2004, F-15 Eagle USAF terhadap Su-30MKI, Mirage
2000-an, MiG-29 dan MiG-21 Angkatan Udara india telah banyak
dipublikasikan, dengan India memenangkan "90% pertempuran bohong" itu.
Tapi tidak semua F-15 Eagle tersebut dilengkapi dengan radar AESA
terbaru, hanya beberapa pesawat saja dari armada F-15 yang diterjunkan.
tapi walaupun hal tersebut meringankan, kualitas pilot Angkatan Udara
Cina cukup mencengangkan dan memberikan surprise yang tidak
disangka-sangka bagi para pilot USAF dan pengamat militer.
Pada bulan Juni 2005, seorang pilot Eurofighter dilaporkan mampu - dalam
konfrontasi simulasi - menghindari kejaran dua F-15 dan lalu mengakali
kedua F-15 tersebut untuk masuk ke posisi tembak.
Performa Tempur
Pertempuran antara
pesawat tempur modern sudah sangat langka terjadi, jadi sangat sulit
untuk menilainya. Tapi dalam beberapa kasus, dapat kita ketahui :
Selama Perang Teluk, F-15 menembak jatuh 5 MiG-29 Irak
Pada tanggal 17 Januari 1993, F-16 USAF menembak jatuh sebuah MiG-29 Irak di zona larangan terbang. (Beberapa sumber mengklaim itu adalah MiG-23.)
Pada bulan Februari 1999, selama Perang Eritrea-Ethiopia, Su-27 Ethiopia menembak jatuh 2 MiG-29 Eritrea.
Selama tahun 1999 Perang Kosovo, sebuah F-16 Belanda menembak
jatuh 1 MiG-29 Yugoslavia, F-15 USAF menembak jatuh 4 MiG-29 dan F-16
USAF menembak jatuh 1 Mig-29.