Letak: Padang pasir Ténéré, Niger
Bahkan sesuai standar Sahara, daerah Ténéré di Niger utara cukup terisolasi: padang pasir yang luas, diganggu oleh sejumlah bebatuan, yang mengalami hujan satu inci setiap tahun. Jadi seperti kejutan untuk melihat gambar besar DC-10 di antara gurun pasir.
Tanggal 19 September 1989, pesawat UTA berangkat Brazzaville, Kongo di Afrika Tengah menuju Paris, Perancis. Pesawat sempat transit di N’Djamena, Chad, dan 46 menit kemudian pesawat meledak di atas gurun Sahara di Niger Selatan menewaskan kesemua 170 orang di dalamnya. Penelitian terhadap 15 ton bangkai pesawat yang dikirim ke Perancis mengungkap jejak ledakan yang disebut pentrite di kargo depan. Kemudian sebuah koper Samsonite abu gelap ditemukan tertutup lapisan pentrite. Inilah yang diduga sebagai sumber ledakan. Koper ini dimasukkan di Brazzaville.
Monumen ini didirikan tahun 2007, untuk memperingati 18 tahun bencana udara ini, oleh Les Familles de l’Attentat du DC-10 d’UTA, sebuah asosiasi para keluarga korban. Didanai oleh dana kompensasi dari pemerintah Libya, monumen ini dibangun oleh 100 orang yang bekerja dengan tangan di bawah terik matahari gurun.
Siluet pesawat berukuran asli terletak di dalam lingkaran berdiameter 60 meter, dibuat menggunakan batu gelap yang diletakkan di pasir. 170 cermin retak diletakkan mengelilingi lingkaran ini, melambangkan korban tewas, dan tanda panah yang menunjukkan arah kompas. Di titik utara, bagian dari sayap DC-10 dipasang sebagai monumen, dengan plakat bertuliskan 170 korban tragedi ini.
“Batu hitam tersebut berasal dari lanskap bebatuan 70 km dari lokasi monumen. Sulit diangkut, bahkan menggunakan truk. Dan kerja yang sangat sulit bagi para pekerja untuk mengambil batu-batu di tempat yang panas, tanpa kaca mata sekalipun…” (Guillaume de Saint Marc, anak dari salah seorang korban UTA 772)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar