Written By Gooling on Thursday, June 9, 2011 | 3:20 AM
Tariq  ur-Rehman, satu dari sepuluh orang pelajar asal Pakistan yang ditangkap  oleh polisi Inggris pada bulan April lalu dengan tuduhan berkaitan  dengan "teror", menuntut balik para sipir penjara atas perbuatan tidak  pantas yang melecehkan keyakinan agamanya.
"Mereka  melakukan penghinaan terhadap kitab suci Al Quran berulang-ulang kali,"  katanya pada hari Kamis lalu setibanya di bandara internasional Benazir  Bhutto di Islamabad.
"Ketika kami (para tahanan  Muslim) tengah membaca Al Quran dengan khusyuk, tiba-tiba mereka datang  dengan membawa beberapa ekor anjing, para sipir kemudian menyuruh  binatang-binatang najis tersebut untuk mengendus Al Quran."
"Kala itu, kami menangis dan  memohon agar mereka tidak melakukan tindakan pelecehan agama seperti  itu, namun mereka justru dengan entengnya berkata bahwa apa yang mereka  lakukan adalah "tugas" semata."
Berminggu-minggu setelah  pemerintah Inggris menyebarkan gembar-gembor mengenai "keberhasilan"  mereka dalam membongkar sebuah "jaringan pelaku teror" yang sangat  besar, seluruh pelajar asal Pakistan tersebut lalu dilepaskan tanpa  dikenakan tuduhan apa-apa, sehingga para petugas anti-teror Inggris  harus menahan rasa malu yang luar biasa.
Mereka semuanya kemudian  ditransfer ke tahanan perbatasan Inggris Raya, yang khusus menangani  masalah imigrasi menuju tanah Inggris, dengan wewenang untuk melakukan  deportasi demi "keamanan nasional".
Tariq, pelajar pertama yang dipulangkan ke tanah kelahirannya, menuding para sipir penjara Inggris telah melakukan pelecehan.
"Saya akan membuka topeng dari para Gora," katanya seraya mempergunakan sebutan masyarakat setempat terhadap orang Inggris.
"Kami semua dimasukkan dalam sel  tahanan yang diperuntukkan bagi para penjahat kelas kakap. Mereka semua  memperlakukan kami seperti layaknya kriminal," katanya sembari  mengingat kembali peristiwa kelam tersebut.
"Mereka seringkali mengganggu  kami saat tengah melaksanakan ibadah shalat dan memaksa kami untuk  menghentikan shalat tanpa alasan yang jelas."
Pengacaranya yang berkantor di London, Amjad Malik, yang turut menemani kliennya ke Pakistan, turut melontarkan kecaman.
"Mereka sudah mendapatkan  informasi dari para penasihat dan kerabat dari pelajar yang ditangkap,  namun tanpa pertimbangan apapun langsung melakukan penangkapan ketika  bertemu dengan para pelajar."
Setelah sampai, Tariq, yang  dikawal oleh lima orang petugas dari kepolisian Inggris, digiring ke  kantor badan penyelidik federal (FIA) untuk diinterogasi.
"Dia sudah pasti tidak akan ditahan," kata seorang petugas keamanan yang tidak bersedia menyebutkan namanya.
Pengacara Tariq juga membenarkan bahwa pihak berwenang Pakistan telah membebaskan kliennya dari segala macam tuntutan hukum.
Sesaat setelah mendarat di  bandara, Tariq, seorang duda yang memiliki tiga orang anak yang pergi ke  Inggris dengan visa sebagai pelajar yang berlaku untuk masa dua tahun,  langsung bersujud dan mencium tanah dengan airmata yang bercucuran di  kedua pipinya.
"Hal itu adalah sebuah trauma  yang tidak dapat saya jelaskan. Saya akhirnya dapat melihat birunya  langit setelah 62 hari lamanya," katanya kepada.
"Saya mohon maaf jika saya tidak  dapat menjawab seluruh pertanyaan yang anda ajukan karena saya tidak  sedang berada dalam kesadaran penuh.
Kepulangan Tariq disambut oleh sejumlah besar anggota keluarganya beserta teman-temannya.
"Saya memanjatkan puji syukur  kepada Allah bahwa saya dapat kembali berkumpul dengan orang-orang yang  saya sayangi," kata Tariq dengan penuh emosi sembari dipeluk erat oleh  para kerabat dan rekannya.
Dia telah menerima sebuah  penawaran dari menteri urusan dalam negeri Inggris bahwa dirinya dapat  meninggalkan negara tersebut dengan bebas dan perintah deportasi  terhadap dirinya akan dicabut.
"Perintah deportasi atas dirinya telah dicabut oleh pemerintah Inggris," kara pengacaranya, Amjad Malik.
"Saya bisa saja tetap tinggal di  sana, tapi saya sudah tidak mau lagi. Saya tidak ingin tinggal di  sebuah negara yang menyebut dirinya sebagai negara beradab, namun masih  mengijinkan adalanya pelanggaran hak asasi manusia yang terburuk yang  pernah saya lihat, dengan berdalih atas nama keamanan," kata Tariq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar