China dilaporkan telah mengembangkan pesawat tak berawak (Unmanned Aerial Vehicle - UAV)
yang mampu mengganggu navigasi kapal induk AS yang beroperasi di Selat
Taiwan dan Laut China Selatan, menurut sebuah laporan asing.
China Briefing, sebuah situs berita yang disponsori oleh Washington yang berbasis di Jamestown Foundation, mengatakan investasi berkelanjutan China dalam penelitian UAV menjadikan negara itu sebagai negara pembuat UAV kedua setelah Amerika Serikat, dan perkembangan UAV yang cepat akan memungkinkan Beijing untuk mengganggu situasi di selat Taiwan dan Laut Cina Selatan.
UAV selama ini telah memegang peranan penting bagi angkatan laut Cina untuk melakukan "operasi anti intervensi dan isolasi daerah," dan kendaraan UAV tersebut akan digunakan terutama pada kapal-kapal induk, katanya.
China Briefing, sebuah situs berita yang disponsori oleh Washington yang berbasis di Jamestown Foundation, mengatakan investasi berkelanjutan China dalam penelitian UAV menjadikan negara itu sebagai negara pembuat UAV kedua setelah Amerika Serikat, dan perkembangan UAV yang cepat akan memungkinkan Beijing untuk mengganggu situasi di selat Taiwan dan Laut Cina Selatan.
UAV selama ini telah memegang peranan penting bagi angkatan laut Cina untuk melakukan "operasi anti intervensi dan isolasi daerah," dan kendaraan UAV tersebut akan digunakan terutama pada kapal-kapal induk, katanya.
Mingguan Jane Defense melaporkan bahwa Angkatan Laut Jepang menampilkan dua gambar yang diambil oleh pesawat pengintainya yang menunjukkan tiga kapal Angkatan Laut China melintasi jalur air Miyako ke Pasifik barat pada 29 April lalu.
Pada salah satu foto terlihat tiga buah UAV sedang berlatih take-off dan mendarat secara vertikal di dek belakang kapal fregat Jenis 054A China "Zhoushan."
Berdasarkan gambar, para analis pertahanan berspekulasi bahwa UAV siluman China tersebut memiliki kemampuan yang baik dan dapat membawa beban seberat 34 kilogram selama enam jam. - Wah hebat betul para analis ini, baru lihat dari fotonya saja sudah bisa mengukur kemampuannya he.. -
"Schiebel Corp mencurigai militer China telah mengembangkan kembali secara independen produk UAV yang mereka beli pada tahun 2010 lalu itu"
Ketika melakukan misi pengintaian, UAV memiliki banyak jenis sensor yang
dipasang di tubuh mereka. Sasaran gambar direkam oleh UAV, lalu
ditransfer ke frigat (salah satu tipe kapal perang) di laut menggunakan
operator data link, mingguan tersebut melaporkan. Mingguan Jane Defense
melaporkan bahwa UAV China yang terlihat oleh Kementerian Pertahanan
Jepang tersebut serupa dengan Camcopter S-100 yang dibuat oleh Schiebel
Corp - Austria.
Camcopter S-100 buatan Austria |
Tapi Schiebel Corp mengatakan penjualan S-100 UAV sipil ke China pada tahun 2010 lalu telah sejalan dengan peraturan Uni Eropa dan menekankan bahwa UAV yang ditunjukkan pada foto-foto itu bukanlah S-100s. Namun Schiebel Corp mencurigai militer China telah mengembangkan kembali secara independen produk UAV yang mereka beli pada tahun 2010 lalu itu.
Darimana pun asal UAV tersebut, James C. Bussert, editor pada Majalah Signal yang berbasis di AS, mengatakan dalam sebuah artikelnya bahwa hanya dengan memiliki UAV tersebut, bukan berarti cukup bagi Tentara Pembebasan Rakyat (sebutan bagi angkatan bersenjata China) untuk mengalahkan kapal induk AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar