Tulisan ini samasekali bukan untuk meng-kultus-kan seorang Ahmadinejad, hanya sekedar ‘cermin’ bagi kita-kita
”Allah meninggikan siapa yang dikehendaki, dan merendahkan siapa yang dikehendaki”
Dan seorang dosen dengan mudah dijadikan Presiden oleh Allah SWT.
Ternyata ada Presiden dari negara makmur dan maju di zaman moderen yang secara sadar dan tepat menempatkan dirinya, bukan di mata manusia lainnya, tetapi di mata KHALIQ-nya. Justru hal itulah, yang menyebabkan ia berani berkata apa adanya dan Amerika dengan segala kekuatannya (ekonomi, tentara, dan lain-lain) di tambah dengan konco-konconya pun, sadar dengan siapa mereka berhadapan.
Ruang Tidur Presiden IRAN di rumah pribadi (bukan istana kepresidenan).
Ketika Shalat berjamaahpun, sebagai Presiden, tidak serta-merta diberi tempat di shaf terdepan, kalau terlambat, ya dapat shaf yang di belakang (kedua, ketiga, dst).
Berbicara tegas namun apa adanya, membuat lawan-lawan politiknya kesulitan mencari titik lemahnya.
Wawancara seorang Presiden bukan di tempat yang ‘agung’ namun di tempat yang agung dalam arti sederhana tempatnya, namun tinggi nilainya.
Ketika waktu shalat tiba, di trotoir pun jadi. Presiden hanya jabatan sementara duniawi, sedangkan shalat adalah kewajiban terhadap SANG MAHA SEGALA MAHA, Allah SWT.
Prinsip harus menghormati prinsip lainnya, salaman dengan bukan muhrim akan di tanggapi dengan ’salaman’ bentuk lain yaitu anggukan.
Sama-sama dengan maksud saling menghargai, bukan?
Please, no hard feeling, my brothers and sisters.
Ruang makan kepresidenan, bukan harga ‘mewah’ tetapi ketinggian ‘nilai’ yang dimiliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar