Rabu, Juni 08, 2011

Indahnya Tempoe Doeloe



Antara Sarung dan Jas, Selop dan Sepatu


Berdasarkan memoar Pangeran Djajadiningrat yang ditulis tahun 1933-1934, orang pribumi belum terlalu lama berpakaian ala orang Eropa. Djajadiningrat menulis, "Dalam tahoen 1902 masih beloem galib bagi orang Boemipoetera memakai tjara orang Eropah, baik seloeroehnja, baikpoen setengah-setengahnja. Sedangkan Regent-Regent masih memakai setjara orang Boemipoetera sedjati, jaitoe berkain, berdjas goenting Djawa, dan berdestar. Maka tidaklah ia memakai sepatoe, melainkan selop." Lihatlah pakaian Bupati Kudus, RM Tumenggung Tjondronegoro pada tahun 1867


Pakaian bupati Kudus telah berubah. Jika pada generasi sebelumnya bupati dan keluarganya menggunakan sarung dan selop, pada foto tahun 1924 ini Bupati Kudus Raden Pandji Tumenggung Hadinoto dan keluarga telah mengenakan jas dan sepatu.

CITADELWEG


Citadelweg adalah sebuah jalan (weg) menuju benteng (citadel) Frederik Hendrik di Taman Wilhelmina yang sekarang telah berganti nama menjadi Jalan Veteran I. Foto memperlihatkan jalur kereta api yang melintas di Citadelweg. Kini jalur kereta api itu ada di atas jalan di mana di bawahnya terbentang Jalan Veteran I (Citadelweg).


Suasana di Jalan Veteran I masa kini (CITADELWEG), Sabtu (17/10/09) saat pembukaan Festival Jalan Veteran I. Festival itu baru pertama kali diadakan, diharapkan tiap tahun festival itu akan tetap meramaikan jalan bersejarh tersebut. Selain jalur kereta api, dari jalan itu juga terlihat dengan jelas Masjid Istiqlal. Masjid itu dibangun di atas reruntuhan benteng (citadel) Frederik Hendrik yang berdiri di Wilhelmina Park.

Kantor Pos dan Telegraf


Anno Post - Telegraaf - en Telefoonkantoor 1913, demikian tertulis di atas dinding bagian muka gedung kantor pos, telegram, dan telepon di Yogyakarta ini. Kantor ini di kemudian hari menjadi kantor pos Yogyakarta. Foto direpro dari KITLV.


Foto ini memperlihatkan suasana di dalam kantor telepon di Koningsplein - Batavia tahun 1915.

Teknologi Batik


Semula membantik bukanlah industri tetapi sebentuk kerajinan tangan rumah tangga yang biasa dilakukan perempuan di perkotaan. Di masa lampau, membatik biasanya dikerjakan di rumah pembesar Jawa, kaum ningrat.


Teknologi batik adalah teknologi memroses kain dengan memberikan berbagai desain motif dan warna pada kain tersebut. Teknologi batik di Jawa merupakan suatu contoh keberhasilan inovasi teknologi impor menjadi teknologi tradisional.


Batik di Batavia
Para pembatik di Batavia. Dahulu, sentra-sentra batik di Batavia antara lain terdapat di Paal Merah, Karet, dan Kebajoran.

Roema Goenoeng Sari


Ini foto rumah Goenoeng Sarie yang asli. Foto direpro dari buku Adolf Heuken - Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta.


Halaman Roema Goenoeng Sari yang sekarang menjadi halama kelenteng

Pariwisata Hinda Belanda


Kondisi sebuah hotel di Batavia dalam buku panduan Java, The Wonderland


Salah satu sudut Batavia dalam Java, The Wonderland


Kawasan Cipanas sejak zaman Hindia Belanda sudah jadi daerah tujuan wisata

Stads Herberg, Penginapan di Sunda Kelapa


Stads Herberg merupakan tempat penginapan ternama milik HS van Hogezand di dekat Pelabuhan Sunda Kelapa, Batavia. Tempat ini dibangun tahun 1849 dan mencapai zaman keemasan pada periode 1849-1885.


Gedung penginapan itu kini hilang tak berbekas. Stads Herberg meredup ketika Pelabuhan Tanjung Priok muncul. Bekas gedung penginapan itu kemudian jadi gudang dan hingga tahun 1949 gedung masih ada.


Pemandangan saat ini ke arah bekas lokasi Stads Herberg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar