Kamis, Agustus 02, 2012

2020: Pesawat Pembom Rusia Terbaru Diluncurkan


Angkatan Udara Rusia mungkin akan menerima pesawat bomber terbaru mereka yaitu PAK DA, yaitu generasi pembom jarak jauh di tahun 2020 (bukan 2025 seperti yang awalnya direncanakan), Wakil Komandan Angkatan Udara Rusia, Mayor Jenderal Alexander Chernyayev, mengatakan.

"Saya pikir model pertama dari Prospective Air Complex untuk pesawat bomber PAK DA akan diterima Angkatan Udara sekitar tahun 2020," kata Chernyayev dalam wawancara yang diterbitkan di situs Kementerian Pertahanan Rusia beberapa waktu lalu.
Desain pesawat bomber PAK DA Rusia
Desain Pesawat bomber PAK DA

Tampilan umum dari pembom strategis yang baru ini telah diselesaikan, dan para insinyur saat ini sedang melakukan pekerjaan finishing untuk persyaratan operasional pesawat udara tertentu, Chernyayev melanjutkan. "Kami memiliki semuanya hari ini untuk mengembangkan pesawat tepat waktu dan memasukkannya ke dalam operasi bersama dengan Tupolev Tu-95MS Bear, Tu-160 Blackjack dan Tu-22M3 Backfire (pembom strategis), yang telah membuktikan kehandalan mereka," tambahnya .
"Tugas ini tidak mudah dari sudut pandang ilmiah dan teknis, tetapi kita harus segera memulai pekerjaan ini," Validimir Putin.
Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pengembangan pesawat bomber jarak jauh baru strategis ini dipercepat pada pertengahan Juni lalu. "Saya tahu betapa mahal dan kompleksnya program ini," kata Putin dalam konferensi pertahanan. "Tugas ini tidak mudah dari sudut pandang ilmiah dan teknis, tetapi kita harus segera memulai pekerjaan ini," katanya, menambahkan bahwa jika tidak segera, Rusia akan kehilangan momentum. Menteri Pertahanan Anatoly Serdyukov telah mengatakan sebelumnya bahwa perakitan pesawat bomber PAK DA ini dilakukan di Kazan (Kapo), Rusia bersama dengan pembangunan pesawat transportasi Antonov An-70 baru. Ini juga merupakan dibangunnya bomber Tu-95MS dan Tu-160.
Ilustrasi bomber PAK DA Rusia
Ilustrasi bomber PAK DA

Saat ini, hanya Rusia dan Amerika Serikat mengoperasikan pesawat pembom jarak antar benua. Sebagian besar negara berkemampuan nuklir lainnya hanya mengandalkan rudal balistik antarbenua, dengan kapal selam atau rudal jelajah. Amerika Serikat juga telah menyatakan minat dalam menambah jangkauan pembom B-1, B-2 dan B-52H.

Pasukan strategis udara Rusia saat ini mengoperasikan total 63 bomber Tu-95MS dan 13 Tu-160. Secara keseluruhan, armada tersebut mampu membawa 850 rudal jelajah jarak jauh.

Helikopter Tempur Ka-50 Black Shark Hokum Rusia


Helikopter Tempur Ka-50 Black Shark dikembangkan oleh Kamov Helicopters JSC. Kode nama NATO-nya adalah Hokum A, dan Hokum B adalah versi dengan dua tempat duduk atau Ka-52. Ka-50 juga dikenal sebagai Werewolf. Helikopter yang berkinerja tinggi ini memiliki kemampuan tempur siang dan malam, survivabilitas dan daya tembak tinggi untuk mengalahkan target udara dan tank-tank berat lapis baja yang bersenjata anti udara. Ka-50 memasuki layanan di Angkatan Darat Rusia sejak tahun 1995, dan diproduksi di Perusahaan Penerbangan Sazykin yang berbasis di wilayah maritim Arseniev, Rusia.
Helikopter Tempur Ka-50
Helikopter tempur Ka-50
Helikopter Tempur Ka-50
Ka-50 memasuki layanan di Angkatan Darat Rusia pada tahun 1995
Permintaan pertama Angkatan Darat untuk delapan helikopter Ka-50 telah dipenuhi. Pada tahun 2005, 12 Ka-52 juga harus dibeli oleh Angkatan Udara Rusia untuk kepentingan operasi khusus, namun dana pembeliannya telah dipotong. Pada akhir 2008, Angkatan Udara Rusia telah mengoperasikan 15 helikopter Ka-50 dan 10 helikopter Ka-52.
Versi tempur malam yaitu Ka-50N, dilengkapi dengan Samshit-50T thermal imager, day TV dan laser rangefinder, dan Kanov juga telah bekerjasama dengan Industri Penerbangan Israel (IAI) untuk membuat versi Ka-50-2 Erdogan yang kompatibel dengan senjata NATO dan kokpit yang dibuat oleh Israel.
Desain Helikopter Tempur Ka-50

Desain rotor koaksial memberikan kemampuan terbang dengan ketinggian 4.000 m dan naik secara vertikal setinggi 10 m/detik di altitude 2.500 m. Baling-baling terbuat dari bahan polimer. Hasil konfigurasi rotor koaksial di momen nilai inersia yang relatif antara sumbu vertikal dan lateral adalah 1,5 sampai 2 kali lebih kecil dari nilai helikopter yang berotor tunggal dengan rotor ekor. Tidak adanya rotor ekor pada Ka-50 memungkinkan helikoter untuk melakukan putaran datar dalam kecepatan penuh. Vertikal g-load maksimal sebesar 3,5 dikombinasikan dengan momen inersia yang rendah memberikan Ka-50 tingkat kelincahan yang tinggi.
"Ka-50 adalah helikopter tempur yang memiliki kinerja tinggi dengan kemampuan tempur siang dan malam"
Tambahan lapisan baja yang dipasang di kokpit pilot dapat melindungi dari senjata 12,7 mm dan proyektil 23 mm. Baling-baling di desain dapat menahan beberapa tembakan senjata otomatis dari darat.
Helikopter Tempur Ka-50
Kamuflase helikopter tempur Ka-50 Black Shark, dengan desain rotor koaksial,
mampu terbang di ketinggian 4.000m
Ka-50 adalah helikopter pertama yang operasional di dunia yang dilengkapi dengan sistem kursi ejeksi (lontar) penyelamatan, yang memungkinkan pilot untuk menyelamatkan diri di semua ketinggian dan kecepatan. Sistem ejeksinya bernama K-37-800, diproduksi oleh Zvezda Research dan beberapa gabungan perusahaan di Moskow.

Order Ka-50 Black Shark

Proposal permintaan untuk membeli 22 helikopter tempur dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan India -India lagi deh- pada tanggal 30 Mei 2008 sebagai bagian dari kontrak 550 juta dolar. Permintaan helikopter tempur tersebut harus mencakup persenjataan yang dapat meningkatkan pengawasan dan kemampuan tempur Angkatan Udara India.
Angkatan Udara India juga mensyaratkan bahwa helikopter memiliki dua mesin dan mampu membawa beban 2.500 kg atau lebih. Termasuk kemampuan anti kendaraan lapis baja dengan senjata turret kaliber 20 mm atau lebih  dan mampu menembakkan roket 70 mm di jarak 1,2 km. Helikopter itu harus memiliki kemampuan tempur siang, malam di semua cuaca, di padang pasir dan daerah perbukitan.
Helikopter Tempur Ka-50
Helikopter tempur Ka-50 Black Shark dengan persenjataannya.
Maksimum beban senjata adalah 2 ton.
Pesanan kedua dikeluarkan pada bulan Juni 2009, dengan jumlah pesanan 384 unit di kisaran biaya 2 miliar dolar (per unit 15 juta dolar). Rinciannya adalah, 125 unit untuk Angkatan Udara India dan 259 unit untuk Angkatan Darat india.


Persenjataan

Kombinasi berbagai persenjataan untuk beban senjata maksimal 2 ton dapat dipilih sesuai misi, termasuk anti tank, roket dengan kaliber berbeda, rudal air-to-air, bom dan senjata lainnya.
Helikopter Tempur Ka-50
Ka-50 dilengkapi dengan 4 unit suspensi underwing dan wingtip countermeasures pods
Helikopter memiliki sayap mid-mounted kecil, dilengkapi dengan empat unit suspensi underwing dan wingtip countermeasures pods. Dua belas Rudal supersonik Vikhr anti tank dapat dipasang di dua bagian underwing eksternal. Rudal Vikhr masih efektif untuk ditembakkan dari jarak 8 km, mampu menembus semua jenis lapis baja dan lapis baja aktif dengan ketebalan 90 cm.
"Ka-50 Black Shark dipersenjatai dengan senapan tembak cepat 2A42 30mm"
Ka-50 dipersenjatai dengan senapan tembak cepat 2A42 30mm, yang dapat digunakan untuk target udara dan darat. Senjata ini dilengkapi dengan 460 butir amunisi. Untuk setiap putaran tembak, berat amunisi adalah 0,39kg dengan kecepatan peluru 980m/dtk dan jangkauan hingga 4 km.

Avionik

Sistem penerbangan termasuk sistem navigasi inersia (INS), autopilot dan head-up display (HUD). Sensor mencakup inframerah dan radar.

Countermeasure

Ka-50 dilengkapi dengan radar penerima peringatan bahaya, sistem perang elektronik, chaff dan flare dispenser.
Helikopter Tempur Ka-50
Helikopter tempur Ka-50 Black Shark terbang rendah.

Mesin
Ka-50 didukung oleh dua mesin TV3-117VMA turboshafts, masing-masing memberikan 2.200 hp (tenaga kuda). Mesin ditempatkan di kedua sisi badan helikopter untuk meningkatkan survavibilitas tempur. Helikopter juga memiliki Unit Daya Tambahan (APU) untuk operasi mandiri.

Kinerja

Helikopter tempur Ka-50 bisa mendaki dengan kecepatan 16 m/detik. Dapat terbang pada kecepatan maksimum 390 km/jam. Jarak tempuh operasinya 1.180 km lebih. Radius pertempuran 460 km. Berat helikopter sekitar 7.800 kg dan maksimum berat lepas landas adalah 10.800 kg.

Perbandingan Pesawat-Pesawat Tempur Modern di Dunia


Kini kita akan membandingkan kemampuan sebuah Pesawat Tempur Fighter Superior dengan Pesawat tempur fighter superior lainnya. Yang mana kita ketahui merupakan tugas yang sulit untuk mengetahui apakah suatu pesawat tempur fighter dapat dapat mengalahkan pesawat tempur fighter lainnya, ketimbang menembak jatuh pesawat tempur yang bukan fighter (ini jelas lebih mudah).

Secara umum, karena kurangnya informasi yang akurat tentang pesawat tempur fighter itu sendiri, dan minimnya pertarungan yang sesungguhnya di antara pesawat-pesawat tersebut, suatu hal yang sangat sulit untuk menilai bagaimana pesawat-pesawat tersebut akan beraksi dalam sebuah pertempuran. Apalagi sang "pemilik" pesawat tempur tersebut biasanya masih merahasiakan kemampuan lain yang dimiliki pesawatnya. Tetapi, untuk psywar mereka saling mengklaim bahwa pesawat tempur merekalah yang lebih unggul.

Parade Militer Rusia

Pesawat-pesawat Tempur Fighter Yang Dibandingkan

Agar lebih ringkas, artikel ini hanya membandingkan pesawat tempur yang tetap diproduksi sampai tahun 2000 dan pesawat tempur lainnya yang rencananya akan diproduksi dalam dekade ini. Pesawat yang lebih tua cenderung tidak mampu untuk menandingi pesawat-pesawat tempur dalam survei ini. Dua pesawat Rusia yang cukup baik, MiG-35 dan Sukhoi Su-47 Berkut juga tidak akan dimasukkan sebagai perbandingan. MIG-35 sudah "mati" dan SU-47 Berkut hanyalah prototipe.

Pesawat tempur buatan Jerman Inggris Italia Spanyol
Eurofighter Typhoon
Pesawat-pesawat tempur tersebut adalah :

Perancis 
Dassault Aviation Rafale (2001)
Jerman/Inggris/Italia/Spanyol
Eurofighter Typhoon (2003)
Rusia 
Mikoyan MiG-29 'Fulcrum' (1983)Sukhoi Su-27 'Flanker' dan variannya Sukhoi Su-33 (1982)
Sukhoi Su-30 'Flanker' (1996)
Swedia/Inggris 
Saab/BAE Systems JAS-39 Gripen (1996)
Taiwan 
AIDC Ching Kuo, berbasis F-16, (1994–2000)
Amerika Serikat
McDonnell Douglas F-15 Eagle (1973-2000)
General Dynamics F-16 Fighting Falcon (1978-2002)
McDonnell Douglas F/A-18 Hornet (1980)
Lockheed Martin F-22 Raptor (2003)
Amerika Serikat / Inggris/dan beberapa negara NATO 
F-35 Joint Strike Fighter (2008)

jet tempur buatan Perancis
Dassault Aviation Rafale

Apa Membuat Pesawat Tempur Itu Berkategori "Baik"

Performa

Dalam jarak pendek (masih dalam jangkauan visual atau WVR) pertempuran air-to-air, sebuah pesawat tempur harus bergerak ke posisi yang baik untuk menembakkan senjatanya kepada pesawat musuh, dan kemampuan ini kemungkinan akan terus menjadi persyaratan bagi sebuah pesawat tempur fighter.

Jika sebuah fighter dapat bergerak lebih cepat dari lawan, maka akan lebih mudah bagi fighter tersebut untuk masuk ke posisi yang menguntungkan - umumnya, di belakang lawan -. Kemampuan pesawat untuk bermanuver dapat diukur dari beban sayapnya. Massa pesawat dibagi dengan luas sayap. Semakin besar sayap, semakin mudah bagi sebuah pesawat untuk bermanuver cepat ke arah yang lain. Perhatikan vector dorong dari suatu pesawat tempur, dimana gas buang dari mesin tidak statis tapi bisa digerakkan ke atas atau bawah (kadang-kadang juga kiri ke kanan) untuk meningkatkan kemampuan manuver.

Tenaga mesin juga sangat mempengaruhi keuntungan dalam pertempuran udara. Secara sederhana, dengan kecepatan tinggi dapat memungkinkan pilot untuk melepaskan diri atau bahkan mengejar lawan. Kemampuan untuk melepaskan diri mungkin juga berlaku untuk ancaman rudal, memungkinkan sebuah pesawat tempur dengan cepat menghindari rudal.

pesawat tempur AIDC Ching Kuo taiwan
AIDC Ching Kuo
Pesawat tempur yang berkekuatan tinggi juga lebih mungkin untuk memiliki keunggulan energi penting secara keseluruhan atas lawannya. Semua manuver tempur udara (ACM) memerlukan banyak energi fisik. Semakin tinggi tingkat energi fisik ini, semakin besar kemampuan manuver untuk sebuah pesawat tempur. Tenaga mesin yang besar memungkinkan pesawat untuk memperoleh tingkat energi yang tinggi dan karena itu akan lebih agresif dalam Manuver Tempur Udara/ACM (Air Combat Maneuvers).

Berikut ukuran perbandingan daya dorong/berat dari beberapa pesawat tempur fighter :


Thrust/Weight Ratiowing loading kg/m²notes
Rafale F21.133045300 l fuel internal
Typhoon1.183004700 l fuel internal
F-20.89430
MiG-29SM1.13411
Su-27


Su-30

Indian Su-30MKI has thrust vectoring
Gripen0.94341
F-22A1.234213000 l fuel internal and 2D thrust vectoring
F-35A0.83446

Dalam latihan terbang untuk menggunakan rudal baru, biasanya para pilot hanya menggunakan sebagian kecil dari kemampuan manuver pesawat tempur tersebut, dan biasanya juga masih dalam jangkauan visual (WVR). Adapun validitas argumen ini, perlu dicatat bahwa F-22 (berdasarkan perkiraan yang disajikan di sini) memiliki rasio daya dorong/berat yang sangat tinggi, beban sayap yang rendah, dan vectoring dorong tinggi yang meningkatkan kemampuan manuvernya, tetapi apakah ini akurat? mengingat selama ini Amerika kadangkala menyebarkan kecanggihan "hoaxnya" saja.

Sebaliknya, rasio dorong/berat F-35A malah jauh lebih rendah dari F-22 Raptor. Rasio dorong/berat F-35A cuma sedikit lebih unggul dari F-16.

Super Cruise

Typhoon, Rafale, dan khususnya F-22 memiliki performa yang baik. Pesawat-pesawat tempur tersebut memiliki kemampuan untuk terbang pada kecepatan supersonik tanpa menggunakan afterburner, kemampuan ini dikenal sebagai supercruise. Kita ketahui, penggunaan afterburner akan menghabiskan sejumlah besar bahan bakar, sebuah fighter biasanya hanya dapat menggunakannya hanya dalam beberapa menit saja. Oleh karena itu, pesawat dengan supercruise secara teoritis bisa memiliki keuntungan besar dalam mengejar atau menghindari pesawat supercruise yang berkemampuan "sebatang rokok". Supercruise juga akan memungkinkan pesawat ini untuk bertempur dalam jangka waktu yang lama, khususnya pada rentang yang lebih panjang, bukan dalam perjalanan.

pesawat tempur siluman f-35
F-35

Kemampuan Siluman (stealth)

Pesawat-pesawat tempur yang dikembangkan Amerika saat ini umumnya telah difokuskan pada teknologi siluman, dan dinyatakan bahwa F-22 adalah pesawat tempur pertama di dunia yang dirancang dengan menggunakan teknologi siluman (stealth). Namun, kemampuan siluman dari F-22 masih belum jelas. F-35 juga masih penuh tanda tanya, namun beberapa laporan mengklaim bahwa kemampuan siluman F-35 secara signifikan masih dibawah F-22. Lho?

Selain itu, kemampuan siluman dari versi ekspor dari JSF F-35 ini diklaim akan jauh lebih rendah ketimbang f-35 yang digunakan AS atau Inggris..

Rafale dan Typhoon tidak didesain dengan teknologi stealth, tapi karena munculnya F-22 Raptor, akhirnya mereka memperbaiki detil yang substansial untuk mengurangi radar cross section (RCS). Berapa besar efek ini pada jangkauan deteksi? masih tidak jelas. Deteksi jarak efektif oleh radar biasanya diperkirakan sebanding dengan RCS ^ 0,25 dan karena itu apabila mengurangi RCS pesawat bahkan hingga sebesar 50%, itu masih dianggap kecil untuk menghindari radar. Mitsubishi F-2 dan Pesawat Tempur India (Tejas) juga dilaporkan telah dilengkapi dengan kemampuan anti radar.

MiG-29, Su-27 maupun turunannya memiliki fitur tersembunyi yang tidak diketahui, juga F-16 derivatif yang diproduksi oleh Taiwan. Demikian pula, tidak ditemukan laporan tentang stealthiness dari pesawat Cina (J-10, J-16 atau yang tecanggih J-20).

Tapi diyakini, kemampuan siluman dari sebuah pesawat tempur bisa lebih atau kurang dari yang diberitakan. Karena ini memang rahasia.

Jepang
Mitsubishi F-2
Ada beberapa laporan bahwa avionik Rafale, Thales Spectra, termasuk pesawat yang "tersembunyi" dari radar teknologi jamming. Jammers konvensional sulit menentukan lokasi dari sebuah pesawat, tetapi ada atau tidaknya pesawat tersebut masih terdeteksi. Sistem radar tersebut masih berpotensi untuk mengetahui lokasi pesawat tempur "setengah siluman", tetapi mungkin kurang efektif pada, F-22 dan F-35 JSF. Namun, tidak jelas juga seberapa efektif sistem siluman F-22 atau F-35 ini.

Avionic

Sistem avionik dari pesawat-pesawat tempur bervariasi. Secara umum, avionik Barat dipandang sebagai yang paling canggih. F-22 dan F-35 memiliki desain avionik terpadu, dengan pengolahan data dilakukan di komputer pusat. Rafale dan Eurofighter memiliki komputer utama dan data internal jaringan yang lebih lambat. Avionik negara-negara lain juga umumnya dianggap kurang canggih ketimbang yang Amerika. Sebenarnya masih ada 1 atau 2 produk unggulan pesawat tempur fighter siluman yang "terlupakan" disini yaitu PAK FA T-50 (Rusia) dan Chengdu J-20 (Cina). Tapi karena tidak adanya informasi (hanya sekedar foto pun sulit) spesifikasi detil dari kedua pesawat ini, maka kedua pesawat tersebut tidak saya masukkan dalam perbandingan ini. Bila bicara soal klaim, Rusia mengatakan bahwa PAK FA T-50 siluman milik mereka jauh lebih hebat ketimbang F-22 Raptor Amerika. 

Sebuah bagian mendasar dari avionik sebuah pesawat tempur adalah radar (AESA). Hal ini dianggap sebagai teknologi yang sangat rahasia, dan tidak mungkin untuk diekspor. Baik Rafale (PESA RBE2) atau Eurofighter memiliki semacam radar canggih (Eurofighter dilengkapi dengan Euroradar), dan memiliki desain mirip dengan radar Amerika. Semua fighter umumnya dilengkapi dengan perangkat pasif yang "listens" untuk radar yang menarget mereka. Radar F-22 dan F-35 dirancang untuk menjadi sulit dideteksi (diberi akronim Low Probability of Intercept - LPI), sambil mempertahankan kemampuan untuk menemukan pesawat lain yang berdesain konvensional.

Faktor lain untuk dipertimbangkan adalah kecanggihan sensor lain, seperti pasif radar detektor infra-merah, serta kemampuan radar jamming.

Semua pesawat Eropa dan Amerika modern mampu berbagi data target dengan fighter sekutu. MiG-31 interceptor Rusia juga memiliki beberapa kemampuan datalink, sehingga sangat masuk akal untuk mengasumsikan bahwa pesawat-pesawat Rusia lainnya juga dapat melakukannya, apalagi pesawat fighter Rusia yang lebih baru dai MIG-31.

Pesawat tempur siluman F-22 Raptor
F-22 Raptor
Mengingat keberadaan radar LPI dan beberapa dugaaan yang "akurat" dalam metode yang digunakan, muncul pertanyaan, alat apa lagi yang bisa mengatasi pesawat-pesawat tempur tersebut dan atau bagamana cara untuk mendeteksi mereka? - mungkin pake dukun aja ya hehe....-

Relatif sedikit yang diketahui tentang avionik dari pesawat baru India dan Cina. Secara umum diasumsikan bahwa teknologi avionik mereka jauh di bawah standar Barat. Namun, laporan dari pelaksanaan latihan militer India-Amerika terbaru, menunjukkan bahwa India setidaknya, telah mulai mengembangkan keahlian mereka sendiri di teknologi tersebut. Selanjutnya, berkat program homegrown LCA dan industri komputer India yang berkembang, India telah membuat berbagai item avionik yang dibuat dengan standar internasional.


Efektivitas Biaya dan Ketersediaan

Rafale lebih dari 50 juta euro, tergantung pada kesepakatan ekspor
Typhoon Austria version 20003 62 juta euro
Mitsubishi F-2 Jepang 100 juta dolar
MiG-29 tahun 1998 27 juta dolar
Sukhoi Su-27 24 juta dolar
Sukhoi Su-30 38 juta dolar (salah satu varian)
Sukhoi Su-30K untuk Indonesia 33 juta dolar
Sukhoi Su-30MKI untuk India 45 juta dolar
Sukhoi Su-30MKM untuk Malaysia, varian dari versi India 25 juta dolar
Ching Kuo per unitnya sebesar 24 juta dolar
F-15 43 juta dolar
F-16 25 juta dolar
F-18 E/F 60 juta dolar
F-22A Raptor 152 juta dolar
F-35A (versi'94) 45 juta dolar
F-35B (versi'94) 60 juta dolar
F-35C (versi'94) 55 juta dolar

Jarak dan Landas Pacu


range,int fuel kmrange,ext fuel kmferry range kmtakeoff,landing mnotes
Rafale F280018503850400, 300
Typhoon ?13893706300, ?
F-2 ?834 ? ?, ?
Gripen800834 ?400, 500
F-22A ? ?3850 ?, ?
F-35A ?1300 ? ?, ?
F-35B ?920 ? ?, 0STOVL
F-35C ?1480 ?carrier

Servis

Seberapa lama pesawat tempur tersebut dapat terbang?

Kita masih tergoda untuk tetap fokus pada kemampuan "dogfighting" dari pesawat tempur, tapi peralatan militer lainnya juga memiliki pengaruh besar terhadap hasil pertempuran udara, terutama untuk pertempuran dalam jangka waktu yang lama.

Mungkin hal yang paling penting untuk dipertimbangkan dari pertempuran udara adalah sistem rudal dari pesawat tersebut. Sebagai contoh, Eurofigher hampir dipastikan mudah untuk dideteksi oleh radar dari F-22. Tapi Eurofighter memilki rudal MBDA Meteor yang jauh lebih baik dari rudal AMRAAM. Di klaim, rudal jenis ini cukup efektif digunakan bahkan dari jarak yang jauh.

Oleh karena itu, pilot Eurofighter mungkin dapat menembakkan rudal mereka jauh lebih awal. Sistem rudal Eurofighter ini terus ditingkatkan bahkan lebih sering daripada peningkatan performa pesawat itu sendiri. Pengembangan rudal jarak pendek yang dapat menembak sasaran secara tidak langsung tampaknya telah secara radikal mengubah sifat rudal jarak pendek menjadi faktor kunci ketimbang pesawatnya. Demikian pula sistem radar dan elektronik lainnya, juga dapat ditingkatkan. Teknologi seperti ini bukan untuk diekspor, atau diekspor tapi dengan kemampuan yang lebih rendah. Masih mending bila negara pengimpor pesawat tempur tersebut cuma mendapatkan teknologi rendahan, bila produsen memasang pelumpuh otomatis jarak jauh pada pesawat tersebut??? Artinya produsenlah yang mengatur siapa yang sebaiknya memenangi suatu pertempuran udara. -Ayo Indonesia, bikin sendiri jet tempurmu! jelek-jelek nggak apa-apa, nantinya juga akan berkembang. Kita memiliki ahli-ahli yang handal koq hehe....-

Sukhoi PAK-FA T-50
Sukhoi PAK-FA T-50
Sistem yang secara fisik tidak terletak di dalam pesawat juga bisa membuat perbedaan yang substansial efektivitas pertempuran. Sistem radar, seperti pesawat AWACS, serta radar kapal dan radar ground based, dapat menginformasikan fighter tentang lokasi lawan yang fighter tersebut tidak dapat mendeteksi dengan radar mereka sendiri. Bahkan ketersediaan pengisian bahan bakar udara dapat membuat perbedaan besar dalam efektivitas pertempuran.

Akhirnya, faktor manusia tidak dapat diabaikan, sebagai pilot, kemampuan dan pelatihan masih diyakini memainkan peran besar dalam hasil pertempuran udara. Pelatihan pada pilot biasanya sangat intensif untuk semakin mengasah kemampuan tempurnya. - Inilah nikmatnya menjadi pilot angkatan udara seperti saya hehe..-

DERA study

Britain's Defence Evaluation and Research Agency (sekarang terpecah menjadi QinetiQ dan DSTL) melakukan evaluasi (simulasi berdasarkan data yang tersedia) membandingkan Typhoon dengan beberapa fighter modern lainnya dalam hal seberapa baik mereka tampil melawan pesawat musuh yang diharapkan, seperti Sukhoi Su-35. Karena kurangnya informasi yang dikumpulkan pada pesawat tempur generasi ke 5 dan Su-35 selama waktu penelitian ini, maka hasil ini bukanlah hasil resmi.

Penelitian ini menggunakan pilot nyata dan simulator. Data berbagai pesawat barat dimasukkan dalam simulasi tempur melawan Sukhoi SU-35. Hasilnya adalah:
AircraftOdds vs. Su-35
Lockheed Martin/Boeing F-22 Raptor10.1:1
Eurofighter Typhoon4.5:1
Dassault Rafale C1.0:1
Sukhoi Su-35 'Flanker'1.0:1
McDonnell Douglas F-15C Eagle0.8:1
Boeing F/A-18+0.4:1
McDonnell Douglas F/A-18C0.3:1
General Dynamics F-16C0.3:1

Dari hasil pertempuran simulasi ini, 4,5 Sukhoi ditembak jatuh untuk setiap 1 Typhoon yang hilang. Namanya juga simulasi sepihak, bila pihak Rusia yang melakukan simulasi pertempuran, maka akan lain pula hasilnya.

Kritikus pun berujar, SU-35 saat ini memiliki sistem radar yang jauh lebih maju (BAR pada MKI dan MKM) dan sistem avionik dari Su-35 kala itu. Ditambah lagi Rusia memiliki rudal jarak sedang yang dalam tahap pembangunan, tetapi hanya dapat dipakai untuk flanker terbaru. Rudal seperti KS-172 mungkin dimaksudkan untuk target besar dan bukan fighter, tetapi dampaknya terhadap keterlibatan BVR jangka panjang dapat menjadi faktor yang patut dipertimbangkan.

Pesawat  tempur J-20 Cina
Pesawat  tempur J-20 Cina
The "F/A-18 +" dalam penelitian itu juga ternyata bukan F/A-18E/F saat ini. Semua pesawat Barat dalam simulasi tersebut yang menggunakan rudal AMRAAM, kecuali Rafale yang menggunakan rudal MICA.

Rincian simulasi tidak dirilis, sehingga sulit untuk memverifikasi apakah evaluasi itu akurat (misalnya, apakah mereka memiliki pengetahuan yang memadai tentang Sukhoi dan Raptor agar lebih realistis dalam simulasi tempur mereka). Masalah lain dari penelitian ini adalah skenario di mana pertempuran itu terjadi, bisa jadi itu adalah skenario lokasi yang diinginkan oleh mereka saja. Beda lokasi, maka hasilpun berbeda, pasti berbeda bila di lokasi atau jarak tempur yang berbeda. Kita tahu Sukhoi SU-35 terkenal dengan kemampuan manuvernya yang diatas rata-rata. Ini jelas akan terbukti menguntungkan dalam pertempuran jarak dekat.

Tahu nggak, simulasi itu dibuat pada pertengahan 90 an dengan pengetahuan yang terbatas tentang Radar Cross Section, ECM. Memang pada saat itu, semua pesawat tempur fighter generasi 4 atau 5 masih dalam tahap prototipe.

Laporan Latihan

Para pilot angkatan udara berlatih secara intensif. Dari berbagai pesawat yang mereka gunakan, dapat diketahui kemampuan rata-rata dari pesawat-pesawat tersebut.

Hasil latihan pada tahun 2004, F-15 Eagle USAF terhadap Su-30MKI, Mirage 2000-an, MiG-29 dan MiG-21 Angkatan Udara india telah banyak dipublikasikan, dengan India memenangkan "90% pertempuran bohong" itu.

Tapi tidak semua F-15 Eagle tersebut dilengkapi dengan radar AESA terbaru, hanya beberapa pesawat saja dari armada F-15 yang diterjunkan. tapi walaupun hal tersebut meringankan, kualitas pilot Angkatan Udara Cina cukup mencengangkan dan memberikan surprise yang tidak disangka-sangka bagi para pilot USAF dan pengamat militer.

Pada bulan Juni 2005, seorang pilot Eurofighter dilaporkan mampu - dalam konfrontasi simulasi - menghindari kejaran dua F-15 dan lalu mengakali kedua F-15 tersebut untuk masuk ke posisi tembak.

Performa Tempur

Pertempuran antara pesawat tempur modern sudah sangat langka terjadi, jadi sangat sulit untuk menilainya. Tapi dalam beberapa kasus, dapat kita ketahui :

Selama Perang Teluk, F-15 menembak jatuh 5 MiG-29 Irak
Pada tanggal 17 Januari 1993, F-16 USAF menembak jatuh sebuah MiG-29 Irak di zona larangan terbang. (Beberapa sumber mengklaim itu adalah MiG-23.)
Pada bulan Februari 1999, selama Perang Eritrea-Ethiopia, Su-27 Ethiopia menembak jatuh 2 MiG-29 Eritrea.
Selama tahun 1999 Perang Kosovo, sebuah F-16 Belanda menembak jatuh 1 MiG-29 Yugoslavia, F-15 USAF menembak jatuh 4 MiG-29 dan F-16 USAF menembak jatuh 1 Mig-29.

UAV China Mampu Lumpuhkan Kapal Induk AS


China dilaporkan telah mengembangkan pesawat tak berawak (Unmanned Aerial Vehicle - UAV) yang mampu mengganggu navigasi kapal induk AS yang beroperasi di Selat Taiwan dan Laut China Selatan, menurut sebuah laporan asing.

China Briefing, sebuah situs berita yang disponsori oleh Washington yang berbasis di Jamestown Foundation, mengatakan investasi berkelanjutan China dalam penelitian UAV menjadikan negara itu sebagai negara pembuat UAV kedua setelah Amerika Serikat, dan perkembangan UAV yang cepat akan memungkinkan Beijing untuk mengganggu situasi di selat Taiwan dan Laut Cina Selatan.

UAV selama ini telah memegang peranan penting bagi angkatan laut Cina untuk melakukan "operasi anti intervensi dan isolasi daerah," dan kendaraan UAV tersebut akan digunakan terutama pada kapal-kapal induk, katanya.
UAV China mampu lunpuhkan kapal induk AS


Mingguan Jane Defense melaporkan bahwa Angkatan Laut Jepang menampilkan dua gambar yang diambil oleh pesawat pengintainya yang menunjukkan tiga kapal Angkatan Laut China melintasi jalur air Miyako ke Pasifik barat pada 29 April lalu.

Pada salah satu foto terlihat tiga buah UAV sedang berlatih take-off dan mendarat secara vertikal di dek belakang kapal fregat Jenis 054A China "Zhoushan."

Berdasarkan gambar, para analis pertahanan berspekulasi bahwa UAV siluman China tersebut memiliki kemampuan yang baik dan dapat membawa beban seberat 34 kilogram selama enam jam. - Wah hebat betul para analis ini, baru lihat dari fotonya saja sudah bisa mengukur kemampuannya he.. -
"Schiebel Corp mencurigai militer China telah mengembangkan kembali secara independen produk UAV yang mereka beli pada tahun 2010 lalu itu"
Ketika melakukan misi pengintaian, UAV memiliki banyak jenis sensor yang dipasang di tubuh mereka. Sasaran gambar direkam oleh UAV, lalu ditransfer ke frigat (salah satu tipe kapal perang) di laut menggunakan operator data link, mingguan tersebut melaporkan. Mingguan Jane Defense melaporkan bahwa UAV China yang terlihat oleh Kementerian Pertahanan Jepang tersebut serupa dengan Camcopter S-100 yang dibuat oleh Schiebel Corp - Austria.
UAV buatan Austria
Camcopter S-100 buatan Austria

Tapi Schiebel Corp mengatakan penjualan S-100 UAV sipil ke China pada tahun 2010 lalu telah sejalan dengan peraturan Uni Eropa dan menekankan bahwa UAV yang ditunjukkan pada foto-foto itu bukanlah S-100s. Namun Schiebel Corp mencurigai militer China telah mengembangkan kembali secara independen produk UAV yang mereka beli pada tahun 2010 lalu itu.

Darimana pun asal UAV tersebut, James C. Bussert, editor pada Majalah Signal yang berbasis di AS, mengatakan dalam sebuah artikelnya bahwa hanya dengan memiliki UAV tersebut, bukan berarti cukup bagi Tentara Pembebasan Rakyat (sebutan bagi angkatan bersenjata China) untuk mengalahkan kapal induk AS.

AS Kesulitan Lacak Kapal Selam Mini Iran


Komandan Angkatan Laut AS Christopher Harmer mengatakan bahwa Amerika Serikat saat ini memiliki kesulitan besar untuk melakukan pelacakan terhadap kapal selam mini Iran. "Kapal selam mini Iran merupakan masalah besar bagi kami," kata Harmer, yang menjabat sebagai direktur Future Operation untuk Armada Kelima Angkatan laut AS di Bahrain 2008-2009.
AS kesulitan lacak kapal selam mini Iran
Kapal selam mini Iran

Setiap kapal selam dengan berat kurang dari 500 ton umumnya dianggap sebagai kapal selam mini. "Mereka adalah ancaman bagi kami karena mereka dapat dengan mudah menyebar di sepanjang Teluk Persia dan Laut Arab, dan itu sangat sulit bagi kami untuk melacak mereka," katanya, menambahkan bahwa sebagai akibatnya, mereka (kapal selam mini) dapat terus bersiap dan menunggu untuk menjalankan penyergapan atau serangan mendadak."

Angkatan Laut AS memang lebih terbiasa dengan pelacakan besar. Iran bukannya tidak memiliki armada kapal selam besar, tapi baca pernyataan ini. Harmer menyatakan, "Mencari kapal selam kecil di perairan dangkal jauh lebih sulit, karena akustik yang lebih sulit -. Kapal selam kecil membuat sedikit noise". Akibatnya, lanjut dia, militer Iran lebih memprioritaskan kapal selam mini untuk operasi-operasinya dan untuk dibangun lebih banyak."
"Iran kini telah memiliki sedikitnya 19 unit kapal selam mini dalam layanannya dan sedang membangun rata-rata empat unit per tahun"
"Lima tahun lalu, Iran belum memiliki kapal selam mini," kata Harmer. Saat ini seorang analis angkatan laut senior di Institut untuk Studi Perang di Washington, menambahkan bahwa Iran kini telah memiliki sedikitnya 19 unit kapal selam mini dalam layanannya dan sedang membangun rata-rata empat unit per tahun, yang merupakan kekuatan strategis yang signifikan Iran. Iran juga memiliki kemampuan yang sangat baik untuk operasi khusus, termasuk banyaknya pasukan katak terlatih, Harmer menambahkan.

Menurut pejabat militer AS, bila kapal selam mini Iran yang bertenaga diesel-listrik telah sampai ke target operasinya, mereka dapat dengan cepat meletakkan ranjau. Bukan hanya itu, kapal selam mini tersebut juga dilengkapi dengan torpedo yang secara tiba-tiba dapat menenggelamkan kapal-kapal perang AS.

Amerika kalah perang di Vietnam, karena Indonesia




Banyak orang tahu Amerika kalah perang di Vietnam. Tapi yang tidak banyak orang tidak tahu adalah, salah satu sebab Amerika kalah di Vietnam adalah Indonesia. Kok bisa? Simak sejarahnya.

Amerika adalah negara terkuat di dunia selama beberapa abad belakangan ini. Kuat di bidang ekonomi, kuat di bidang militer. Sekedar untuk menggambarkan kekuatan militernya, kita bisa melihat dua fakta:
Pertama, penerimaan devisa nomor satu di Amerika adalah dari ekspor senjata, baru kemudian dari ekspor film.

Kedua, PENTAGON, Departemen Pertahanan Amerika Serikat adalah institusi pemegang hak cipta terbanyak di dunia. Kebanyakan penemuannya adalah di bidang persenjataan. Artinya, persenjataan Amerika sudah terbukti paling berkembang di dunia. Dua fakta ini menunjukkan betapa kuatnya Amerika. Akan tetapi dengan segala kekuatan ini, Amerika kalah di Vietnam. Setidaknya dari 2,7 juta orang Amerika yang bertugas dari Vietnam tercatat 58.159 orang tewas, 1.719 hilang, dan 303.635 orang luka-luka (wikipedia). Memang jumlah ini lebih sedikit dari jumlah orang Vietnam yang tewas, tapi hengkangnya Amerika dari wilayah Indo Cina tersebut jelas-jelas merupakan fakta sejarah bahwa Amerika kalah dalam perang Vietnam. Lalu apa hubungannya dengan Indonesia?

Tentara Amerika kalah dalam perang Vietnam karena tidak mampu menghadapi serangan gerilyawan Vietcong. Gerilyawan Vietcong sangat mengusai medan pertempuran di hutan-hutan. Mereka sangat menguasai teknik perang bergerilya. Lalu darimana gerilyawan Vietkong belajar perang gerilya yang hasilnya menang perang lawan Amerika? Disinilah hubungannya perang Vietnam dan Indonesia. Beberapa pimpinan gerilyawan Vietkong mengatakan bahwa mereka membaca buku “Pokok-Pokok Perang Gerilya” karangan Jendral AH Nasution dan menjadikannya pedoman mereka dalam menetapkan strategi. Nasution adalah salah seorang dari 3 Jenderal Besar bintang 5 di Indonesia.

Vietcong tidak berpatokan pada Mao Tse Tung yang juga ahli perang gerilya karena kondisi alam dan masyarakatnya berbeda. Kondisi alam dan masyarakat yang paling mirip dengan Vietnam adalah Indonesia dan itu ada dalam buku karangan Nasution (Dr. Salim Said dan Saleh A Djamhari –sejarawan UI- mengatakan hal ini dalam beberapa seminar). Jadi tidak berlebihan kalau dikatakan, Amerika kalah perang (salah satunya) karena Indonesia.

Apa hikmahnya?
Tentu saja tulisan ini untuk membangga-banggakan sebuah perang dengan jutaan korban. Tetap saja perang adalah bencana, dan kita berdoa agar tidak terjadi lagi. Akan tetapi fakta di atas menunjukkan bahwa pemikiran seorang anak bangsa Indonesia bisa mempengaruhi peta dunia. Karena itu jangan ragu untuk berkarya dan menuangkan pikiran kita, karena pemikiran tidak mengenal batas tempat dan waktu. Fakta sejarah ini juga menunjukkan sekali lagi kekuatan sebuah tulisan atau sebuah buku.

Jutaan orang mungkin punya pengalaman perang gerilya, tapi akhirnya yang bisa menjadi referensi adalah yang menulis. Setelah kekalahannya di Vietnam, Amerika berusaha kembali menaikkan citra dan harga dirinya. Puluhan film-film bertemakan perang Vietnam seperti film Rambo dan film serinya “Tour of Duty”. bermunculan dengan sudut pandang Amerika menang melawan gerilyawan Vietnam. Belajar dari Vietnam, Amerika kini menghindari perang langsung kecuali didahului serangan udara bertubi-tubi.

Lalu apa yang bisa kita pelajari dari perang Vietnam?
Ya , kita bisa belajar bahwa kita tetap punya kesempatan untuk bangkit, kita tetap punya kesempatan untuk menang. Pertempuran kita saat ini bisa berwujud banyak bentuk. Saat ini kita bertempur secara ekonomi, budaya, politik, dsb. Jika kita tidak mempersiapkan diri dari sekarang, kita bisa terjajah secara ekonomi, budaya, politik, dsb. Jangan bersantai-santai, karena bangsa kita bisa jadi korban tergilas kemajuan zaman, karena tidak mampu mengejar persaingan.
Bangsa besar yang mungkin lebih harus kita cermati saat ini justru Cina. Saat ini Cina adalah kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah Amerika, setelah tahun ini melampaui Jepang. Dalam waktu tidak terlalu lama diduga Cina akan mampu melampaui Amerika. Kebijakan ekonomi Cina saat ini mengimpor begitu banyak gas alam dan batu bara dari Indonesia, bahkan mereka menumpuk-nya untuk cadangan energi. Negara Cina punya material tersebut di tanah mereka tetapi mereka memilih untuk mengimpor dari Indonesia.

Kenapa?
Lihat 10 - 20 tahun mendatang. Bisa jadi kita kehabisan batu bara dan gas alam (sekarang kita minyak bumi sudah mengimpor) dan ketika harga energi melambung tinggi mungkin kita justru mengimpor dari Cina dengan harga sangat mahal. Di bidang moneter (finansial) Cina juga sedang berbenah. Cina juga membeli berton-ton emas sebagai cadangan devisanya (Negara Cina sendiri percaya ke depan cadangan emas lebih kuat dari dollar Amerika). Langkah ini untuk memperkuat cadangan devisa dollar Amerika milik Cina yang bahkan jumlahnya lebih banyak dari milik Amerika sendiri.
Jika pemimpin negara kita tidak mencermati keadaan ini, maka masa depan bangsa cukup mengkhawatirkan. Kini saatnya kita sebagai individu berusaha menyelamatkan bangsa dimulai dari diri sendiri.Memulai dari diri sendiri dengan membangun keluarga yang kuat. Memulai dengan membangun keluarga yang mempunyai cita-cita tinggi dengan spirit

No Excuse!
Menyiapkan keluarga yang kebal krisis dengan konsep Think Dinar.
Membangun jalinan keluarga berbasis Sakinah.
Ingat tantangan masa depan akan jauh lebih berat!
Amerika kalah perang di Vietnam, karena Indonesia
Oleh Agung Pribadi (Historivator)
Motto: Dengan Sejarah kita bisa melihat masa depan
Kompasiana

AS Gertak China dengan Kapal Perusak Siluman, China Tertawa


Dalam sejarah, AS adalah negara yang paling maju dalam membuat kapal perang. Adalah DDG-1000, kapal perang perusak kelas Zumwalt, yang disebut Pentagon sebagai "Kapal siluman super berpeluru perak". Kapal perang ini dapat bergerak pelan di sepanjang pantai, termasuk di perairan dangkal, memukul sasaran dengan senjata elektromagnetik dan mengecoh radar musuh.

Amerika berencana untuk melengkapi armadanya di kawasan Asia-Pasifik dengan kapal-kapal dari "film-film fiksi ilmiah". Rencana ini terlebih untuk mengantisipasi China yang mana saat ini militernya tengah meningkat tajam. Pentagon bermaksud untuk merelokasi 60% dari kapal-kapal perangnya di tahun 2020 dalam rangka strategi militer baru.
Kapal perusak siluman AS
Kapal Perusak Siluman AS DDG-1000
Kapal perusak baru saat ini sedang dibangun di Maine, yang pertama akan diluncurkan pada awal 2014. Mengunjungi galangan kapal lokal pada April lalu, Kepala Operasi Angkatan Laut AS Laksamana Jonathan Grinert memuji kapal tersebut, dan mengatakan bahwa itu memang benar-benar kapal perang masa depan. Menteri Pertahanan AS mengatakan di sebuah konferensi keamanan regional di Singapura, bahwa kapal baru berteknologi tinggi itu akan menjadi bagian signifikan dari kekuatan AS di Asia-Pasifik.

Kapal perusak siluman tersebut dapat juga berguna di wilayah lain, seperti Teluk Persia, tapi militer yakin bahwa yang lebih bermanfaat adalah digunakan di Asia. Kapal-kapal baru tersebut dapat melakukan misi baik di laut lepas maupun dekat pantai. Di Asia ada banyak pulau, dan China memiliki garis pantai yang panjang di Pasifik. 
Kekhawatiran AS akan China

Washington telah mengkhawatirkan China yang secara aktif memodernisasi armada tempurnya. Secara khusus, negara China memiliki kapal induk yang dapat diandalkan, serta rudal dan kapal selam. Dengan kapal perang atau kapal selam biasa, maka akan sangat sulit sekali untuk mendekati perairan China. Amerika Serikat meyakini bahwa Beijing bermaksud untuk mencegah campur tangan Amerika atas konflik perbatasan di Laut Cina Selatan antara China dan beberapa negara Pasifik, dan sengketa dengan Taiwan yang saat ini masih diklaim oleh China sebagai salah satu provinsinya.

Sekarang AS memang memiliki keuntungan besar di laut lepas, tetapi China dengan modernisasi armadanya semakin berjaya di perairan dangkal, perairan pesisir. Kini Amerika tengah merancang kapal selam siluman baru untuk mengatasi kekuatan China ini.

Namun, militer China tidak takut dengan "Siluman berpeluru perak" versi fiksi ilmiah ini. Secara resmi, China memang tidak memberikan komentar mengenai rencana AS ini. Tapi seorang petinggi Angkatan Laut China muncul di sebuah televisi lokal dengan berkomentar secara terbuka yang bernada mengejek dan menertawai "tingkah" Amerika ini. Dia mengatakan bahwa semua pembicaraan tentang kapal perusak siluman terbaru Amerika yang tidak terkalahkan ini tidak lebih hanyalah sebuah iklan belaka, tapi seandainya memang benar-benar ada, maka cukup kapal nelayan China yang sarat akan peledak yang akan menghancurkannya.
 
Kapal perusak siluman AS
Kapal Perusak Siluman AS DDG-1000

Tak hanya di China, di AS sendiri pun banyak yang skeptis dengan kapal siluman perusak ini, meskipun keraguan itu bukan kepada teknologinya tetapi kepada biaya proyeknya. Pembuatan 1 unit DDG-1000 akan menelan biaya 3,1 miliar dolar - hampir dua kali lipat biaya pembuatan kapal perusak sebelumnya. Bila ditambahkan dengan biaya penelitian dan pengembangan, maka akan meningkat menjadi 7 miliar dolar. Sebuah harga yang sangat mahal yang harus dibayar AS di saat ekonomi mereka tidak menentu. Biaya itupun bila sesuai target, bila tidak - seperti proyek F-35 dan F-22 yang biayanya membengkak - maka bukan mustahil biayanya akan lebih dari itu. 
Menghabiskan Dana Miliaran Dolar

Para kritikus meyakini bahwa dana yang disedot oleh Pentagon dari Departemen Keuangan untuk proyek ini, lebih baik dihabiskan untuk dukungan bagi Angkatan Laut biasa AS daripada untuk program ini. Banyak pengamat militer mempertanyakan mengapa pengembang proyek ini terlalu terpaku pada teknologi masa depan fiksi ini.

Mereka sepertinya lupa dengan kisah pesawat fighter Amerika yang bermasalah, pesawat tempur generasi kelima  siluman F-22 Raptor. Sebelumnya F-22 Raptor disebut-sebut sebagai pesawat tercanggih yang pernah dibuat, tapi seperti yang baru-baru ini diungkapkan, bahkan pesawat ini berbahaya untuk pilotnya sendiri. Terlepas daripada itu, F-22 Raptor dijatuhkan dari pasar militer global karena harganya selangit. Pengganti F-22 Raptor, yaitu F-35 juga begitu, merupakan proyek paling mahal dalam sejarah Pentagon.

Angkatan Laut AS mengatakan bahwa biaya untuk membuat perusak tersebut akan tergantikan. Mereka yakin bahwa teknologi yang ditanamkan pada kapal siluman baru tersebut akan memenuhi keinginan AS untuk saat ini, dan pada dekade berikutnya secara bertahap akan diperkenalkan perusak-perusak lainnya.
"Kapal perusak tersebut juga dilengkapi dengan senjata elektromagnetik yang dengan bantuan medan magnet dan arus listrik akan melontarkan proyektil pada kecepatan beberapa kali lebih cepat dari kecepatan suara"
Kapal perusak DDG-1000 dan kapal siluman lainnya dari kelas Zumwalt memiliki body yang tidak terlacak, dilengkapi dengan motor listrik dan perangkat sonar paling canggih dan rudal. Kapal ini lebih panjang dan lebih berat dari kapal-kapal saat ini yang ada di Angkatan Laut AS, tetapi dengan sistem otomatis yang ditanamkan padanya, akan mengurangi jumlah kru yang harus mengoperasikan kapal ini. Selain itu, radar musuh akan melihat kapal ini bukan sebagai kapal perang, tetapi hanya sebagai sebuah kapal biasa yang sedikit lebih besar dari perahu nelayan.

Kapal perusak tersebut juga dilengkapi dengan senjata elektromagnetik yang dengan bantuan medan magnet dan arus listrik akan melontarkan proyektil pada kecepatan beberapa kali lebih cepat dari kecepatan suara.
Kongres AS Tidak Menyetujui Program Kapal Siluman Ini

Namun, meskipun fitur kapal perusak ini luar biasa, perusak ini hampir "tenggelam" di kongres AS. Awalnya Angkatan Laut menginginkan 32 unit, namun jumlah tersebut berkurang menjadi 24 dan kemudian menjadi tujuh. Sekarang hanya 3 kapal yang dibuat.

Biaya yang meningkat, sehingga tidak mengherankan bila proyek tersebut akan kolaps, kata seorang pengamat pertahanan di Technological University of Singapore Richard Bitsinger. "Sebagai ide, DDG-1000 memang baik, tetapi sangat riskan untuk menerapkan teknologi terlalu banyak ke dalamnya yang belum terbukti efisien," ia melanjutkan.