PREDATOR namanya, dibuat oleh perusahaan senjata Lockheed Martin, adalah
sistem rudal anti-tank ringan jarak dekat yang melengkapi keberadaan
rudal anti-tank Javelin. Beratnya kurang dari 10kg, tapi Predator
memiliki jangkauan yang lebih jauh dan lebih mematikan daripada sistem
rudal AT4 dan lainnya, karena itulah Predator dirancang oleh Lockheed
Martin.
Rudal seperti ini biasanya digunakan untuk modus serangan atas, menggunakan top attack trajetory dan sensor laser dan magnet yang dekat dengan hulu ledaknya, maka rudal akan langsung ke bagian yang paling rentan dari tank yaitu bagian atas dimana di bagian itulah daerah yang paling lemah dari lapis baja tank. Hulu ledak penetrator eksplosif Predator dibentuk dan dibuat dengan Aerojet yang juga sistem ini dikembangkan pada rudal Raytheon TOW 2B. Hulu ledak Predator dapat menembus lapis baja reaktif eksplosif - Explosive Reactive Armour (ERA).
Kemampuan "fire and forget" (kalau dalam sepakbola bisa disamakan dengan prinsip "pass and move" atau juga "kick and rush" he..) dari Predator memungkinkan tentara untuk menembak lalu lari dengan cepat berpindah ke posisi baru disaat rudal Predator masih terbang di udara atau belum mengenai sasaran.
Pengembangan Sistem Rudal Anti Tank Predator
Pada bulan Februari 2002, Korps Marinir Amerika Serikat menandatangani kontrak dengan Lockheed Martin untuk produksi awal dari 330 sistem Rudal Predator. Kontrak kedua untuk 400 unit Predator ditandatangani pada Januari 2003. Pada bulan Oktober 2003, USMC mengumumkan keputusan untuk membatalkan produksi sistem tersebut setelah merasa kurang puas dengan Predator produksi awal.
Pada bulan Juni 2004, USMC meminta Lockheed Martin untuk menyempurnakan Predator menjadi varian multi purpose (MPV), yang mengubah sistem rudal ini menjadi senjata yang dapat digunakan untuk serangan serangan langsung di perkotaan, dan efektif terhadap bangunan dan bunker. Ini sebagai tanggapan terhadap kebutuhan tentara AS yang diidentifikasi selama Operasi Pembebasan Irak.
Sistem Operasi Rudal Predator
Predator cepat, efektif dan mudah digunakan. Poin-poin dalam menembakkan Predator hampir sama dengan menembakkan senapan.
Untuk menembakkan rudal Predator, tentara memanggulnya di bahu dan melacak pusat sasaran di target melalui pandangan tembak dan optik.
Selama prelaunch (pra peluncuran), sistem autopilot dari Predator
mengukur posisi target dan gerakannya. Predator dilengkapi dengan
sistem inertial guidance yang menjadikannya berakurasi tinggi baik
terhadap sasaran statis maupun bergerak.Sistem rudal ringan anti tank Predator |
Rudal seperti ini biasanya digunakan untuk modus serangan atas, menggunakan top attack trajetory dan sensor laser dan magnet yang dekat dengan hulu ledaknya, maka rudal akan langsung ke bagian yang paling rentan dari tank yaitu bagian atas dimana di bagian itulah daerah yang paling lemah dari lapis baja tank. Hulu ledak penetrator eksplosif Predator dibentuk dan dibuat dengan Aerojet yang juga sistem ini dikembangkan pada rudal Raytheon TOW 2B. Hulu ledak Predator dapat menembus lapis baja reaktif eksplosif - Explosive Reactive Armour (ERA).
Kemampuan "fire and forget" (kalau dalam sepakbola bisa disamakan dengan prinsip "pass and move" atau juga "kick and rush" he..) dari Predator memungkinkan tentara untuk menembak lalu lari dengan cepat berpindah ke posisi baru disaat rudal Predator masih terbang di udara atau belum mengenai sasaran.
Kemampuan soft launch dari Predator memungkinkan untuk dapat digunakan dalam operasi perkotaan |
Pengembangan Sistem Rudal Anti Tank Predator
Pada bulan Februari 2002, Korps Marinir Amerika Serikat menandatangani kontrak dengan Lockheed Martin untuk produksi awal dari 330 sistem Rudal Predator. Kontrak kedua untuk 400 unit Predator ditandatangani pada Januari 2003. Pada bulan Oktober 2003, USMC mengumumkan keputusan untuk membatalkan produksi sistem tersebut setelah merasa kurang puas dengan Predator produksi awal.
Pada bulan Juni 2004, USMC meminta Lockheed Martin untuk menyempurnakan Predator menjadi varian multi purpose (MPV), yang mengubah sistem rudal ini menjadi senjata yang dapat digunakan untuk serangan serangan langsung di perkotaan, dan efektif terhadap bangunan dan bunker. Ini sebagai tanggapan terhadap kebutuhan tentara AS yang diidentifikasi selama Operasi Pembebasan Irak.
Predator memiliki Laser dual mode dan sensor magnetik untuk mendeteksi target dan sebagai pemicu hulu ledak |
Sistem Operasi Rudal Predator
Predator cepat, efektif dan mudah digunakan. Poin-poin dalam menembakkan Predator hampir sama dengan menembakkan senapan.
"Predator dilengkapi dengan sistem inertial guidance yang menjadikannya berakurasi tinggi baik terhadap sasaran statis maupun bergerak"Untuk operasi perkotaan, kemampuan soft-launch dari Predator memungkinkan penembak untuk tetap berlindung di bangunan atau suatu struktur sementara melakukan pelacakan terhadap target. Motor soft launch mengelurkan rudal dari tabung peluncuran. Ketika rudal itu telah diluncurkan sekitar 5m dari tabung peluncuran, flight motor menyala dan mendorong rudal ke arah target dengan kecepatan 250 m detik.
Untuk menembakkan rudal Predator, tentara memanggulnya di bahu dan melacak pusat sasaran di target melalui pandangan tembak dan optik.
Predator dilengkapi dengan hulu ledak penetrator eksplosif, yang dapat menembus lapis baja reaktif |
Selama rudal terbang/meluncur, autopilot mempertahankan lintasan dengan tetap memperkirakan dan mengukur gerakan target dan autopilot Predator juga mampu mengatasi gangguan-gangguan lintasan rudal, antara lain faktor angin. Sensor laser dan magnet ganda mendeteksi target dan memicu ledakan hulu ledak. Sensor laser menginformasikan bagian tepi tank, dan sensor magnetik menginformasikan posisi tank. Hulu ledak Penetrator Eksplosif (EFP) mengarah pada bagian atas tank.
Predator dapat digunakan untuk melumpuhkan tank, menghancurkan bangunan dan struktur-struktur lainnya. |
Kestrel merupakan turunan dari Predator, yang diusulkan untuk melengkapi kebutuhan senjata anti tank Inggris |
Spesifikasi
|
|
Panjang | 89cm |
Berat | 9.7kg |
Jangkauan | 17m hingga 600m |